12. Waktu Bersama (1)

1.8K 160 0
                                    

12. Waktu Bersama (1)

(Namakamu) dan salsa keluar kelas saat bel pulang berbunyi. Diiringi cerita dan canda tawa mereka menunju gerbang sekolah.

Hari ini salsa memberitahu bahwa akan pulang bersama nichol. (Namakamu) memang kurang suka dengan kakak kelasnya itu, namun bagaimanapun salsa sudah tertarik dan mau diajak berhubungan dengannya.

Sesampainya didepan gerbang sekolah, salsa berpamitan dengan (namakamu) untuk menuju parkiran sekolah, karna memang nichol menunggunya disana. (Namakamu) mengangguk mengiyakan. Jadilah (namakamu) sendiri didepan gerbang, sebenarnya tidak benar-benar sendiri karna masih ada beberapa siswa yang juga menunggu jemputannya masing-masing.

"Duhhh, kak vanessa mana sih? Kok belom dateng-dateng," gumamnya sambil menengok kanan-kiri

10 menit berlalu, (namakamu) menghentakan kakinya kala sekolah mulai sepi. Ia melirik alroji yang melingkar dilengannya. Waktu menunjukan pukul 16.45 sore. Bel pulang sudah berdering 15 menit lalu. "Apa jangan-jangan kak vanessa cuma bercanda? Damn! Nggak lucu banget kalo beneran bercanda!"

Sebuah motor sport menghentikan lajunya persis dihadapan (namakamu) saat sedang asik-asiknya mengomel.

Sapa dah? Jangan-jangan mau nyulik gue lagi! Duh gimana nih?

Seseorang itu melepas helm yang ia pakai. Ia menyugar rambutnya kebelakang dan menatap (namakamu) dengan tersenyum. "Hai, nunggu lama ya? Sorry,"

Tubuh (namakamu) seketika menegang melihat wajah iqbaal dibalik helm yang ia pakai. Iqbaal masih setia duduk diatas motornya sambil memandang (namakamu) yang merasa bingung. "Let's go home,"

"B-bang iqbaal? Kok bisa disini?"

"Apasih yang nggak bisa. Nggak semuannya impossible, kan?"

(Namakamu) tersenyum kikuk. Ia menengok kanan kiri mencari seseorang. "B-bang iqbaal jemput siapa?"

Iqbaal menaikan sebelah alisnya. "Jemput lo lah, emang siapa lagi."

"Aku?" (Namakamu) menunjuk dirinya sendiri. Dan dibalas anggukan oleh iqbaal. "Serius?"

"Iya (nam), come on."

Dengan gugup (namakamu) mendekat sehingga ia berdiri disamping iqbaal. Tangannya mencengkram bawah roknya kuat seolah menyalurkan kegugupan yang ia rasakan. Iqbaal meneliti penampilan (namakamu) dari atas sampai bawah. Ia menggelengkan kepalanya sejenak. "Gue nggak bawa jaket. Jaket gue yang di lo dibawa, nggak?"

"A-aku, aku bawa bang."

"Yaudah cepetan pake,"

(Namakamu) merogoh tasnya mengeluarkan jaket iqbaal dan mengikatnya pada pinggang rampingnya. Setelah selesai ia kembali menyorot pada iqbaal yang sedang memainkan gas motornya. "Udah?"

"Udah," sahut (namakamu)

"Yaudah buruan naik,"

Dengan tertatih perlahan (namakamu) menaiki motor iqbaal yang tinggi. Sehingga dengan inisiatifnya iqbaal memegang tangan (namakamu) berusaha membantunya.

"Makasih bang,"

Setelah dirasa (namakamu) sudah naik, iqbaal menjalankan motornya dengan kecepatan rata-rata. Sesekali ia melirik kearah spion melihat wajah tegang gadis yang ia bonceng. Senyum tipis terukir dibibir iqbaal.

Iqbaal berdehem sejenak untuk memulai percakapan. "(Nam) lo udah makan belom?"

(Namakamu) sedikit mendekatkan wajahnya agar ia bisa mendengar apa yang dibicarakan oleh iqbaal. "K-kenapa bang?"

"Lo udah makan belom?"

"Udah kok,"

Iqbaal mendengkus. "Iyalah orang makannya nggak nawarin gue."

"Maksudnya?" Tanya (namakamu) heran

"Padahal gue laper,"

"Y-yaudah bang iqbaal turunin aku disini aja, biar aku pulang sendiri."

Iqbaal terkekeh mendengar pengakuan polos gadis dibelakangnya. "Tapi gue pengen makan ditemenin sama lo."

"Sama aku?"

"Iya, mau kan?"

(Namakamu) diam menimang. Sungguh ini sebuah kesempatan emas baginya. Dirinya juga tidak menyangka bisa sedekat ini dengan seorang iqbaal ramadhan. "T-terserah bang iqbaal aja,"

Setelah itu iqbaal tidak menyaut. Membuat (namakamu) gatal ingin mengatakan sesuatu. Dengan penuh keberanian ia mulai angkat bicara. "B-bang iqbaal disuruh kak vanessa ya jemput aku?"

"Enggak,"

alis (namakamu) menyatu bingung. "Nggak papa bilang aja, bang iqbaal dipaksa kak vanessa, kan?"

"Enggak (namakamu)."

"Terus kok bang iqbaal bisa jemput aku?"

Iqbaal terkekeh kecil. Sepertinya (namakamu) sangat penasaran dengannya. "Kan sebelumnya gue udah bilang mau jemput lo,"

"Jemput aku? Kapan?"  Tanpa (namakamu) sadari rasa gugup yang ia rasakan mulai hilang

Iqbaal menggelengkan kepalanya. "Dichatan,"

Oh god! Sekarang (namakamu) paham apa yang terjadi! Jadi tadi saat istirahat ia berbalas pesan dengan iqbaal, bukan vanessa. Dari mana percakapan yang dimulai dengan iqbaal saat itu? Hancur sudah keanggunannya.

Yaampun! Mau ditaro dimana muka gue?!

Saat ini pipi (namakamu) sudah seperti kepiting rebus, merah jambu. Sungguh ia sangat malu. "Kenapa langsung diem?" Tanya iqbaal

"N-nggak papa."

Iqbaal menoleh kebelakang sejenak. "Kok kalo ngomong sama orang lain pake lo-gue. Sedangkan sama gue aku-kamu, kenapa?"

Damn! (Namakamu) bungkam merasa bingung hendak menjawab seperti apa. "B-biar sopan aja,"

"Vanessa kakak lo, dia lebih tua dari lo. Tapi kenapa lo pake kosa kata lo-gue?"

"Eummm, aku udah terbiasa sama dia kak."

Iqbaal mengangguk paham. "Jangan dibiasain, kurang sopan."

"I-iya bang."

Iqbaal tartawa ringan. Ia menepuk sebentar tangan (namakamu) yang memegang baju bagian pinggangnya. "Good girl."

******

"Cukup bisa melihatmu masih ada dibumi inu aku sudah bahagia."

20-Ferbuari-2020
Dari sang pengagum senja








IMPOSSIBLE (IDR><NK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang