21. Rumit

1.5K 190 2
                                    

WARNING: Sebaiknya kalian baca setelah buka puasa bagi yang menjalankan. Karna banyak kata-kata KASAR dan lainnya.

21. Rumit

Setelah bel pulang menderu di seantero sekolah, (namakamu) langsung mengacir menuju kelas Devano yang ternyata masih ada guru didalamnya. Ia memilih untuk menunggu devano sembari duduk dibangku panjang yang terdapat didepan kelas cowok itu.

(Namakamu) mengetuk-ketukan ujung sepatunya pada lantai. Pikirannya melayang memutar kembali kejadian tadi pagi. Ia bergidik ngeri mengingat hal itu kembali, dirinya sudah sangat lancang melaporkan acara baku hantam tersebut kepada guru. Padahal kan devano dan nichol sudah sama-sama besar, mereka dapat menyelesaikan masalahnya sendiri.

Pandangan (namakamu) sontak menatap langit ketika mendengar suara gelegar diangkasa sana. Awan yang tadinya putih berubah menjadi kelabu. Angin mulai berhembus kencang. Tangan mungil (namakamu) merogoh tasnya mengeluarkan sweater berwarna hitam lalu memakainya.

"Ngapain disini?"

Suara berat itu membuat (namakamu) sedikit tersentak,"gue mau pulang bareng lo."

"Gue nggak bisa,"

"Yahhh, dev." Keluh (namakamu) lesu. "lo masih marah sama gue?"

Devano memalingkan wajahnya kearah lain, tak mau bertatap langsung dengan gadis didepannya ini. "Menurut lo?"

"Menurut gue, lo masih marah sama gue,"

"Kalo tau ngapain nanya?"

"Yaudah gue minta maaf sekali lagi, Dev. Gue janji nggak bakal main ngaduan lagi deh. Serius!"

Devano memutuskan untuk beradu pandang dengan (namakamu). Mata tajam devano beradu dengan mata teduh (namakamu). "Pernyataan lo telat. Gue udah dianggap lemah sama si bajingan nichol!"

(Namakamu) menunduk lemas, Ia menghela napasnya kasar. "Menang kalah 'kan hal biasa, Dev. Mengalah bukan berarti kalah kok."

Devano berdecih, "ini bukan masalah menang apa kalah, (nam). Tapi masalah harga diri gue!"

"Udahlah. Mending lo balik sendiri. Gue masih banyak urusan." Sambungnya

(Namakamu) menggeleng keras. Ia dengan cepat memegang ujung seragam devano yang sengaja dikeluarkan. Devano sontak menatap sinis kearah gadis itu. Tangan kekar devano mencoba melepaskan cengkraman (namakamu). namun nihil, (namakamu) malah semakin mengencangkan genggamannya. Ingin melepas kasar dan paksa tapi devano tidak tega melakukan itu pada si keras kepala itu.

"(Nam) lepas," titah devano dengan dingin

(Namakamu) kembali menggeleng, "enggak!"

"Gue mau balik, (nam)."

"Bareng!"

"Gue masih banyak urusan,"

"Gue ikut!"

Devano menggeram jengah. "Gue mau ketempat yang lo nggak bisa ikut. Disana banyak cowok," ancamnya

(Namakamu) terdiam sejenak. Ia menimang matang. "Gue nggak peduli! Pokoknya gue ikut! Gue juga nggak takut selama lo ada disamping gue. Lo 'kan bakalan jagain gue."

Devano mengusap wajahnya kasar. Otaknya berpikir keras bagaimana agar dirinya terlepas dari (namakamu) untuk beberapa saat. Sampai sebuah ide melintas dibenak cowok itu. Sudut bibirnya terangkat membentuk seulas senyum penuh makna. "Oke. Tapi bentar,"

Senyuman mereka langsung terbit diwajah (namakamu). Ia mengamati devano yang mengotak-atik ponselnya entah sedang apa. Yang penting akhirnya dirinya bisa pulang bersama sahabatnya itu.

IMPOSSIBLE (IDR><NK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang