9. Salsa Dan ketidakpercayaannya

1.9K 159 0
                                    

9. Salsa Dan Ketidakpercayaannya

Derai langkah gontai (namakamu) mengisi keheningan karidor sekolah pagi ini. Hari ini (namakamu) sengaja datang lebih pagi untuk menjalankan kewajibannya sebagai siswa yaitu piket. Walaupun sedikit bar-bar (namakamu) masih sadar akan hak dan kewajibannya sebagai pelajar.

Namun, niat yang tadinya terpaut kokoh menjadi goyah saat melihat sebuah bola basket menganggur ditengah lapangan. Piket memanglah kewajibannya namun bermain basket adalah setengah dirinya.

Tanpa pikir panjang (namakamu) meletakan tasnya dipinggir lapangan. Ia berlari kecil menghampiri bola basket tersebut dan memainkannya. Keahlian (namakamu) dalam memainkan basket sudah tidak asing bagi seluruh murid SMA Rajawali, karna memang ketua team basket yang mewakili SMA Rajawali adalah dirinya.

"(Namakamu)!"

Teriakan salsa menghentikan kegiatan (namakamu). Ia menoleh melihat salsa yang berdiri dipinggir lapangan dengan sosok cowok berlensung pipi, yaitu Jefri Nicho yang tak lain adalah kakak kelasnya. (Namakamu) menghampiri mereka berdua.

"Kalian berangkat bareng?"

Dengan malu salsa mengangguk menanggapi pertanyaan (namakamu). "Tumben kalian berangkat bareng?"

"Kak Nichol jemput gue,"

Alis (namakamu) naik sebelah. Ia menatap nichol yang kini sedang memandangnya juga. "Bener, kak?"

"Iya."

Dengan tatapan selidik (namakamu) memandang nichol. Ia mengarahkan jari telunjuknya didepan wajah nichol. "Awas aja ya kalo kak nichol samain salsa kayak mantan-mantan kakak itu. Kalo mau deketin sahabat gue, buktiin! Jangan nemplok sana-sini,"

Salsa menyikut pinggang (namakamu) membuat sang empunya mengaduh. "(Nam) lo apaan sih!" Bisik salsa

"Emang kenapa sih? Gue kan ngomong bener, gue takut lo cuma dijadiin koleksinya doang."

"Tapi jangan ngomong kayak gitu. Gue nggak enak sama dia,"

Nichol berdehem membuat (namakamu) dan salsa berhenti berdebat. Cowok itu memegang pundak salsa lembut. "Sal, gue kekelas dulu, ya? See you."

Nichol beranjak berjalan meninggalkan kedua gadis itu. Salsa kembali menatap (namakamu). "Lo liat? Kak nichol baik sama gue."

"Sekarang emang baik, tapi nggak tau kalo entar."

Jefri Nichol, atau kerap dipanggil nichol adalah anggota cowok-cowok nakal di SMA Rajawali. Parasnya memang tampan, namun sifat playboy nya sudah mengiringinya. Biarpun begitu tak jarang kaum hawa mau dijadikan koleksi mantannya.

Salsa mendengkus. Ia melipat tangannya didepan dada. "Gue tau kak nichol playboy. Tapi gue yakin dia nggak bakal memperlakukan gue kayak cewek-cewek lain,"

"Aduh! Lo bengal banget dibilanginnya."

"(Nam), gue tau maksud lo baik. Tapi tolong untuk kali ini biarin gue yang jalanin sama nichol. Lo nggak usah ikut campur," balas Salsa sambil memegang lengan (namakamu)

(Namakamu) menghela napasnya. Akhirnya ia mengangguk nurut. "Oke deh kalo gitu mau lo."

(Namakamu) memang sahabat salsa. Namun jik salsa sudah tidak mau ia bantu untuk mencari yang lebih baik, maka (namakamu) tidak bisa memaksa. "Nah gitu dong! Yaudah yuk kekelas."

(Namakamu) mengangguk. Ia mengambil tasnya dan berjalan beriringan dengan salsa. "Oh iya, sal gue mau ngomong sama lo!" Decak (namakamu)

Dahi salsa mengkerut bingung. "Ngomong apa? "

"Gue udah ketemu sama a'a iqbaal!"

Pernyataan (namakamu) membuat salsa tak kuasa menahan tawa. Kehaluan (namakamu) sudah tingkat akut ternyata. "Lo kok malah ketawa sih!" Protes (namakamu)

"Lagian lo halu banget. Gue kan udah bilang, halu boleh asal jangan sampe bego aja." Tanggap salsa tegas

"Gue seriuas sal kali ini,"

"(Nam), iqbaal tuh di US. Mata lo salah liat kali."

"Gue nggak salah liat, sal. Gue ngobrol sama dia kok,"

"Apa buktinya?"

(Namakamu) merogoh tasnya mengeluarkan jaket iqbaal yang sengaja ia bawa. (Namakamu) tau salsa pasti akan melakukan ini. "Ini. Jaket iqbaal, lo tau kan iqbaal sering pake jaket ini."

Salsa menggapai jaket tersebut. Ia mengamatinya dengan sangat amat detail. "Beli dimana lo? Sampe persis begini,"

(Namakamu) menghentikan kakinya. Mengapa salsa sangat sulit percaya dengannya. "Ini jaket iqbaal, sal. Gue nggak beli. Gue dipinjemin."

"Lo udah sarapan belom?" (Namakamu) menggeleng menanggapi pertanyaan salsa

"Oke wait! Gue beliin lo sarapan. Kayaknya ini efek lo nggak sarapan deh,"

(Namakamu) mencekal lengan salsa ketika gadis itu hendak bergegas menuju kantin. "Sal, gue nggak laper, Dan gue nggak ngehalu kali ini."

"Nggak ngehalu? Oke gini aja. Logikanya tuh iqbaal ada di US, dan lo bilang lo ngobrol sama dia secara langsung? Lo kemaren abis ke US gitu? Nyusulin iqbaal. Gila aja lo," decakan salsa membuat (namakamu) pasrah akan ketidakpercayaan salsa

Salsa menepuk pipi (namakamu) beberapa kali. "Wakeup (nam). Ini dunia real bukan dunia halu lo," sambungnya

Wajah (namakamu) berubah menjadi murung. "Kenapa lo nggak percaya sih sama gue, sal?"

"(Nam), mungkin kalo lo bilang abis ketemu aliando gue bakal percaya. Tapi masalahnya ini iqbaal, this impossible." Salsa menatap (namakamu) lekat. "Mendingan lupain dulu tentang iqbaal, hari ini ada pelajaran matematika. Entar malah tambah pusing."

Dan pada akhirnya (namakamu) mengangguk nurut. Mau digimanain juga salsa tidak akan percaya atas pernyataan yang ia ungkapkan. Biarlah suatu saat nanti salsa lihat sendiri apa yang terjadi.

"Sal, kalo gue punya bukti yang lainnya lo bakalan percaya?"

Salsa menghedikan bahunya. "I dont know,"

"Tapi kemungkinan  lo bakalan percaya, kan?"

"Maybe."

Oke yang perlu (namakamu) lakukan kali ini hanya mengumpulkan bukti yang lebih kuat.

*****

"Semua yang baik belum tentu baik, Dan yang jahat belum tentu jahat."

19-Februari-2020
Dari seorang penganggum senja

IMPOSSIBLE (IDR><NK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang