Part 42

3.8K 451 393
                                    

"Ra.. udah siap belom? Tamu undangan udah pada dateng. Lama banget sih mentang-mentang pengantin baru."

Tiara mengangguk pelan sembari menampakkan senyuman yang tak pernah ia tampakkan 15 tahun terakhir.
Gadis itu kembali tersenyum.
Ia bangkit dari meja riasnya lalu menarik gaun pengantinnya untuk meninggalkan ruangan itu.

***

Part ini bakal flashback nyeritain 15 tahun kehidupan Tiara tanpa Nuca secara singkat.
Kembali ke sudut pandang pemeran utama yah☺️

***

"Lepasin tangan kamu," titahku pada Hugo yang kini menggenggam erat tanganku. Sangat erat.

"Bentar aja, ada wartawan di depan."

Aku memicingkan mata dari balik kacamata hitamku. Terlihat beberapa orang yang menunggu aku dan Hugo keluar dari gedung apartment ini dengan kamera yang sudah siap memotret moment kebersamaan kami.

Sial!

Aku menghela napas kasar. Tuhan, sampai kapan aku akan terjebak hubungan dengan laki-laki ini'?

Suara riuh mulai terdengar dengan lampu kamera yang tertembak ke arah kami berdua.

"Tiara, apa benar kamu pacaran sama Hugo?"

"Sejak kapan kalian mulai pacaran?"

"Apakah kalian cinlok waktu syuting film?"

"Kapan kalian akan mengklarifikasi hubungan kalian ke media?"

Brak!

Hugo menutup pintu saat baru saja berhasil memasuki mobil.

Srek!

Segera ku hempaskan genggaman hugo dengan kasar.

"Pak, ke studio yah, hari ini rekamannya mungkin agak lama. Jadi ga usah ditungguin," ujarku pada Pak Hilman, supir pribadiku.

"Sampe malem? Untung aku ga ada jadwal hari ini," Hugo tersenyum padaku, menampilkan susunan giginya yang rapi dan bersih membuat siapapun yang melihatnya akan terpanah, kecuali aku.

"Aku ditemenin Sam."

"Kalo gitu, aku nemenin Sam buat nemenin kamu."

"Apaansih? Ga usah. Pulang aja."

"Kalo gitu aku boleh nemenin sampe sore?"

"Ga."

"Satu jam aja boleh?"

"Terserah."

"Oh ya Ra.."

"Hmm?" Ku lirik sedikit ke arah Hugo yang mengeluarkan sesuatu dari goodiebag yang ia tenteng sedaritadi.

"Aku beli ini pas manggung di Bali kemaren. Karena inget kamu, jadi aku beli," ucap Hugo menyerahkan sebuah kotak musik padaku.

"Aku ga suka."

"Lagunya bagus kok Ra, coba kamu dengerin deh."

Brak!

Aku menghempaskan kotak musik itu. Hugo terdiam menatapku. Ia pun kembali memungut kotak musik itu lalu tersenyum.
"Nanti aku beli yang lain yah Ra. Yang kamu suka."

Aku benci melihat senyuman itu. Ia seakan mengingatkanku pada diriku sendiri. Tiara yang lemah, cengeng dan bodoh. Tidak, aku tidak seperti itu lagi. Aku jauh lebih kuat sekarang.

Unlove you Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang