Nuca terus menarikku tanpa memperdulikan aku yang terseok-seok karena harus menyamakan langkah kakinya yang panjang.
"Nuca."
Aku mulai merasakan jantungku yang memompa lebih cepat dari biasanya.
"Nuc!"
Ia pun berhenti lalu membalikkan tubuhnya agar dapat menghadapku.
"Jangan deket-deket si brengsek itu."
Aku hanya terdiam, mencoba untuk mencerna apa yang baru saja ia katakan.
"Jangan salah paham, aku ngelakuin ini karena aku ga mau jadi sasaran papa kalo ada apa-apa sama kamu," ucap Nuca sembari menatapku dingin. Ia seakan tak ingin membuatku berharap lebih padanya.
"Iya, Nuc," aku mengangguk pelan.
Ia melirik tangan kananku yang masih memegang sendok.
"Sekarang kamu balik ke kelas, nanti aku anter makanannya," suaranya kembali datar. Nuca pun melewatiku begitu saja.
Ya, bagaimanapun dia tetaplah Nuca yang berhati batu. Dan aku tetaplah Tiara yang selalu mencintai Nuca sekasar apapun cara dia memperlakukanku.
***
Aku pun menidurkan kepalaku di atas meja, menunggu Nuca datang. Setidaknya hari ini aku bisa mengobrol dengannya dan mengobati sedikit rinduku padanya.
Namun, setelah beberapa menit aku menunggunya, Nuca tak kunjung datang. Aku pun berinisiatif untuk kembali ke kantin untuk memastikan bahwa ia tidak lupa dengan janjinya.
"Kenapa tadi pergi?" Ucap seseorang saat aku sedang melintasi koridor menuju kantin.
"Sam? Ngagetin aja. Gapapa kok, tadi ada urusan bentar," ucapku sembari celingak-celinguk mencari keberadaan Nuca.
"Berarti sekarang udah free?"
Aku mengangguk ragu.
"Bolos yuk," Sam merangkul bahuku.
Aku mengernyitkan keningku lalu melepaskan rangkulannya.
"Wait, kamu gila yah?"
Sam pun terkekeh lalu mengeluarkan dua tiket konser dari sakunya.
"Kamu suka Fiersa kan? Dia lagi manggung di pensi SMA sebelah, banyak yang cabut juga kok."Mataku membulat sempurna saat membaca nama Fiersa Besari disana.
"Kamu tau darimana kalo aku suka Fiersa?"Sam tersenyum lebar lalu kembali merangkul tubuhku untuk mengajakku beranjak darisana.
Namun, langkahku terhenti saat mendapatkan Nuca yang sedang berjalan tak jauh dari tempatku bediri dengan kantung makanan di tangan kanannya.
Segera ku lepaskan tangan Sam lalu menghampirinya.
"Nuc, ini ga seperti yang kamu pikirin."
Nuca mengangkat alisnya tanpa menjawab.
"Aku tadi cuma bermaksud buat nyariin kamu ke kantin, terus ketemu Sam, dia—"
"Aku ga peduli," potongnya cepat dan menatap lurus ke depan.
"Nuca."
"Terserah kamu mau deket sama siapa, asal jangan ngebebanin aku kalo ada apa-apa," Nuca kembali melanjutkan langkahnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Unlove you
RomanceDingin. Kasar. Berhati batu. Begitulah caraku menggambarkan Giannuca. 10 tahun sudah aku menyukainya secara sepihak. Sampai akhirnya aku merasa, haruskah aku menyerah? Haruskah aku membiarkannya pergi? Semuanya terjawab saat aku mengetahui alasan me...