Part 15

3.8K 338 30
                                    

Aku menyisir rambutku dengan cepat sebelum akhirnya melangkahkan kaki untuk ke luar kamar.

"Pagi, ma! Eh?" Aku terkejut saat mendapatkan seorang laki-laki berseragam yang sedang duduk di meja makan bersama ibuku.
"Nuca?!"

Ibuku dan Nuca pun mengalihkan pandangan mereka ke arahku.

"Gini nih, Nuc. Tiap pagi dia selalu telat bangun, jadi kadang ga sempet sarapan lagi," celoteh ibuku.

Nuca hanya diam sembari mengisyaratkanku untuk mendekat.

"Kok ada disini? Udah mau sekolah? Kan belom sembuh? Emang udah dibolehin?"

"Aku harus masuk sekolah, udah ketinggalan banyak pelajaran."

"Tapi kan kamu masih sakit Nuc."

"Aku ini cowok, kuat."

"Ya, bukan masalah cowoknya. Gimana kalo terjadi sesuatu sama kamu?"

"Ga bakal. Cepetan sarapan. Udah telat," perintah Nuca.

Aku mencoba untuk tidak kembali berdebat dengannya lalu melahap roti isiku.

Aku dan Nuca pun berpamitan kepada ibuku sebelum akhirnya memasuki mobil Nuca.

"Pagi om Maman!" Sapaku pada supir pribadi Nuca.

"Pagi neng Tiara. Udah lama yah ga ketemu."

"Hehe iya, om."

Drt.. drt

Berkali-kali ponsel Nuca berdering di sepanjang perjalanan kami menuju sekolah. Mataku melirik ke arah layar ponselnya dan mendapatkan nama 'Lyo' disana. Kenapa ia tidak menjawabnya?

"Jawab aja," ucapku.

Nuca menghela napas, kemudian menjawab panggilan itu.

"Lagi dijalan."
"Iya."
"Sama Tiara."
"Kamu hati-hati."
"Oke."

Nuca pun mematikan sambungan telponnya. Aku tidak terlalu penasaran dengan perbincangan mereka, namun yang sekarang menjadi pertanyaanku adalah, Nuca menyimpan kontakku dengan nama apa?

Aku mengeluarkan ponselku untuk menelpon nomor Nuca. Tak lama kemudian ponsel Nuca kembali bergetar.

Dan tertera nama 'otak udang' disana.

Aku menyipitkan mataku lalu menatap Nuca tajam. Sementara itu, Nuca yg menyadarinya pun segera memasukkan ponselnya ke dalam saku lalu memalingkan wajahnya ke luar jendela.

"NUCA!" Pekikku lalu memukul pelan bahunya.

"Apa?" Tanyanya tanpa dosa.

"Kenapa harus otak udang coba? Emang aku otak udang?"

"Kan kamu sendiri yang bilang gitu."

Seketika aku teringat akan kejadian saat Nuca menginap di rumah, lalu aku dan ibuku berdebat karena ia menyalahkan aku yang selalu mendapatkan peringkat terakhir di kelas. Karena tidak terima akan hal itu, aku malah menyalahkan orangtuaku dan menyebut diriku sendiri otak udang.

Tapi tetap saja. Aku tidak terima jika dia juga menyebutku dengan sebutan itu.

"Ya, tapi kan ga gitu juga!" Protesku tak mau kalah.

"Sini hape kamu," Nuca pun merebut ponselku lalu mengarahkan jarinya menuju kontak.

"Mau ngapain?"

"Aku mau liat kamu nyimpen kontak aku pake nama apa."

Aku mematung sejenak dan dengan segera berusaha untuk merebut ponselku lagi. Namun aku terlambat. Nuca telah melihatnya.

Unlove you Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang