Hening cukup lama di ruang tamu hunian Naru yang over large sebenarnya. Ruang tamu yang didominasi warna krem juga coklat keemasan itu bahkan lebih luas dari sebuah lapangan bola.
"Jadi begini, maaf nona... ehm..."
"Miya, namaku Miya Hanako. Tapi kau cukup menyebutku Nako saja." sela Hinata.
"Aku tahu kau itu bukan dari bumi. Namamu saja sangat mirip dengan hantu."
"Tenanglah, Naruto! Aku sedang bicara dengannya. Jangan menyela!" sergah Itachi. "Bagaimana kau bisa masuk ke sini, nona Nako?"
"Nako saja."
"Oh, iya. Aku lupa. Maksudku, Nako."
"Sudah kukatakan sebelumnya, tuan. Aku sedang berjalan dan belum tau akan kemana. Tapi hatiku membawa langkahku sampai kemari, kupikir aku bisa mendapat pekerjaan di rumah yang besar ini." jelas Hinata berpura-pura polos. Matanya secara bergantian melirik Naruto maupun Itachi
"Eh, Induk kuman! Aku tidak menerima manusia aneh berada di rumahku. Kau paham?"
Dalam hatinya kini Hinata mengumpat, memaki pria yang mulutnya persis boncabe ini. Dirinya heran, bagaimana bisa dia mengidolakan pria yang bukan hanya sombong tapi mulutnya juga berbisa. Setiap kata-katanya luar biasa beracun. Oh, Tuhan, kau sangat tidak adil. Wajah tampannya bisa menyihir wanita jadi gila. Lihat saja matanya itu, bikin suhu tubuhku jadi naik. Sial! Rutuk Hinata.
"Nako, kau tidak apa-apa? Wajahmu tampak kesal." kata Itachi.
"Ah! Tidak, tuan. Aku hanya sungguh bingung mau pergi ke mana lagi. Aku tidak mengenal siapapun di kota ini, tuan."
"Cih! Penipu ulung!" tuduh Naru dengan ketus.
Sialan! Samyang! Ular! Biar ku jahit nanti mulutnya, awas kau ya. "Aku tidak berbohong padamu, kau bisa melihatnya kan di mataku. Aku ini gadis yang jujur. Itu yang selalu diajarkan kedua orang tuaku." ujarnya sambil mengedip-ngedipkan kedua mata layaknya seorang anak kecil polos yang sedang memelas.
"Kau pikir aktingmu berhasil terhadapku? Heh! Aku bisa melakukannya jauh lebih baik darimu." jawab Naru dengan sombong.
Issshh! Kau memang layak diberi gelar raja drama. Lihat saja sekarang kelakuanmu yang seperti anak jalanan itu. Seorang dewa paling tampan dan hangat di depan kamera dan jutaan penngemarnya sedang menjelma menjadi ular naga beracun dan punya lidah yang super pedas.
"Orang jujur darimana yang datang ke rumah orang lain dari lemari? Apa lagi namanya kalau bukan maling? Atau di tempat tinggalmu maling punya sebutan lain? Jelas-jelas kau kutemukan di dalam lemari di kamarku. Dari pintu mana kau masuk? Apa kau membawa komplotanmu dan ingin memerasku untuk mendapatkan banyak uang?"
"Kau! Aku ini juga punya batas kesabaran, tau? Kau yang aneh, lihat saja dandananmu, kau memakai masker, sarung tangan dan kaos kaki di dalam rumah. Kau pikir rumah ini tempat karantina, huh? Kau pikir di rumah ini banyak virus, begitu? Kau itu hanya pria aneh menyebalkan, mulutmu beracun. Kau seperti ular, lidahmu juga pedas. Kau sadar tidak, ucapanmu menyakiti hatiku. Kau terus saja mengata-ngataiku tadi. Kau juga menuduhku mencuri. Memangnya ada barangmu yang hilang? Coba saja kau periksa. Dan kalau aku pencuri, untuk apa aku masih di sini? Kau hanya jiwa menyebalkan yang terjebak dalam tubuh dewa. Makanya wajahmu tampan. Tapi kelakuanmu persis seperti..." begitu tersadar dari semua perkataannya yang asal keluar begitu saja Hinata segera menahan kalimat yang siap lepas lagi dari mulutnya tadi. "Aku minta maaf, tuan. Aku tidak bersungguh-sungguh dengan perkataanku barusan." ungkap Hinata bersama wajah bodohnya yang sengaja dibuat-buat.
"Gadis gila! Berani sekali kau mengatakan itu padaku." seru Naruto yang emosinya sudah mulai naik. "Aku tidak mau tau, Kak. Dia harus pergi sekarang juga dari rumahku. Rumahku bukan tempat penampungan orang yang sama sekali tak mengerti namanya sopan santun. Terlebih lagi tampangnya yang aneh itu. Kau lihat saja, rambutnya seperti uban, kulitnya pucat, matanya besar, dan apa itu? Bola matanya abu-abu, kau persis hantu gentayangan. Bahkan sadako masih lebih enak dilihat daripada dirimu. Kau memang pantasnya menjadi induk kuman." cerocos Naruto hingga dia hampir kehabisan napasnya. Pria itu menarik napas pelan kemudian mengembusnya kembali dengan perlahan. Dia memandang Hinata dengan tatapan dingin. "Kau, pergilah dari rumahku sekarang juga!" hardik Naruto kemudian melangkah menuju kamarnya lagi, meninggalkan Hinata dan Itachi. Pria itu kini terdiam membatu kemudian memijit-mijit pelipisnya yang bedenyut sebab mendengar adu mulut di antara sepasang manusia yang baginya sudah tidak waras.
"Tuan." tegur Hinata lembut.
"Apa? Oh, kalian sudah selesai?"
"Maksudmu, tuan?
"Bukankah tadi kalian bertengkar?"
"Tidak." Hinata menggeleng-gelengkan cepat kepalanya. "Aku tidak bertengkar dengannya."
"Ah! Sudahlah! Jadi apa maumu sekarang, nona Nako? Kau sadarkan, sebenarnya kau yang salah di sini. Kapan dan bagaimana kau bisa masuk? Itu masih menjadi pertanyaan di kepalaku. Tapi aku tak akan memaksamu. Setidaknya aku cukup yakin bahwa kau bukanlah pencuri."
"Terimakasih, tuan."
"Sebenarnya saat ini aku sedang mencari seseorang untuk bekerja denganku. Pada Naruto tepatnya."
"Pria beracun itu? M-Maksudku, dia...?"
"Iya. Aku membutuhkan seorang asisten untuk mendampinginya. Karena asisten kami yang lama baru kemarin meminta cuti panjang. Dan aku tidak punya cukup waktu mencari penggantinya. Belum lagi Naruto agak sedikit pemilih. Akan sulit baginya untuk dekat dengan orang baru. Aku agak terkejut melihat dia mau berbicara banyak padamu. Jadi, mungkin kau bisa mengambil posisi itu. Kau bilang butuh pekerjaan kan?"
"Maaf, tuan. Tapi kurasa itu bukan pujian. Dia hanya terus memakiku." sanggah Hinata.
Itachi tertawa geli. "Itu salahmu. Kau masuk ke ruang favoritnya. Dan dia sangat membenci itu. Ah! Aku lupa, kalau kau sudah merusak suasana hatinya. Sekarang bagaimana caranya agar dia mau menerimamu berada di dekatnya.
"Tuan, kau memintaku menjadi asistennya, bukan kekasihnya. "kata Hinata menekankan kalimatnya."
"Kau belum mengenalnya. Menjadi asistennya berarti kau harus siap berada di dekatnya di manapun dan kapanpun dia membutuhkan. Intinya kau harus mempersiapkan diri selama 24 jam penuh."
"Pekerjaan itu lebih tepat untuk seorang pengawal. Dan aku tidak cocok menjadi pengawal."
"Naruto itu spesial. Dia berbeda dengan pria pada umumnya termasuk diriku. Jadi perlu perlakuan khusus juga untuk menanganinya. Nanti pasti kuceritakan detailnya padamu. Yang penting sekarang, kau bisa tidak menyanggupi diri sebagai asisten seorang artis ternama."
Hinata sedang terlihat menimang-nimang dengan matang apa keputusan yang akan ia ambil.
Di benaknya, gadis itu sebenarnya sudah bernapas lega. Dia tak perlu lagi kucing-kucingan dari para pria bertubuh kekar yang terus mengejarnya. Jika dia menerima tawaran pria tampan dengan kerutan di wajahnya tapi masih terlihat muda itu, berarti dia bisa tinggal di rumah mewah ini dan otomatis keamanan dirinya terjamin karena secara langsung dia akan dilindungi oleh bosnya."Aku sungguh bingung, tuan. Pria tadi membuatku ragu bisa atau tidak bekerja dengan baik sebagai asistennya. "
"Tenang saja, kau hanya perlu mengenalnya terlebih dulu, dengan begitu kau bisa mudah untuk mendekatinya. Kau perlu ingat satu hal, menjadi asisten seorang King Naru, berarti harus siaga selama 24 jam."
"Bolehkah aku meminta sedikit waktu untuk memikirkannya?"
"2 juta yen. Itu upahmu dalam sebulan."
"Hah? Kau serius? Hinata membelalakkan matanya dengan mulut menganga."
"Apa masih..."
"Kapan aku mulai bekerja?"
Bersambung...
Miya Hanako/Hyuga Hinata
By Pinterest
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving with OCD Guy ✓
RomanceSiapa yang bisa menolak jika harus dihadapkan pada suatu kelainan aneh. Mengidap misofobia bukanlah keinginan Naruto. Tentu saja hal ini sangat mengganggu dan bertolak belakang dengan pekerjaan yang tengah dirinya geluti. Berkutat dengan kamera, lam...