Part 5

4.2K 285 64
                                    

"Enak banget sih, gila yah demi apapun seorang playboy kaya Sam bisa takluk sama kamu, Ra!" Keisya terlihat begitu antusias saat kami berjalan keluar dari aula.

"Apa sih Key?" Aku terkekeh pelan.

"Jadi, kamu malem ini mau dinner sama Sam?"

Aku pun mengangguk.

Sebelum aku turun dari panggung, Sam berbisik padaku untuk mengajakku makan malam di sebuah rooftop restaurant.

Seperdetik kemudian langkahku dan Keisya terhenti saat melihat Nuca yang tengah duduk tak jauh dari tempat kami berdiri.

"Aku duluan," bisik Keisya.

Aku mematung, menatap Nuca yang sekarang berdiri di hadapanku dengan buket bunga di tangannya.

"Nih," Nuca menyodorkan buket bunga itu padaku.

"Apa?"

"Buat kamu."

Seperti biasanya, tiap valentine Nuca selalu memberikanku buket bunga. Bukan darinya, tapi dari ayahnya yang menyuruh Nuca memberiku bunga.

Hanya sebagai bentuk formalitas dari perjodohan kami. Dan aku sudah terbiasa akan hal itu.

Aku pun menerima bunga itu. "Nuc."

"Hmm?"

"Lagu tadi buat siapa?"

Nuca tehenyak sejenak. "Bukan buat siapa-siapa. Aku cuma disuruh tampil."

Aku diam.

Nuca diam.

Tak ada yang kembali memulai perbincangan.

Sampai akhirnya Nuca membalikkan tubuhnya.
"Boleh aku kasih kamu saran?"

"Apa?"

"Jangan pergi malam ini," Nuca pun berlalu, meninggalkanku yang kebingungan.

Apa maksud ucapannya? Ia melarangku pergi dengan Sam?

***

"Kamu cantik banget, Ra," ucap Sam saat aku baru saja keluar dari gerbang rumahku

"Dasar gombal."

"Gini nih cewek, dibilang cantik malah dikatain gombal, dibilang jelek malah marah-marah. Ntar kalo cowok ngomong jujur malah dituduh bohong, kalo cowok ngaku bohong malah dibilang pengkhianat," ucap Sam tanpa koma dan membuatku tergelak.

Sudah lama sekali rasanya aku tidak tertawa seperti ini. Seandainya orang yang ada di hadapanku sekarang adalah Nuca, aku pasti akan jauh lebih bahagia.

"Pegang YANG KUAT!" Pekik Sam yang tidak ingin kalah dengan raungan knalpot ninja merahnya ini.

***

Gemerlap lampu kota yang menghiasi gelapnya langit Jakarta malam ini membuatku begitu takjub. Aku tidak tau ada restoran seperti ini di dekat sekolahku. Dan sepertinya aku adalah gadis kesekian yang pernah Sam ajak ke restoran ini. Mungkin.

"Gimana perjodohan kamu sama Nuca?"

"Kamu tau?"

Tentu saja Sam mengetahuinya, semua orang di sekolah juga tau kalau aku adalah gadis yang tergila-gila dengan Nuca dan menjebaknya di perjodohan konyol hanya karena kedua orangtua kami bersahabat.

"Bukan rahasia umum lagi."

"Ya gitu."

"Sejak kapan kalian dijodohin?"

"Hmm, sekitar 3 tahun yang lalu, sebelum mama Nuca meninggal."

"Mama Nuca udah meninggal?"

"Iya, karena penyakit jantung, sama kayak aku."

"Kamu bahagia?"

"Maksudnya?" Aku mengernyitkan dahiku tak mengerti.

"Kamu bahagia dijodohin sama dia?"

Pertanyaan Sam bagaikan petir bagiku. Apa aku bahagia? Aku bahkan tidak pernah merasakan apa itu bahagia sejak 3 tahun ini. Aku hanya membebani Nuca dengan penyakitku yang bukan tanggung jawabnya.

"Tiara? Sam?" Panggil suara perempuan yang begitu familiar bagiku.

Aku segera menoleh ke sumber suara dan mendapatkan Lyo dan Nuca yang berjalan menghampiri kami.

"Nuc, kita gabung sama mereka aja yuk."

"Kita cari restoran lain aja," ucap Nuca tanpa ekspresi.

"Kenapa? Ngehindar?" Saut Sam.

"Kenapa gue harus ngehindar?"

"Ya tanyain sama diri lo sendiri, kenapa lo mau ngehindar?"

Aku segera menyentuh lengan Sam, mengisyaratkannya untuk berhenti.

Lyo pun segera mendudukki kursi di sebelahku, diikuti Nuca yang duduk tepat di sebelah Sam.

"Kalian udah lama, Ra?" Tanya Lyo.

Aku hanya mengangguk.

Sesaat kemudian mereka berdua larut akan dunia mereka sendiri tanpa memperdulikan aku dan Sam.

Kadang aku sedikit melirik keduanya yang terlihat begitu bahagia. Nuca tidak pernah sebahagia itu saat bersamaku.

Aku pun menundukkan pandanganku saat Lyo mengusap pipi Nuca dengan tangannya.

"Ra, cobain udangnya deh, enak," Sam menyodorkan sendok untuk menyuapiku.

"Dia alergi udang," cetus Nuca.

"Maaf, Ra," Sam menurunkan tangannya.

"Lo yang mesenin makanannya? Hampir semua makanan yang ada di piring dia itu makanan yang ga bisa dia makan."

"Nuca," desisku, mencoba untuk menyuruhnya diam.

"Dia alergi seafood. Dia ga bisa minum wine. Dan parahnya lo bahkan baru tau kalo dia punya riwayat jantung."

"Nuca!" Aku menaikkan nada bicaraku. Ia benar-benar keterlaluan.

"Kenapa? Kamu lebih ngebela orang asing ini?"

"Sam bukan orang asing."

"Emang ada sebutan yang lebih cocok buat orang yang ga tau apa-apa tentang kamu selain sebutan 'orang asing'?"

"Nuca please stop."

"Bisa-bisanya keluar malem sama orang yang baru dikenal."

"Lo cemburu?" Tanya Sam yang kemudian membuat Nuca terdiam.

Kalian TEAM NUCATIARA atau TEAM SAMTIARA nih?! 😋 silahkan komen dan vote yah, kalo banyak yang minat aku bakal publish 2 part sekaligus hari ini.

Unlove you Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang