6. Sebuah Jaket

2K 194 2
                                    

6. Sebuah Jaket

Dengan degupan jantung yang seperti sedang dangdutan serta kakinya yang tidak bisa diam (namakamu) duduk disamping iqbaal yang sedang dimake up. Iqbaal terlihat tenang-tenang saja, tidak seperti dirinya yang sudah teringin berteriak sekencang-kencangnya.

Apalagi mendengar iqbaal yang tertawa atas guyonan yang crew-crewnya berikan, membuat (namakamu) rasanya ingin pingsan ditempat. Ya ampun ini semua seperti mimpi!

Iqbaal menoleh menatap (namakamu) yang menunduk. Iqbaal tersenyum simpul lalu kembali bercanda ria dengan rekan-rekannya. "Udah baal,"

"Udah nih bang? Thanks bang,"

Selesai make up, iqbaal kembali menggandeng (namakamu) menuju bangku yang berhadapan dibelakang sambil menunggu take yang akan berlansung 10 menit lagi. Iqbaal bingung melihat gadis didepannya ini yang masih diam.

"Are you ok?"

Suara berat dan serak memasuki indra pendengaran (namakamu). Ia hanya bisa mengangguk. "Sorry ya sama sikap aldi tadi, dia emang suka gitu kalo sama orang baru."

(Namakamu) kembali mengangguk. "Lo--sorry, lo nggak gagu, kan?"

(Namakamu) menggeleng. Dengan idenya iqbaal mengulurkan tangannya. "Gue iqbaal dhiafakhri ramadhan. Lo?"

Dengan gemetar (namakamu) menjabat tangannya. "A-aku (namakamu) priicelia."

"Lo adeknya vanessa?" (Namakamu) mengangguk sebagai jawabannya.

"Pendiem banget sih, kayaknya kakaknya. Santai aja kali, gue nggak segalak aldi kok."

Bulu kuduk (namakamu) meremang saat iqbaal berkata seperti itu. Keringat mulai mengucur dipelipisnya. Dirumah memang ia bisa dengan santai mengajak foto iqbaal ngomong, tapi saat berhadapan rasanya mau mengucap satu kata saja sangat sulit.

"Gerah banget emang, ya? Sampe kringetan gitu lo." Iqbaal merasa heran. "Mending topinya dilepas aja. Sorry ya gue lepasin."

(Namakamu) menahan napasnya ketika iqbaal mendekat untuk melepas topinya. (Namakamu) sudah tidak kuat! Ia berdiri dari duduknya. "A-aku mau p-pulang dulu,"

"Bukannya lo nungguin vanessa sampe selesai syuting? Sini dulu, gue juga belum puas kenalan sama lo." Iqbaal menarik tangan (namakamu) agar kembali duduk

"Kelas berapa?" Iqbaal berusaha untuk lebih care

"11,"

"Kok mau nemenin vanessa syuting? Biasanya kan cewek kalo lagi tanggal merah selalu janjian sama kasur."

(Namakamu) menggeleng. "A-aku mau pulang,"

Merasa kasihan iqbaal mengangguk dan membimbing (namakamu) keluar dari lokasi syuting. Lagian sebentar lagi dirinya akan take. Banyak pasang mata yang menatap (namakamu) dengan tidak sopan.

Iqbaal menggeleng dan melepaskan jaket yang ia pakai lalu mengikatnya dipinggang (namakamu) sehingga menutupi bagian paha.

"Bukan apa-apa, cuma mau nutupin paha lo doang," ujar iqbaal disela-sela kegiatannya

Seteah selesai ia berdiri mengsejajarkan tingginya dengan (namakamu). "Lain kali kalo mau nganter vanessa syuting pake celana yang panjang. Kalo nggak mau, nggak usah nganterin vanessa."

"M-makasih," cicitnya

Iqbaal mendekatkan telingannya. "Apa? Nggak kedengeran," alibinya

"M-makasih bang i-iqbaal."

Iqbaal terbahak ketika mendengar embel-embel 'bang' diseiring namanya. "Iya-iya. Yaudah gih pulang,"

(Namakamu) mengangguk. "Assalamualaikum,"

"Walaikumsalam. Sopan juga anak manis," ledek iqbaal diakhir kata.

******

"Nyatanya aku tidak bisa berkata-kata saat dihadapkan dengannya."

16-Februari-2020
Dari sang pengagum senja

IMPOSSIBLE (IDR><NK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang