🌸ASSALAMUALAIKUM🌸
HAPPY READING🌻
.FATIMAH.
Bersikap seolah tak mengenal dan tak tahu tentang masa lalu, itu lebih baik bukan? Daripada terus saling mengenal dan masih terus saling mengirimkan rasa sakit.
-BAGIAN EMPAT PULUH-
[SEBAGIAN DI HAPUS KARENA PROSES PENERBITAN]
"Ingat ya Pian, kenapa Ayah kamu nerima dia dengan begitu lapang karena dulu Ayah kamu pernah berpoligami sama dengan kamu! Dan kenapa Ibu gak nerima dia karena Ibu pernah berada di posisi Fatimah, Ibu tahu jelas rasa sakitnya kaya gimana! Mikir pakai otak dan hati jangan terus-terusan gegabah. Gak guna banget ijazah dan nilai tinggi disetiap pelajaran kalau akhirnya malah nyakitin perempuan, rendah banget kamu jadinya!" Ucap Nisa dengan penuh emosi.
"Kenapa sih Ibu terus-terusan bela Fatimah, yang anak Ibu ini aku atau dia sih!" Kesal Pian.
"Gak peduli siapa anak Ibu, kalau salah ya salah dan tentu aja Ibu lebih senang dengan anak orang lain yang baik luar dan dalam dari pada sama Anak sendiri yang gak tahu diri kaya gini!" Ucap Nisa lagi.
"Ada apa lagi ini? Debatin apa lagi sih? Suara kalian kedenger sampai luar" Tanya kepala keluarga, dia lelah mendengar debatan-debatan disetiap harinya.
"Tanya sama Anak kamu sendiri! Cape aku urusin dia dari kecil tapi dia kaya gini!" Jawab Nisa lalu melangkahkan kakinya pergi ke dalam kamar untuk menenangkan hatinya.
Dia heran kenapa Pian bersikukuh keras seperti ini, padahal Dia sangat menyayangi Pian tapi kenapa Pian malah selalu bertolak belakang dengan apa yang dia mau.
Dia seakan terlihat paling jahat di Rumah ini karena selalu menentang keinginan Pian padahal dia tak berniat seperti itu.
Dia sangat menyayangi Pian walaupun Pian bukan anak kandungnya, sangat-sangat menyayangi. Dia ingin Pian tumbuh menjadi lelaki yang berjiwa besar dan setia.
Tidak seperti Ayahnya yang tidak setia dan memilih untuk berpoligami, ah dia jadi mengingat dulu ketika Suaminya pulang membawa bayi laki-laki dari wanita lain.
Kalau saja mungkin Ibu kandung Pian tak meninggal dia tak akan tahu kalau Suaminya itu berpoligami.
Berbeda dengan Nisa saat berhadapan dengan Pian, Suaminya Husna malah terlihat lebih tenang saat menghadapai anaknya.
"Kenapa lagi? Ayah cape dengerin debatan kalian" Tanyanya.
"Yah, kenapa sih Ibu gak bisa ngertiin Pian, kenapa Ibu malah mempersulit kehidupan Pian. Ibu selalu aja nolak Meydina Yah" Jawab Pian lesu.
"Loh bukannya kita udah sepakat Meydina gak akan dibawa ke sini?" Tanya Husna yang membuat Pian memijat pelipisnya pelan.
"Tapi Meydina istri Pian sekarang Yah, apalagi dia lagi ngandung gak mungkin banget Pian tinggalin dia mulu di rumah Bundanya disana dia sendiri karena Bunda Kanaya di Rumah Sakit, terus Pian juga gak mungkin bawa Meydina ke rumah Pian dan Fatimah dulu, Pian gak mau buat Fatimah sakit hati lagi udah cukup Pian bikin Fatim sakit hati Yah.
Cuman Rumah yang terakhir jadi pilihan Pian Yah, Ayah ngertikan gimana keadaan Pian?" Jelas Pian."Ayah ngerti, tapi masa kamu mau nyiksa Ibu sama Istri kamu kalau mereka disatuin disini. Bukannya Kandungan istri kamu lemah? Bayangin coba kalau dia disini? Kenapa gak beli Apartemen aja atau gak ngontrak dulu Rumah?" Tanya Husna.
