26. Lawyer

1.1K 157 11
                                    

26. Lawyer

Malam ini (namakamu) tidak menyangka akan datang iqbaal dirumahnya. Walaupun awalnya hanya mengantar vanessa pulang namun siapa sangka ia malah bersamanya, menemani gadis itu belajar dan mengajarinya jika ada beberapa soal yang lumayan rumit.

Vanessa mengantarkan minuman serta makanan ringan kepada iqbaal dan (namakamu) sebelum pergi kekamarnya. Dengan senang hati (namakamu) meminum lemon tea buatan vanessa, kapan lagi dibuatkan cuma-cuma oleh perempuan itu?

"Setiap malem balajar kayak gini?" tanya iqbaal memecah keheningan

(namakamu) mengangguk, tangannya masih setia dengan pensil digenggamannya. "iya. Emang kenapa? Kok kak iqbaal nanyanya begitu?"

"enggak. Kirain cuma pas ada gue doang,"

Pede gilaaaa, itulah yang ada dipikiran (namakamu) saat ini. Semakin lama ia mengenal iqbaal, semakin cepat pula ia mengetahui sifat iqbaal yang sebenarnya. Menyebalkan.

Gadis itu mencibir. "pede banget deh. Dalam list masa depan aku itu kak iqbaal nomer dua! Nomer satunya harus mencapai cita-cita aku dulu. Itu biar kak iqbaal nggak kelewat tinggi pedenya."

Alis iqbaal terangkat sebelah, kepalanya mengangguk-angguk. "bagus deh. Emang cita-cita lo apa?"

"pengen tau banget, ya?"

Terdengar helaan napas dari cowok itu membuat (namakamu) terkikih olehnya. "iyaiya. Cita-cita aku-eummmm apa ya? Dokter maybe."

Mata iqbaal membulat sempurna. Itu adalah ekspresi semua orang yang bicara dengan gadis sejuta hayalannya ini. "maksudnya maybe? Jadi lo belum tentuin apa cita-cita lo suatu saat nanti?"

"belum," pensil kayu itu terlepas dari genggaman. "maka dari itu aku jalan kedepan sambil nentuin apa cita-cita aku."

"cita-cita nggak bisa ditentuin sambil jalan (nam). Karna itu sama aja lo nggak punya tujuan. Lo harus jalan kedepan ketempat yang lo tuju apa pun kendalannya nanti."

Pikiran (namakamu) mulai mencerna kata-kata iqbaal. "terus?"

"ya lo harus punya komitmen. Jangan ada hal sekecil apapun menggagalkan tujuan lo, sekalipun dengan pasangan lo nantinya." sambung iqbaal dalam dan penuh makna

(namakamu) mengangguk paham, matanya terus menatap iqbaal serius. "menurut kak iqbaal, aku dengan keadaan kayak gini pantesnya jadi apa?"

Iqbaal meneliti gadis didepannya dari atas hingga bawah. "lo cerewet, bawel dan banyak tingah. Kayaknya pengacara cocok buat lo,"

Terdengar gelak tawa dari atas, (namakamu) menyorot satu titik dimana berada cindy yang sedang menertawainya. Ada apa memang dengan pengacara? Semua orang pantas bukan menjadi seorang pengacara, tak terkecuali (namakamu).

"siapa?" tanya iqbaal pada (namakamu)

(namakamu) menggeleng tak memusingkan. "bukan apa-apa. Cuma orang yang kumat gilanya. Udah ah lanjut yang tadi, jadi gimana?"

"gimana apanya?"

(namakamu) meringis kehabisan topik obrolan,"aku pantesnya jadi pengacara gitu?"

"itu menurut gue. Terserah kalo lo punya keinginan lain,"

Iqbaal menatap alroji yanv menunjukan waktu semakin malam, ia harus pulang sebelum bundanya menceramahinya nanti. Pria itu mengambil jaket yang tersampir disofa. Ia memakainya lalu berdiri. "gue pulang dulu, ya?"

"kok cepet banget? Baru berapa menit. Ini soal-soal masih banyak yang susah loh, Kak?" protes (namakamu) masih ingin ada iqbaal disini

Sudut bibir iqbaal tertarik,"besok-besok deh gue kesini lagi. Gue ajarin lo belajar lagi, oke?"

IMPOSSIBLE (IDR><NK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang