"Duh maaf ya Nuc, gara-gara aku kamu telat," ucapku pada Nuca saat kami berada di jalan menuju sekolah.
"Gapapa, sekali-kali telat."
Berkali-kali aku menggigit jariku dan melirik arloji yang melekat di tanganku.
"Nuc, udah hampir 30 menit telatnya, gimana kalo kamu dihukum?"
"Kenapa emang kalo dihukum?"
"Ya kan kamu siswa teladan, semua guru suka sama kamu."
"Emang siswa teladan ga boleh telat?"
"Ya kan tetep aja gara-gara aku kamunya telat."
Nuca melirikku lalu tertawa kecil. Tangan kirinya pun meraih puncak kepalaku untuk mengacak-acak rambutku.
"Imut banget," gumamnya samar-samar namun mampu tertangkap oleh indra pendengaranku.
Saat kami baru saja tiba di sekolah, bu Nuri, guru BK pun menghampiri kami dengan wajah seakan ingin memakanku hidup-hidup.
"Tiara! Udah berapa kali kamu telat?!"
"Maaf bu," aku menundukkan kepalaku.
"Kamu ini, harus berapa kali diomongin biar ga telat lagi? Udah kelas 12, bentar lagi mau UN, seharusnya kamu itu—"
"Maaf bu, saya juga telat," potong Nuca.
Aku memicingkan mataku. Apa dia gila? Tidak ada satupun murid di sekolah ini berani memotong omongan bu Nuri.
"Kamu, langsung masuk ke kelas saja."
"Kenapa gitu bu?"
"Karena ini baru pertama kalinya kamu telat. Tiara, kamu ikut ibu."
"I..iya bu."
"Ga bisa gitu bu."
"Kenapa lagi kamu? Udah dibilang langsung ke kelas!"
"Tiara telat gara-gara saya bu. Kalo Tiara dihukum, saya siap buat gantiin dia bu."
Aku membulatkan mataku dengan sempurna. Sepertinya Nuca ingin cari mati.
"Nuc, kamu gila?!" Bisikku.
Nuca tak mengiraukanku.
"Oke, kalo gitu sekarang kamu berdiri di lapangan basket sampe jam istirahat!"
"Tapi bu, Nuca baru pertama kali telat," belaku.
"Ibu juga mau hukum kamu, tapi ibu tau kondisi. Karena Nuca sendiri yang mau gantiin kamu sekarang ga ada tapi-tapian! NUCA CEPET BERDIRI DI LAPANGAN!"
Napasku tercekat. Nuca pun menyenggol bahuku lalu memamerkam cengiran kudanya.
"Balik sana!"
"Tapi Nuc—-"
"Udah Ra, cepet," ia mendorong tubuhku pelan untuk ke kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unlove you
RomanceDingin. Kasar. Berhati batu. Begitulah caraku menggambarkan Giannuca. 10 tahun sudah aku menyukainya secara sepihak. Sampai akhirnya aku merasa, haruskah aku menyerah? Haruskah aku membiarkannya pergi? Semuanya terjawab saat aku mengetahui alasan me...