Saat kami baru saja tiba di Genting Premium Outlet aku merasakan banyak pandangan yang menuju ke arah kami. Apa ada yang aneh dari kami?
Tiba-tiba seorang gadis menghampiri Nuca.
"Are you the boy in this video?"Ia menunjukkan sebuah video kepada Nuca, dimana video itu menampilkan Nuca yang sedang bernyanyi semalam di area busking lampu merah Pavilion.
Aku membulatkan mataku dengan sempurna saat menyadari video itu telah ditonton sekitar 1juta kali di Twitter.
Tunggu.
1 juta dalam semalam?"Can we take a picture together? Your video last night is everywhere in Malaysia. You don't know about that?"
Nuca hanya menggeleng.
"But we can take a picture if you want. Ra, please take it for us," ujar Nuca sembari tersenyum.Aku mengepalkan tanganku, menghentakkan kaki dengan kuat lalu meraih ponsel gadis itu.
"One.. two..." aku terdiam sejenak saat menyadari tangan Nuca yang merangkul bahu gadis itu.
"Three."Kenapa ia harus melakukan hal itu? Sejak kapan ia berani merangkul perempuan?! Sejak kapan ia menyukai ketika orang mengajaknya berfoto?!
"Take for me too," ujar temannya yang lain.
Aku menghela napas lalu mencoba untuk tersenyum.
"May i hug you?"
Apa?! Dia mau meluk Nuca? Dasar gadis sialan! Aneh sekali, bagaimana bisa seorang perempuan yang meminta pelukan dengan laki-laki tidak dikenal?
Nuca pasti menolaknya.
"Sure," ujar Nuca seakan tanpa beban.
Hatiku kembali memanas. Rasanya ingin sekali ku hempaskan ponsel ini dan menjauhkannya dari Nuca.
Kenapa Nuca menjadi murahan seperti ini? Dipeluk sembarang perempuan? Menyebalkan! Menyebalkan! Ingin sekali aku menjewer telinganya.
"Ra?"
Panggil Nuca menyadari aku yang tak kunjung memotret mereka.
"Okay. One. Two. Three."
Aku pun segera menyerahkan ponsel itu, tidak memperdulikan hasilnya yang buruk lalu meninggalkan mereka tanpa sepatah katapun.
Aku sangat kesal. Kesal pada Nuca. Kesal pada gadis gila itu.
Sam pun mengejar langkahku.
"Mau kemana? Kamu ga—""Belanja," tukasku.
Memang belanja adalah hal terbaik untuk melupakan permasalahan yang menggangumu.
Aku pun masuk ke beberapa toko untuk berburu make up. Aku suka sekali dengan semua hal yang berbau make up dan mempercantik diri. Setidaknya hanya make up yang bisa mengalihkanku dari Nuca yang begitu menyebalkan itu.
***
Saat aku sudah puas berkeliling dengan Sam, akhirnya kami pun memutuskan untuk kembali ke bawah, menunggu bus pulang datang. Aku tak ingin menegur Nuca terlebih dahulu, ia juga sepertinya baik-baik saja tanpa aku.
Saat melihat keberadaan kami, Nuca pun mendekat.
"Kemana aja?"
Aku hanya diam.
Tiba-tiba lantunan lagu blackpink pun terputar dengan keras dan membuat mataku berbinar seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unlove you
RomanceDingin. Kasar. Berhati batu. Begitulah caraku menggambarkan Giannuca. 10 tahun sudah aku menyukainya secara sepihak. Sampai akhirnya aku merasa, haruskah aku menyerah? Haruskah aku membiarkannya pergi? Semuanya terjawab saat aku mengetahui alasan me...