Part 38

3.2K 497 220
                                    

Hari ini adalah hari pernikahan om Reino. Aku dan kedua orangtuaku tentu saja akan datang. Meskipun perjodohanku dan Nuca sudah secara resmi dibatalkan, hubungan antara keluarga kami masih sangat baik.

Aku mengajak Sam. Hanya untuk berjaga-jaga agar aku dan Nuca tidak kembali berdebat jika bertemu nanti.

Sudah cukup lama rasanya aku tidak bertatap muka dengan Nuca. Dan tentu saja aku cukup gugup.

Mataku menelusuri setiap sudut gedung ini, mencari dimana sosok laki-laki tinggi itu, tapi aku tak dapat menemukannya.

Dimana Nuca?

Pernikahan sudah mulai berlangsung, tapi Nuca belum memunculkan diri sedikitpun.

"Sam?"

"Kenapa Ra?"

"Aku mau ke toilet dulu yah."

"Terakhir kamu bilang gini kamu ngilang. Inget pas prom night?"

Aku menggeleng lalu menepuk pundaknya pelan. "Bentar doang. Nanti aku balik lagi. Oke?"

Sam mengangkat alisnya, mengiyakan ucapanku.

Aku pun melangkahkan kakiku menerobos kerumunan para tamu undangan yang menghalangi jalanku.

Aku memeriksa ke ruang ganti, tapi Nuca tidak ada disana. Langkahku kini menuju toilet, tapi hasilnya tetap nihil. Apa Nuca tidak datang?

Haruskah aku memeriksa parkiran untuk melihat mobilnya?

Dengan langkah cepat, aku berjalan menuju pintu keluar yang mengarah ke parkiran.

Dan ternyata benar adanya, Nuca disana.

Dari jauh ku lihat Nuca yang mengenakan jas hitam lengkap itu tengah duduk bersandar di dinding bangunan ini. Ia menunduk sembari menjambak kuat rambutnya ke belakang dengan kedua lengan yang betumpuh pada lututnya.

Kakiku seakan bergerak dengan sendirinya mendekati Nuca sampai akhirnya ia mendongak dan menatapku dengan tatapan sendunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kakiku seakan bergerak dengan sendirinya mendekati Nuca sampai akhirnya ia mendongak dan menatapku dengan tatapan sendunya.

Mata Nuca terlihat begitu merah, rambutnya berantakan, kemeja yang ia kenakan terlihat begitu kusut dengan dasi yang nyaris terlepas dari lehernya.

Hatiku mencelos melihat pemandangan ini.

Nuca terlihat begitu kacau dan menyedihkan.

"Ra..." panggilnya lirih.

Aku berusaha sebisa mungkin untuk menahan egoku agar tidak kembali mengulurkan tangan padanya.

Ku hentikan langkahku lalu menunduk.

"Aku cuma mau ke parkiran."

"Ra..." panggilnya lagi dengan suara parau.

Suara itu terdengar begitu menyakitkan.

Unlove you Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang