31. Sisa Waktu

1.1K 133 0
                                    

31. Sisa Waktu

Gadis itu tersenyum lebar kala mendapatkan orang yang dari tadi ia cari. Dilihatnya pria dengan baju seragam yang dikeluarkan dengan dasi yang menyampir begitu saja dipundaknya sedang menyandar pada  tembok dekat mading sekolah. Didengarnya suara tawa renyah yang pria itu keluarkan membuat kaum hawa yang melintas memandang ia dengan penuh kekaguman.

(Namakamu) berlari kecil menghampirinya. Rambut yang hari ini ia kepang kelabang menambah kesan manis dalam dirinya. Ditangannya terdapat dua milkshake stroberry dan coklat yang ia beli dikantin sekolah. Hari ini rencananya ia akan berterima kasih dan juga minta maaf atas kejadian kemarin dipertandingan basket.

"Devano," Panggilnya kala sampai didepan devano dan kawan-kawan.

"Kita cabut dulu ya bro. Ntar gue kabarin lagi." Pamit dua pria itu lalu melenggang pergi ketika Devano menunjukan jari jempolnya.

Devano menatap penuh gadis dihadapannya sembari tersenyum simpul. "Kenapa?"

"Gue mau minta maaf,"

"Soal?"

(Namakamu) menggigit bibir bawahnya ragu. Ia menyodorkan milkshake coklat lalu diterima oleh Devano. "Buat lo. Anggap perminta maafan gue soal kemarin dipertandingan basket,"

Devano terkekeh. "Coba jelasin dimana letak kesalahan lo? Kamarin? Emang kemarin lo ngelakuin kesalahan apa?"

"Jangan begini, Dev! Jangan bela diri gue padahal salah. Gue gak nonton pertandingan lo kemarin. Gue malah asik-asikan sama kak Iqbaal." Jelas (Namakamu) sendu.

"Ya terus? Emang kenapa kalo lo asik-asikan sama dia? Gue no problem kok. Gue seneng kalo lo seneng." Balas Devano penuh pengertian.

(Namakamu) menggeleng, tangannya meremas ujung seragam Devano. "Pokoknya disini gue salah. Gue minta maaf,"

Devano mengangguk, ia mengelus rambut (Namakamu). "Iya."

Mata gadis itu melirik Devano intens." Lo masih marah sama gue?"

"Ha?" Tanya Devano tidak paham. "Bahkan dari tadi gue gak marah sama lo."

(Namakamu) langsung tersenyum lebar. "Kalo gitu gendong gue dong."

"Ngaco!"

"Kenapa? Emang gue berat?" Tanya (Namakamu) lesu.

"Bukan masalah berat enggaknya! Ini disekolah."

"Terus?"

Devano mengalihkan sorotannya pada cewek-cewek yang menatap terang-terangan tidak suka dengan kedekatan mereka. "Tuh. Lo mau dihujat masalah disekolah gendong-gendongan?"

Mulut (Namakamu) mencibir. "IRI BILANG SAHABAT!"

Devano tertawa ringan ketika (Namakamu) mengucapkan kalimat itu dengan intonasi yang tinggi. "Jangan begitu,"

"Biarin aja. Abis jadi human kok irian amat."

"Tapi mereka kan temen-temen lo disekolah, (Nam)."

(Namakamu) bergidik jijik. "Gue gak punya temen selain orang yang gue klaim sendiri."

"Gue temen lo, bukan?" Tanya Devano polos.

"Bukan. Lo sahabat terrrrrrbaik gue!"

Devano memiting kepala (Namakamu) membuat sang empunya meringis sesekali memberontak. Sungguh ini sangat sakit bagi Devano. Mencintai seseorang adalah anugrah terindah.

(Namakamu) merapikan rambutnya yang awut-awutan. "Lo mah bener-bener ya, Dev!"

"Bener-bener ganteng?"

IMPOSSIBLE (IDR><NK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang