Aku dan Nuca larut akan perbincangan yang membawa kami kembali ke masa lalu. Sampai akhirnya waktu telah menunjukkan pukul 11 malam, dan kami pun memutuskan untuk kembali ke villa karena pintu villa akan dikunci pada pukul 12.
Di sepanjang perjalanan Nuca kembali memasukkan tanganku dan tangannya ke dalam saku jaketnya, membiarkan kami berdua saling memberikan kehangatan.
"Aku ga suka kamu deket Sam," ujar Nuca secara tiba-tiba disela perjalanan pulang.
"Kenapa?" Tanyaku.
"Cuma ga suka aja."
Aku menautkan alisku. "Kamu cemburu?"
Nuca terhenyak sejenak sembari membuang mukanya agar aku tidak dapat melihatnya. "Bukan gitu."
"Kamu mau aku jauhin dia?" Aku mendongak sembari tersenyum menggodanya.
Nuca mengangguk.
Aku pun tidak mampu menahan tawaku saat melihat wajahnya yang menggemaskan sekali saat sedang cemburu.
"Kalo aku deket sama cowok lain tapi bukan Sam Gimana?"
"Aku juga ga suka."
"Kenapa?" ucapku terus menggodanya.
"Aku cemburu."
Degh!
Aku memalingkan wajahku. Aku tau dia cemburu, tapi kenapa saat dia mengakuinya aku malah menjadi salah tingkah seperti ini?
Aku tidak ingin cepat sampai ke villa, aku ingin seperti ini terus dengannya, memandangnya, berbicara dengannya, dan melakukan hal apapun dengannya.
Tuhan bisakah kau menuliskan namaku dan namanya di Lauhul Mahfudz-Mu?
"Nuc kok kita ngelewatin jalan yang sama daritadi?Kita ga tersesat kan?" Tanyaku pada Nuca saat menyadari jalan yang kami lalui terus berputar.
"Nggak, tenang aja," Nuca menenangkanku.
Kami hanya menempuh jalan lurus saat pergi kesini, tapi kenapa Nuca terus menuntunku berbelok?
Sampai aku menyadari, Nuca yang ku kenal tidak akan pernah salah jalan, dia sangat pintar dalam hal mengingat, dia bahkan mampu mengingat jalan yang kami kunjungi 5 tahun yang lalu.
Nuca hanya memperlama perjalanan pulang kami.
Yang kemudian membuat perjalanan kami yang seharusnya hanya memakan waktu 10 menit menjadi 30 menit.Menyadari akan hal itu, aku seakan tidak mampu menyembunyikan perasaan bahagiaku.
Tak lama kemudian kami pun akhirnya sampai di depan pintu villa. Dan membuat kami berdua larut akan pikiran kami masing-masing.
"Masih ada 10 menit lagi," ucap Nuca menatap arlojinya.
"Kamu belom mau masuk?"
Nuca mengerjapkan kelopak matanya lalu menghela napas.
"Kalo kita masuk sekarang, tangannya harus dilepas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unlove you
RomanceDingin. Kasar. Berhati batu. Begitulah caraku menggambarkan Giannuca. 10 tahun sudah aku menyukainya secara sepihak. Sampai akhirnya aku merasa, haruskah aku menyerah? Haruskah aku membiarkannya pergi? Semuanya terjawab saat aku mengetahui alasan me...