Komen Gais!
32. Tanpa Devano
Kaki jenjang (namakamu) berlari menyusuri karidor menuju kelas Devano. Ia benar-benar membutuhkan pria itu saat ini untuk menemainya dan memberikan kata-kata penenang seperti biasanya. Ia harus memberi informasi tentang Iqbaal yang akan segera kembali ke USA kepada Devano.
Begitu sampai diambang pintu tanpa basa basi (namakamu) langsung menyelonong masuk dan sedetik kemudian diberi tatapan heran dan bingung dari sang penghuni kelas. (namakamu) tidak peduli, saat ini ia harus mencari Devano.
Nihil, Devano tidak ada dibangkunya. Tumben sekali sudah jam segini proa itu belum sampai dikelas. (Namakamu) menahan tangisnya susah payah. Ia duduk dibangku Devano dengan lesu. Ia ingin menceritakan bebannya! Bercerita kepada Salsa? (namakamu) tidak ingin mengganggu keberasamaan gadis itu dengan Nichol.
Dev, gue butuh lo sekarang. Gue mau lo disamping gue. Kak Iqbaal jahat, Dev!
"Gak usah nangis," Suara berat nan serak memasuki indera pendengaran (Namakamu).
Gadis itu mendongak, tangisnya tambah pecah melihat Devano dengan wajah datarnya. "Kak I-Iqbaal jahat sama gue, Dev."
(Namakamu) berdiri, ia bersiap untuk memeluk Devano. Namun ia tersentak kala Devano malah memundurkan tubuhnya seolah menghindar. (Namakamu) menyorot pria itu dalam. "Dev?"
"Masih dikelas," Jawab Devano datar.
"Gue butuh lo," Lirih (namakamu).
Devano mengangguk. "Tapi lo juga harus liat lingkungan. Ini dikelas."
"Kenapa?"
Alis Devano naik sebelah. "Kenapa apanya?"
"Lo kayak ngehindarin gue."
Devano mematung. Ia menggeleng dengan ragu. "Mungkin cuma perasaan lo doang."
(Namakamu) menguatkan dirinya. Mungkin ini efek sakit hatinya pada Iqbaal. "Kak Iqbaal seminggu lagi balik ke USA. Gue jadi kayak sampah seketika. Pasti nanti kak Iqbaal gak bakal inget gue disana. Mungkin.... Dia bakal lupain gue selamanya."
"Lo terlalu banyak ambil kesimpulan. Lo gak boleh ambil opsi yang lo bikin sendiri. Lo harus dengerin apa kata dia. Jangan jadi anak kecil untuk selesaiin masalah kali ini, Bisa?" Tegas Devano.
"Gue nggak sanggup buat ngomong lagi sama dia. Semakin dia sering muncul didepan gue, semakin susah gue buat lupain dia." Lirih (Namakamu) kacau.
"Parno. Satu kata itu cocok buat lo sekarang. Kapan lo tau perasaan dia kalo lo nya sendiri gak mau kasih dia kesempatan?"
Hati (namakamu) tersentil. Apa yang dikatakan Devano ada benarnya juga. "Buat apa? Buat apa?! Buat apa gue perlu tau perasaan dia kalo sebentar lagi gue ditinggalin?!"
"Lo bisa LDRan nanti,"
(Namakamu) menggeleng. "Gue gak bisa, Dev. Gue gak bisa buat LDRan sama dia."
Devano berdecih,"Lo emang egois, (Nam). Gue baru sadar kalo lo itu emang gak pernah bisa ilangin sifat egois itu!"
(Namakamu) menyorot Devano tajam. "Maksud lo?"
Brak!
Devano menggebrak meja membuat seisi kelas menoleh kepadanya. Pria itu mengacungkan jari telunjuknya meminta perhatian. "Gue minta waktu kalian sebentar!"
Devano melangkah mengikis jarak. "Lo dari awal kita ketemu emang egois. Kenapa? Apa lo tau sakitnya gue ngeliat lo terus deket sama Iqbaal-iqbaal itu? Lo gak tau! Bahkah lo nggak tau perasaan gue ke elo!"

KAMU SEDANG MEMBACA
IMPOSSIBLE (IDR><NK)
Teen FictionIqbaal menggeleng dan melepaskan jaket yang ia pakai lalu mengikatnya dipinggang (namakamu) sehingga menutupi bagian paha. "Bukan apa-apa, cuma mau nutupin paha lo doang," ujar iqbaal disela-sela kegiatannya Seteah selesai ia berdiri mengsejajarkan...