"Apa boleh?" Tanyanya.
Aku terhenyak.
"Apa?"Nuca mendekatkan wajahnya denganku.
Sangat dekat.
Sampai aku dapat merasakan napasnya.
"Waktu itu aku ngelakuinnya tanpa izin, sekarang aku mau minta persetujuan kamu dulu. Apa boleh?"
Seketika ingatanku tentang apa yang kami lakukan di Bandung terlintas di otakku.
Apakah maksud dari ucapan Nuca adalah itu?
Aku merasakan jantungku yang memompa lebih cepat dari biasanya. Aku menelan ludahku lalu menutup mataku perlahan.
Ku rasakan darahku yang mengalir dari ujung kaki ke ujung kepala.
Adrenalinku terpacu.
Tuhan, apakah secepat ini?
Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang silau yang menyinari wajahku. Segera aku membuka mata dan mendapatkan senter yang menyoroti wajahku dan Nuca secara bergantian yang kemudian membuat Nuca menjauh dariku.
"Nuc. Siapa?" Tanyaku panik.
"Ga tau Ra."
Tak lama kemudian orang itu mengetuk pintu mobil Nuca dengan kuat.
"Ngapain malem-malem berduaan disini?! Dasar anak muda ga punya sopan santun! Turun kamu!" Pekik orang itu yang sepertinya adalah satpam atau entahlah, aku sendiri tidak tahu.
"Nuc, gimana? Aku takut."
Nuca terlihat seperti sedang berpikir.
"KELUAR KAMU ATAU SAYA TELPON POLISI! MASIH KECIL, PIKIRIN DULU SEKOLAH!" Ia pun kembali mengetuk jendela mobil Nuca gusar.
"Nuc, jangan diam aja, nanti kita dilaporin!" Aku mendorong pelan bahu Nuca.
Aku sudah berpikiran macam-macam. Tidak lucu jika kami berakhir di kantor polisi hanya karena ini.
Nuca pun membuka sedikit kaca mobilnya.
"Dia istri saya, maklum nikah muda jadi suka lupa tempat."Mataku melebar sempurna.
Seorang Nuca, berkata seperti itu?
"Alasan kamu! Turun! Saya laporin kalian yah!"
"Ga usah dilaporin, papa saya polisi, dia tau anaknya udah nikah, kenapa harus dilaporin? Justru anda yang saya laporkan karena pencemaran nama baik dan melakukan fitnah yang melanggar pasal 310 ayat 1 KUHP."
Pasal 310 ayat 1 KUHP? Haruskah sedetail itu? Aku bahkan tidak mengetahui satu pasal pun selama bertahun-tahun sekolah.
Satpam itu pun terdiam sejenak. Tak lama kemudian dia pun tersenyum ramah. "Ah iya, maafin saya yah, soalnya keliatan kayak anak SMA. Maafin saya yah," ucapnya kemudian berlalu.
Semudah itu? Dasar gila, bagaimana dia bisa tepikir untuk mengancam balik satpam itu?
Nuca kembali menaikkan kaca mobilnya.
Aku hanya diam.
Begitupun Nuca.
Suasana pun berubah menjadi canggung karena kejadian tadi. Bagaimanapun juga kenapa ia tiba-tiba mengatakan hal itu? Maksudku, istri? Nuca kamu sungguh memalukan.
Nuca menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.
"Kita pulang yah," ajaknya lalu menghidupkan mesin mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unlove you
RomanceDingin. Kasar. Berhati batu. Begitulah caraku menggambarkan Giannuca. 10 tahun sudah aku menyukainya secara sepihak. Sampai akhirnya aku merasa, haruskah aku menyerah? Haruskah aku membiarkannya pergi? Semuanya terjawab saat aku mengetahui alasan me...