🌸ASSALAMUALAIKUM🌸
HAPPY READING🌸
.FATIMAH.
Ikhlas. Mencoba ikhlas untuk semuanya, untuk masalah yang dihadapi, mencoba untuk kuat untuk semua ini tapi sayangnya sangat susah. Bantu, bantu Aku untuk menghadapinya.-Fatimah
-BAGIAN EMPAT-
AUTHOR
Fatimah terdiam, ia termenung tak tahu apa yang harus ia katakan kepada Mamahnya.
Lambat laun Mamahnya akan tahu juga, Ia tak mau membuat Mamahnya kecewa mengetahui masalahnya dari orang lain bukan dari dirinya sendiri.
Apalagi malam ini Sahabat-sahabatnya akan datang ke rumah Mamahnya, pasti mereka akan memberitahu Mamahnya.
"Aku harus gimana?” Tanya Fatimah pada dirinya sendiri.
"Ya Allah, Aku lupa ngabarin Abi kalau Aku lagi dirumah Mamah” Ucap Fatimah menepuk jidatnya.
Fatimah melirik nakas disampangnya, dan mengambil handphone yang tengah ia charger.
"Bissmilah"Ucapnya lalu mencari kontak Suaminya.
Ia menelepon Suaminya itu namun tak kunjung diangkat, dan dari siang suaminya tak mengirim pesan kepadanya membuat Fatimah khawatir.
"Abi angkat dong" Ucapnya bermonolog, sambil menggigit kukunya.
Telepon Fatimah tak kunjung diangkat juga, padahal Fatimah telah meneleponnya beberapa kali.
Fatimah menyerah Ia menarik nafas panjangnya "Apa Aku harus menelepon Meydina"
"Ya Aku harus nelepon Meydina untuk tahu kabar Abi” Ucap Fatimah yakin.
Dengan tangan yang sedikit bergetar dan mata yang sudah berkaca-kaca Fatimah mencari Kontak Meydina.
"Bissmilah”Ucapnya Fatimah lalu menelepon Meydina.
Satu detik
Dua detik
Tiga detik.
Telepon tak kunjung diangkat juga, Fatimah semakin Khawatir dengan keadaan Suaminya apalagi mengetahui fakta bahwa Satria sudah mengetahui masalahnya.
Dia yakin sangat yakin, Satria tidak akan tinggal diam, Ia pasti memberi pelajaran kepada suaminya.
'Tess' Air matanya semakin deras dia sangat khawatir kepada Pian.
Fatimah kembali menelepon Meydina,
Dan akhirnya teleponnya diangkat.
Fatimah:
Assalamualaikum, Meydina apa Abi baik-baik saja? Kenapa telepon Fatim tidak diangkat oleh Abi?
Meydina:
Waalaikumsalam, Fatim kamu apa in Kak Satria? Bukan kah Aku udah bilang, jauh in Kak Satria JAUHI.
Fatimah:
Meydina Aku menanyakan Abi bukan Kakak kamu.
Meydina:
Cih, dengar ya Pian sekarang lagi tidur gak usah khawatir,
Meydina:
Dan ingat Pian sekarang milik Aku dan bayi aku, bukan milik kamu.
Fatimah:
Na, jangan lupakan fakta kalau Abi belum menggugat cerai Fatim, kalau gitu terima kasih info nya, Wasalamualaikum.
Setelah mematikan teleponnya, Fatim kembali menangis Ia menjatuhkan dirinya ke samping tempat tidur Ia menunduk dan memeluk lututnya.
'Tok tok'
"Fatim, ada teman-teman kamu dibawah"Ucap Mamahnya dibalik Pintu kamar.
Mendengar ucapan Mamahnya membuat Fatim mengangkat mukanya dan menghapus paksa air matanya.
"Bentar Mah, Fatim ke toilet dulu sebentar” Jawab Fatimah tanpa membuka pintu kamarnya.
"Ya udah, cepat ya Tim” Balas Mamahnya.
Fatimah bangkit dari duduknya, Ia menuju toilet untuk membasuh wajah. Setelah merasa sedikit segar Fatimah berjalan menuju ke bawah untuk menemui Teman-temannya.
Saat berada diujung tangga Fatimah melihat Teman-temannya terlihat sekali wajah mereka sangat serius, apalagi Satria dengan tangan yang mengepal.
Fatimah tersenyum manis, dan berjalan menuju mereka.
"Assalamualaikum” Ucap Fatimah, dengan senyuman manis andalannya.
"Waalaikumsalam” Jawab Teman-temannya serempak.
"Ko datang tiba-tiba Fatim kan belum masak makanan kesukaan kalian” Ucap Fatimah lalu duduk dekat Olin.
"Sengaja Tim” Jawab Olin ikut tersenyum.
"Sejak kapan Tim” Tanya Satria menatap Fatimah serius.
Fatimah yang ditatap oleh Satria merasakan takut, tatapan kali ini bukan tatapan yang biasanya. Bukan tatapan saat dia sedih, marah bahkan bahagia dia tidak tahu tatapan apa kali ini.
Fatimah menarik nafas panjangnya "Katanya 1 bulan setelah menikah dengan Fatim".
"Kamu tahu nya kapan” Tanya Lala menatap Fatimah dengan tatapan khawatir.
"Kemarin malam, Abi bilang Meydina sedang mengandung jadi dia harus menjaganya dengan baik” Jawab Fatimah tersenyum tipis.
"Tim, jangan berbohong. Tidak usah memasang wajah palsumu didepan kita semua, kamu tahu bukan kita sudah mengetahui sifat kamu” Ucap Olin sembari menggenggam tangan Fatimah.
"Mamah mana?” Tanya Fatimah.
"Mamski ke kamarnya, dia juga udah tahu masalah ini dari Satria” Jawab Olin menatap Satria.
"Padahal Aku udah niat mau Aku yang ngasih tahu sendiri ke Mamah” Jawab Fatimah sedih, Ia takut Mamahnya kecewa.
"Nanti kamu kembali jelas in aja" Ucap Olin sedikit tersenyum.
Fatimah menatap Teman-temannya, tatapan mereka tatapan khawatir. Fatimah tidak suka Ia tidak suka jika orang lain mengkhawatirkannya.
"Kalian gak usah khawatir, Fatim baik-baik aja mungkin hanya sedikit belum ikhlas doa in aja ya semoga Fatim bisa kuat dan sepenuhnya ikhlas” Jelas Fatim dengan senyuman tulus.
"Fatim tahu deh kalian pasti lapar, mending kita makan yuk. Kita bakar-bakar di halaman belakang” Ajak Fatimah sembari berdiri.
Fatimah menatap teman-temannya yang masih terdiam. "Ayoo ii, Fatim kan kangen masak bareng kalian. Emang kalian gak kangen" Ucap Fatim merajuk.
"Yaudah Ayo” Jawab Satria bangkit dan disusul oleh yang lain.
Ditempat lain, tepatnya Rumah Sakit Meydina tak kunjung memberhentikan air matanya
"Ini semua gara-gara Fatimah, dulu Ka Satria tidak seperti ini. Ini gara-gara Fatim” Ucapnya bermonolog dengan tangannya yang sudah mengepal.
"Fatim udah merebut Ka Satria dari Aku, dan Aku tidak akan membiarkan dia merebut Pian juga” Lanjutnya dengan tatapan tajam.
"Meydina” Panggil Bundanya.
"Bun, kenapa Ka Satria berubah? Ini pasti gara-gara perempuan sialan itu. Bun bantu Mey, bantu bilang ke Suami Mey suruh dia menceraikan Fatim kalau tidak Mey akan menggugurkan kandungan Mey” Ucap Meydina dengan air mata yang semakin deras.
"Meydina jangan konyol, kamu juga harus memikirkan Fatim, Bunda udah berbuat salah pada Fatimah dan Pian jangan tambah kesalahan Bunda lagi Mey. Fatimah Sahabat kamu Mey ingat itu” Jawab Bundanya lalu membalikkan badan dan meninggalkan Meydina sendirian.
"Aaah, kenapa tidak ada yang berada dipihak ku. Kalau Fatim mengaku sahabatku dia tidak akan pernah menikah dengan Pian” Ucap Meydina lalu bangkit menuju kamar inap Pian.
Saat Meydina masuk Ia melihat Pian yang tengah tersenyum kepada dirinya.
"Kamu udah mendingan?” Tanya Meydina kepada Pian.
"Iya, kamu sama Baby gimana?” Tanya Pian menatap Meydina Khawatir.
Mendengar pertanyaan Pian membuat Meydina tersenyum, terlintas dalam pikirannya sebuah ide.
"Kalau Bunda gak mau bantu Aku, Aku bisa kok sendiri” Ucapnya dalam hati.
"Emmm kata Dokter kandungan Aku lemah, sangat lemah Dokter bilang Aku butuh perhatian ekstra jangan berpikiran yang berat-berat” Jawab Meydina dengan tatapan Sedih.
Mendengar ucapan dari Meydina, membuat Pian semakin Khawatir "Ohyah, kalau gitu Aku akan menjaga kamu 24 jam, bahkan setiap detik Aku akan ada untuk kamu"
"Benarkah? Baby pasti sangat bahagia punya Ayah seperti kamu yang siap siaga” Ucap Meydina dengan mata yang berbinar bahagia
"Em tapi bagaimana dengan Fatim Mas?” Tanya Meydina dengan ragu-ragu.
"Fatim biar urusan Mas, dia pasti ngerti kok Kamu kan emang butuh perhatian Mas. Kalau Fatim bisa jaga diri sendiri” Jawab Pian dengan tersenyum.
Mendengar ucapan dari Pian membuat Meydina senang
"1 langkah Aku didepanmu Tim” Ucapnya dalam hati.
"Ya Allah, Mas lupa ngabarin Fatim” Ucap Pian sambil mencari HP nya.
"Aku udah kabarin Fatim kok kalau Mas lagi di Rumah Sakit, Aku udah suruh dia kesini tapi katanya dia lagi sibuk di Cafe terus katanya udah ada Aku ini disini jadi dia gak bakal kesini” Jelas Meydina dengan sedikit sedih.
"Aku... Aku gak nyangka dia mentingin Cafe nya dari pada Kamu” Ucap Meydina sambil meneteskan Air matanya.
"Stss udah jangan nangis gapapa kok, Fatim benar udah ada Kamu ini dan bagus dong Aku jadi bisa berduaan sama kamu” Ucap Pian sambil memeluk Meydina.
Didalam pelukan Meydina tersenyum miring
"2 Langkah Aku didepanmu Tim” Ucapnya dalam hati..
.
.
.
.
.HALLO Terimakasih telah membaca🌸.
Bagaimana Part 4nya?Semoga suka yah😊
Jangan lupa Vote and Commentnya❤. Biar Aku tambah Semangat Updatenya.
Jangan Lupa Ikuti( Follow ) Aku juga🌸.
🌸WASALAMUALAIKUM🌸
FATIMAH
KAMU SEDANG MEMBACA
FATIMAH [ TERBIT ]
General Fiction[ TERBIT ] Sudah Tersedia di Shopee dan Tokopedia Aku bukanlah Saudah binti Zam'ah, yang rela dimadu oleh banyak Wanita. Aku hanya Wanita biasa yang selalu merasakan cemburu ketika Suamiku dengan Wanita lain. Aku hanya Wanita biasa yang tak rela Sua...