'"Pian gak bisa ninggalin Meydina sendiri kalau dia disini banyak yang jagakan? Terus kalau Mey sama Ibu terus dipisah kapan mereka akan akur Yah?" Jawab serta tanya Pian.
Husna menghela nafas sangat susah untuk memberitahu anaknya ini, dia sangat keras kepala.
"Terus mau kamu gimana?" Tanya Husna pasrah."Pian cuman mau Meydina bisa tinggal disini" Jawab Pian yakin.
"Seingin itu kamu buat Meydina bisa disini?" Tanya Husna yang dijawab dengan anggukan kepala.
"Bawa dia malam ini kesini tapi jangan dulu bawa pakaian atau perlengkapan lainnya, kita makan malam, Kita rayu Ibu pelan-pelan" Ucap Husna yang membuat Pian kembali bersemangat.
"Makasih Yah" Ucapnya dengan senyuman.
"Tapi ingat buat Istri kamu sopan dan manis malam ini jangan membuat Ibu kamu semakin marah" Pesan Husna yang kembali diangguki kepala oleh Pian.
"Maaf ganggu tapi kayanya Tante Malem ini bakal gak ada di rumah, karena dia udah bikin janji sama aku buat ketemu seseorang" Ucap Rafki yang sedari tadi menguping pembicaraan mereka.
"Lo tuh ya selalu aja ganggu, kenapa harus ada Lo sih di rumah in, Lo itu gak berhak ada sini tahu gak!" Ucap Pian dengan kesal.
Mendengar ucapan Pian membuat Rafki mengangkat satu alisnya.
" Yang gak berhak itu Saya atau Anda sih?" Tanyanya dengan senyum yang meremehkan."Kalau gitu Saya ke atas dulu ya, Assalamualaikum" Pamitnya lalu pergi meninggalkan dua insan yang kembali memikirkan cara agar bisa membuat Meydina masuk.
Sedangkan Rafki langsung
mendatangi kamar Tantenya untuk memberitahu hal ini, sebenarnya Rafki dan Nisa tidak ada janji apapun. Namun, saat mendengar rencana Anak dan Ayah itu membuat Rafki berpikir agar rencana mereka gagal.Rafki tidak mau membuat Fatimah sakit hati mengetahui saat Meydina pertama datang saja sudah membuat Fatimah sakit hati, bagaima jika dia tahu kalau Ayah mertuanya mendukung Pian, Rafki tak bisa membiarkan itu semua dia tak mau membuat Fatimah tertekan.
Jika saja perceraian mereka telah disah kan, baru Rafki tak akan terlalu ikut campur tapi jika belum masuk mediasi tapi Meydina sudah masuk ke keluarga Wahid, Rafki tak bisa membayangkan bagaimana rasa sakit yang dirasakan Fatimah.
•
•
•
•
•Hallo Maaf baru Update, Soalnya aku lagi sakit jadi gak sering main gadget, InsyaAllah setelah ini aku Update nya akan teratur lagi. Doain ya.
**
Aku kasih sedikit bocoran ya.Setelah melewati Mediasi hukum alam buat Pian dan Meydina menanti minta dijemput wkwk
**Ohiya menurut kalian
Pian bakal datang gak ya disetiap persidangan ;v
***
TERIMA KASIH TELAH MEMBACA🌸
SEMOGA SUKA SAMA PART KALI INI 🌻
JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENTNYA YA!🌸
DAN JANGAN LUPA IKUTI AKUN INI JUGA!🌻
🌸WASSAALMUALAIKUM🌸
FATIMAH
KAMU SEDANG MEMBACA
FATIMAH [ TERBIT ]
General Fiction[ TERBIT ] Sudah Tersedia di Shopee dan Tokopedia Aku bukanlah Saudah binti Zam'ah, yang rela dimadu oleh banyak Wanita. Aku hanya Wanita biasa yang selalu merasakan cemburu ketika Suamiku dengan Wanita lain. Aku hanya Wanita biasa yang tak rela Sua...