13. Waktu Bersama (2)

1.7K 162 0
                                    

13. Waktu Bersama (2)

Iqbaal menepikan motornya diparkiran restorant. Ia melepaskan helmnya dan menoleh kebelakang dimana (namakamu) sedang memperhatikan gerak geriknya. Saat tidak sengaja tatap-tatapan (namakamu) langsung memalingkan pandangannya ke arah lain. Hal itu membuat iqbaal terkekeh geli.

"Nggak mau turun?"

(Namakamu) tersentak, tanpa mengelurkan sepatah kata ia menuruni motor iqbaal dengan bantuan memegang bahu cowok tersebut. Setelah itu barulah gantian iqbaal yang turun dari motor sport itu.

(Namakamu) menggigit bibirnya seraya menimang. Ia memperhatikan restorant mewah dihadapannya. Ini adalah kali pertama ia berada direstorant itu. Walaupun kakaknya seorang artis namun dirinya jarang makan diluar. Ia lebih suka memakan makanan rumahan yang lebih sehat pastinya

"Eh," kaget (namakamu) saat tangannya digenggam oleh iqbaal. "B-bang?"

"Biar nggak ilang. Lo kan kecil, susah nyarinya kalo ilang."

Ketika hendak melangkah (namakamu) menahan lengan iqbaal, membuat cowok itu kembali menghadap kebelakang. "Kenapa?"

"A-aku nggak mau masuk."

Alis iqbaal menyerinyit. "Kenapa nggak mau masuk?"

(Namakamu) menggeleng pelan. "A-aku malu bang masih pake baju sekolah. Apalagi---bang iqbaal kan artis."

Iqbaal beralih merangkul gadis mungil itu. "Maka dari itu. Gue kan artis, kalo kelamaan diluar entar malah banyak yang ribut. Ayo cepetan masuk,"

Dengan terpaksa (namakamu) mengikuti pertuturan iqbaal. Mereka duduk dibangku pojok dekat dekat dengan panggung yang berisi penyanyi beserta dengan bandnya. Iqbaal memesan makan dan minuman serba dua.

"Lo setiap hari pulang sekolah jam 4?" Tanya iqbaal sambil menunggu pesanannya diantar

(Namakamu) menggeleng. "Enggak setiap hari, cuma hari selasa doang."

Iqbaal mengangguk paham. Ia memandang (namakamu) yang sedang menunduk. "Lo kalo lagi sama gue bisa nggak jangan nunduk mulu?"

"E-enggak bisa,"

Rasa penasaran iqbaal mulai terkuak. "Kenapa nggak bisa? Gue seserem itu kah?"

"B-buka gitu,"

"Terus kenapa?"

"Nggak papa."

Iqbaal menghela napasnya. "Gue tipe orang gampang bergaul. Tapi kok sama lo gue jadi susah bergaul ya? Gue bingung mau ngomong apa, sedangkan lo cuma jawab seadanya."

"Iya,"

Sungguh kali ini (namakamu) benar-benar bingung hendak menjawab apa. Ia takut, takut salah jawab dan iqbaal malah ilfeel kepadanya.
Dengan penuh keberanian (namakamu) mulai membuka suara. "Bang iqbaal berapa bulan di Indonesia?"

Iqbaal mulai senang saat (namakamu) berani bertanya kepadanya. "3 bulanan, padahal gue pengennya lama di Indonesia."

"Bukannya di US enak ya?"

Iqbaal mengangguk. "Seenak-enaknya negara orang lebih enakan negara sendiri,"

"Iya, bang iqbaal bener."

"Gue keliatan tua banget ya kalo dipanggil bang sama lo. Padahal kita cuma beda berapa taun doang,"

"Iya." Jawab (namakamu) dengan sangat singkat

Iqbaal menatap langit-langit restorant seraya berpikir. "Mulai sekarang dan seterusnya lo manggil gue kak aja, biar nggak terlalu tua kesannya."

"Iya."

Bersamaan dengan itu seorang pelayan mengantarkan pesanannya. Setelah mengucapkan terima kasih pelayan itu kembali ketempatnya. Dan terhidangkan makanan dengan porsi banyak dihadapan iqbaal dan (namakamu).

Tanpa menunggu (namakamu), iqbaal langsung memakan makanannya. Sedikit kecewa memang dihati (namakamu). Iqbaal tidak seperti devano, devano bahkan mempersiapkan peralatan makan untuknya tidak seperti iqbaal.

Eh, apa-apaan sih gue banding-bandingin kak iqbaal sama devano? Mereka berdua jelas beda lah!

Iqbaal menghentikan kegiatannya saat menyadari (namakamu) tidak menyentuh makanan didepannya. "Kenapa nggak dimakan? Lo tau cara makan spaghetti, kan?"

"Iya aku tau,"

"Terus kenapa nggak dimakan? Nggak doyan?"

"Doyan kok,"

Iqbaal tersenyum jail. "Kode minta disuapin?"

Mata (namakamu) membelalak. "Enggak kok! Sumpah!"

"Yaudah cepetan makan, abis itu kita pulang. Udah mau malem."

"Iya."

(Namakamu) mulai menyendokan makanan dihadapannya. Entah mengapa ia masih merasa kecewa. Padahal seharusnya ia beruntung bisa makan bersama dengan idolanya. "Suapinnya entar aja ya, makan bareng kita yang kedua."

(Namakamu) termenung dan meresapi apa yang iqbaal katakan barusan. "M-maksudnya?"

"Nggak papa. Udah lanjut makan."

Setelah selesai makan iqbaal mengantar (namakmau) pulang. Mereka sudah berada dihalaman rumah asri (namakamu). (Namakamu) menatap awan yang sudah menggelap, namun iqbaal belum juga pamit kepadanya.

Dengan ragu (namakamu) bertanya. "Kak iqbaal nggak pulang?"

"Lo ngusir gue?"

(Namakamu) menggeleng cepat. "Enggak! Bukan gitu!"

"Oh jadi gitu ya seorang adeknya vanessa pricilla. Mengusir orang yang sudah berbuat baik sama dia."

"Bukan kak! Bukan gitu maksud  aku!" Serkas (namakamu) merasa bersalah. "Serius kak!"

Iqbaal tertawa renyah. Sungguh bahagianya (namakamu) melihat tawa manis itu. Tawa yang dahulu hanya bisa ia lihat ditelevisi ataupun media sosial. Dan sekarang ia melihatnya secara langsung.

Nikmat tuhan mana lagi yang engkau dustakan, kak iqbaal ganteng banget.

"Gue cuma bercanda. Jaket,"

(Namakamu) teringat lalu melepaskan jaket dipinggangnya. Ia menyodorkannya pada iqbaal. "Ini kak,"

"Nggak usah, kapan-kapan aja." Tolak iqbaal sambil menyalakan motornya

Ya ampun! Apa ini artinya a'a iqbaal gue mau jalan sama gue lagi?!

Iqbaal menatap (namakamu) lekat-lekat. "Gue balik dulu, ya? Salam buat mama papa lo."

"Iya kak,"

5 menit iqbaal tidak menjalankan motornya melainkan masih bertatapan dengan (namakamu). "Assalamualaikum,"

"Walaikumsalam."

Setelah itu (namakamu) menatap motor iqbaal yang mulai hilang dibelokan gerbang rumahnya. Kalian pasti tau apa yang dilakukan (namakamu) sekarang, ya! Berjoget ria merayakan hari ini yang pasti sangat berkesan baginya.

*****

"Kupinjam namamu untuk kuceritakan pada tuhan, bahwa aku mencintaimu."

21-Februari-2020
Dari sang pengagum senja

IMPOSSIBLE (IDR><NK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang