Fatimah.21

48.9K 2.3K 81
                                    

🌸ASSALAMUALAIKUM🌸

HAPPY READING🌸.

.FATIMAH.

Aku Berhenti.
Berhenti berharap lagi pada Pelangi.
Aku lelah sungguh.
Hatiku ternyata lebih berharga dari Mutiara Samudra.
Terlalu bodoh jika Aku terus bertahan dan berharap pada yang tidak pasti.
Pada Pelangi yang timbul di Malam Hari.

-BAGIAN DUA PULUH SATU-

Sudah beberapa hari ini Fatimah berada di rumah Orang tuanya, Para Sahabat Fatimah menyaran,'kan hal tersebut agar Fatimah aman dari gangguan Suaminya.

Fatimah termenung di dalam kamar, selama Dia berada di rumah Mamahnya, Fatimah belum lagi mengunjungi Kafe. Ia dilarang oleh Aida apalagi oleh Para Sahabatnya yang melarang keras Fatimah keluar dari rumah.

"Bosan" Ucap Fatimah lirih.

Fatimah melirik ke jendela dan menarik nafasnya.
"Aku bosan dengan keadaan seperti ini, terdiam dan tidak berbuat apa-apa, Hah Kamu terlalu membuat lingkaran yang sangat berantakan" Ucapnya pelan.

"Pelangi, Kamu kaya pelangi yah cuman hadir sebentar. Ah sepertinya Kamu bahkan lebih parah dari Pelangi sore ini. Kamu itu Pelangi Malam, Ya Pelangi yang tak benar-benar muncul"

"Bahkan bukan tak muncul lagi, Aku salah, disini Aku yang salah selalu berharap pada Pelangi yang tidak akan pernah muncul"

"Maaf, Tapi Aku benar-benar udah gak sanggup" Ucapnya lagi lalu menundukan kepalanya.

"Fatim" Panggil Aida dari luar kamar, membuat Fatimah tersadar dari lamunannya.

"Iya Mah" Jawab Fatimah lalu Ia bangkit dari duduknya, dan melangkah untuk membuka pintu.

Aida tersenyum manis melihat Fatimah.
"Ada Arafah sama yang lainnya" Ujar Aida memberitahu Fatimah.

Fatimah menganggukan kepalanya.
"Nanti Fatim ke bawah mau bawa handphone dulu yah Mah" Jawab Fatimah, dan dijawab dengan anggukan kepala dari Mamahnya.

Fatimah membalikan tubuhnya lalu mengambil handphone yang tengah Ia charger.

"Kenapa Mereka sering main kesini, padahal Mereka pasti cape habis kerja. Aku jadi merasa bersalah banget" Ucapnya membatin.

Fatimah kembali melangkah,'kan kakinya menuju lantai dasar, saat Dia berada diujung tangga Ia kembali tersenyum manis saat melihat Para Sahabatnya tertawa lepas.

"Fatim" Panggil Daren dengan semangat, Fatimah semakin tersenyum mendengar nada suara Daren yang bersemangat, lalu Fatimah kembali melangkah,'kan kakinya menuju sofa.

"Sini duduk!" Ujar Lala sembari menepuk sofa dipinggirnya, mendengar Lala bersuara membuat Fatimah menganggukan kepalanya lalu duduk disamping Lala.

"Tim gak ada hasil" Ucap Daren dengan lembut, membuat Fatimah terkejut.

"Jadi Kak Pian masih belum mau tanda tangan?" Tanya Fatimah dengan lirih.

Daren dan yang lainnya langsung menganggukan kepala.
"Iya, Buaya banget,'kan Dia" Jawab Daren dengan kesal.

Memang selama beberapa hari ini, Mereka berusaha membuat Pian mau menanda tangan surat dari pengadilan. Namun, hasilnya selalu saja Nihil.

Fatimah menghela nafas beratnya.
"Kak Pian maunya apa sih!" Ucap Fatimah ikut kesal.

Fatimah sudah lelah dengan semua yang Pian lakukan, Ia tak mau terus-terusan membuat hatinya tersiksa dan Ia tak mau rumah tangganya selalu ditaburi dengan bumbu yang penuh kepalsuan.

FATIMAH [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang