Begitulah liburan singkatku bersama Nuca.
Jika kau bertanya apa hal yang paling membahagiakan dalam hidupku? Maka merasa dicintai oleh Nuca adalah jawabannya.
Aku bersyukur tuhan menuliskan takdir untukku dan Nuca hidup di waktu yang sama.
Tidak pernah terbayangkan olehku, jika aku menemukan orang lain untuk dicintai.
Aku hanya menginginkan Nuca.
Jika bukan dia, aku tidak tau akan siapa.
"Pagi ganteng," sapaku pada Nuca yang telah menungguku di ruang tamu.
Nuca mengalihkan pandangannya ke arahku lalu tersenyum.
"Udah siap?"
"Kamu ini Ra, kebiasaan bangun siang mulu, kasian murid berprestasi kayak Nuca kalo telat gara-gara nungguin kamu aja," celoteh ibuku.
"Hehe. Kan aku semalem begadang karena belajar ma. Udah kelas 12 aku ga mau males-malesan lagi."
"Alesan banget. Ga pernah tuh mama liat kamu belajar. Lagian belajar apaan orang baru hari pertama masuk sekolah?"
"Ih mama mah marah-marah terus. Udah ah, yuk Nuc berangkat."
Aku menarik lengan Nuca menuju pintu keluar. Nuca pun dengan cepat meraih tangan ibuku.
"Berangkat dulu yah ma," ucapnya sembari mencium tangan ibuku.
"Hati-hati sayang," ibuku mengusap pundak Nuca.
Aku memicingkan mataku melihat mereka berdua.
Kenapa aku seperti tidak dianggap? Siapa sebenarnya anak kandung disini? Menyebalkan. Padahal tadi malam aku sungguh-sungguh belajar, kenapa tidak ada yang mempercayaiku?
"Kok tiba-tiba dibolehin bawak mobil sendiri?" Tanyaku pada Nuca saat kami sudah berada di dalam mobil.
Hari ini untuk yang pertama kalinya Nuca membawa mobil sendiri ke sekolah tanpa supirnya.
"Iya hehe."
"Kamu bilang apa kok bisa dibolehin? Kan selama ini om Reino ga bolehin banget."
"Aku bilang om Maman suka gangguin kita pacaran."
Aku terkekeh pelan. "Terus?"
"Terus langsung dibolehin deh."
"Berarti aku boleh peluk kamu yah sekarang? Kan gaada om Maman?" Tanyaku dengan muka memelas.
"Iya sayang." Nuca pun membuka sebelah tangannya untuk membiarkanku memeluknya dari samping.
Sayang? Nuca memanggilku sayang?
"Kamu panggil aku apa tadi?"
"Sayang."
"Ihh aku maunya dipangil beb."
"Hah?"
"Kita bikin panggilan aja yah. Kamu panggil aku beb, aku panggil kamu bi. Gimana? Lucu kan?"
"Ga."
"Ihh ga seru banget sih. Biar kedengeran so sweet gitu loh Nuc."
"Ga."
Aku berdecak kesal. "Dasar laki-laki es, mana ngerti yang so sweet so sweet gitu." gerutuku.
"Es?"
"Nggak. Ngomong-ngomong kamu wangi banget sih, pantes banyak cewek suka."
"Kan aku wangi biar kamu yang suka, bukan orang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unlove you
RomanceDingin. Kasar. Berhati batu. Begitulah caraku menggambarkan Giannuca. 10 tahun sudah aku menyukainya secara sepihak. Sampai akhirnya aku merasa, haruskah aku menyerah? Haruskah aku membiarkannya pergi? Semuanya terjawab saat aku mengetahui alasan me...