Fatimah.20

53.6K 2.5K 163
                                    

🌸ASSALAMUALAIKUM🌸

HAPPY READING🌸.

.FATIMAH.

Entah apa yang ada dalam pikiran Kamu, sikap Kamu membuatKu berada dalam keadaan yang terombang-ambing

-BAGIAN DUA PULUH-

Setelah kepergian Pian, Fatimah berdiam diri didalam kamar, Ia meringkuk diatas tempat tidur. Para Sahabatnya memberikan waktu untuk Fatimah sendiri supaya Ia bisa menenangkan diri terlebih lagi hatinya.

Fatimah masih tak menyangka atas sikap yang ditunjukan oleh Pian, bentakannya masih tergiang dalam telinga Fatimah, baru kali ini Fatimah melihat emosi Pian yang begitu memuncak.

"Kenapa? Kenapa malah kaya gini?" Tanya Fatimah pada dirinya sendiri.

"Kenapa sikap Kamu terus-terusan kaya gini sih" Ucapnya lagi.

Air matanya terus mengalir, Ia tak tahu kenapa air matanya terus-terusan mengalir keluar, padahal Dia sudah tak ingin menangisi semua masalah yang bersangkutan dengan Pian.

"Fatim makan dulu yuk" Panggil Arafah dari luar kamar, membuat Fatimah tersadar lalu Ia duduk dan menyenderkan bahunya.

"Tim" Panggil Arafah lagi.

"Iya sebentar" Jawab Fatimah dengan suara serak khas menangis.

"Arafah buka yah pintunya" Izin Arafah lalu masuk ke dalam kamar Fatimah.

Arafah yang melihat keadaan Fatimah menarik nafas beratnya, Hijab Fatimah sudah tak serapi tadi, Hijabnya sangat kusut, hidung dan mata Fatimah merah membuat siapa saja yang melihatnya akan langsung merasa Kasihan bercampur gemas.

"Ini Arafah bawa makan, dimakan yah" Ucap Arafah sembari mendekati Fatimah.

"Mau Arafah suapin?" Usul Arafah yang mendapat gelengan kepala dari Fatimah.

"Gak usah, simpan aja dulu dinakas Fatim mau cuci muka dulu" Jawab Fatimah lalu turun dari ranjang dan melangkah,'kan kakinya menuju toilet.

Setelah membasuh wajahnya Fatimah kembali menemui Arafah, wajahnya sudah agak segar namun mata dan hidungnya masih saja merah.

"Ini makanannya" Kata Arafah sembari memberikan piring berisi lauk pauk kepada Fatimah.

Fatimah menerimanya dengan tersenyum.
"Makasih" Ucapnya lembut.

Arafah menatap Fatimah dengan tatapan yang tak dapat diartikan, Ia merasa kecewa dengan sikap Fatimah yang tak bisa tegas, namun Arafah juga merasa kasihan melihat Sahabat terkuatnya malah seperti ini.

Ingin sekali Arafah menasehati Fatimah dengan tegas, namun saat Ia akan tegas kepada Fatimah tiba-tiba ingatan dulu tergiang dikepala Arafah. Ingatan saat Fatimah yang selalu menasehatinya dengan penuh kasih sayang dan kelembutan.

"Arafah kenapa?" Tanya Fatimah yang melihat Arafah sedari tadi melamun.

Arafah menggeleng,'kan kepalanya dengan cepat.
"Engga kenapa-kenapa" Jawabnya.

"Makasih, makanannya enak" Ucap Fatimah lalu menyimpan sisa makanannya dinakas.

"Itu Aldo sama Daren yang masak" Ucap Arafah memberitahu Fatimah.

Fatimah menganggukan kepalanya lalu tersenyum manis.
"Pantas rasanya tak asing" Ujarnya dalam hati.

"Fatim mau tidur?" Tanya Arafah, karna Ia kasihan melihat mata Fatimah yang masih merah.

FATIMAH [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang