Chapter 10

1.2K 232 127
                                    

Terima kasih bagi yang masih menunggu dan menikmati kelanjutan cerita ini. 🧡

Mimpi buruk membangunkan Naru seketika, pria itu jatuh ke lantai. Ia mengambil duduk kemudian menghela napas panjang. Tak lama langkah kakinya berpindah ke kamar mandi, di wastafel ia mencuci tangan berulang sampai tujuh kali lalu mengelapnya dengan handuk kecil. Handuk yang sudah dipakai ia lempar ke dalam keranjang tempat handuk-handuk kotor. Tentu berbeda persepsi bagi pria mysophobia ini, ia hanya menggunakannya sekali dan tak pernah lebih dari itu. Membasuh muka lalu menggosok gigi kemudian beralih untuk mandi, sebelum melanjutkan ia menentukan timernya, dua jam bagi Naru batas maksimal dalam ritual membersihkan tubuh. Rutinitas harian panjang, terasa membosankan memang tapi Naru tak bisa menghentikannnya. Daripada dibayang-bayangi rasa takut yang mengancam akan satu kata keramat kotor.

Siap berbenah diri, mengenakan training berikut sweter... Naru mengambil sanitizer spray dan menyimpannya di saku celana. Ia berjalan tenang menuju lantai bawah, meneruskan langkah ke dapur lalu mengambil air mineral dingin. Berlanjut kini dia tengah duduk menyilangkan kaki di ruang relaksasi. Bersantai... mendengar musik jazz yang menenangkan seraya membaca majalah.

"Naruto, kau kedatangan tamu." Itachi masuk tanpa mengetuk pintu dan langsung menghampiri Naru. Laki-laki itu menyetop mp3 playernya lalu menjorokkan kepala ke belakang Itachi.

"Pintunya belum kau tutup, kau tahu..."

Itachi menghela napas ringan selagi Naru belum menyelesaikan bicaranya. "Sasuke ingin menemuimu, dia ada di ruang tamu sekarang." papar Itachi memberitahu dan mendapat dengusan kasar dari Naru.

Naru menatap serius Itachi, "Untuk apa dia ke sini?" tanyanya ketus. Tatapan ia alihkan ke tempat lain dengan alis yang bertautan.

"Kupikir masalah pekerjaan, kalian terlibat dalam satu ruang yang sama, kau tidak lupa 'kan?" jelas Itachi menimpali.

Laporan Itachi barusan menyebabkan laki-laki itu kesal. Naru tampak diam, sejenak berpikir. Sejujurnya ia tak begitu suka dengan semua ini, tapi apalagi yang bisa diperbuat selain bersikap profesional dan segera menyelesaikan bagiannya. "Ayolah, urusan pekerjaan... biasanya hal apa pun tak bisa meragukanmu."

"Aku tidak bilang ragu." ketus Naru kemudian menutup majalahnya. Ia beranjak keluar meninggalkan Itachi yang hanya diam mengamati, tapi hitungan detik ia juga bergegas menyusul langkah Naru.

.
.
.

Diiringi suasana yang dingin, ketiga laki-laki tersebut berada di ruang tamu. "Lama tidak bertemu, Naruto. Bagaimana kabarmu?" Sasuke membuka obrolan di antara mereka dan Naru hanya menatapnya tanpa minat. Ia mengambil sanitizer dari saku celana lalu menjeprati tubuh dan sekelilingnya. "Apa yang sedang kau lakukan? Jangan katakan kalau penyakitmu semakin parah."

"Aku tidak terbiasa dengan kuman. Di sini agak kotor dan berdebu, belum kubersihkan seluruhnya." jawab Naruto sekenanya, namun terdengar angkuh.

"Ayolah... ini sudah berapa tahun, Naruto. Kusangka setelah menjadi publik figur bisa mengatasi penyakitmu." Sasuke berkata remeh lalu merentangkan kedua tangannya di kepala sofa. "Semoga saja kau tidak mengalami kesulitan selama syuting di sana," Sasuke menghela napas sebelum melanjutkan kalimatnya, "Aku mengambil setting di luar ruangan untuk beberapa bagian dari skenario yang dibuat."

"Memang itu tujuanmu, 'kan? Sudahlah, hentikan sandiwaramu. Dari dulu kau tetap sama, kau sengaja melakukan hal-hal yang bisa membuatku malu. Jadi tidak perlu mengharap situasi baik untukku disaat kau sendiri yang mengatur semuanya, itu terlihat memuakkan." Naru berujar dengan penuh penekanan, tak ada raut keramahan di wajahnya.

"Maksudmu... aku sengaja? Sengaja menjatuhkanmu begitu?"

"Memangnya apa lagi?" sorot matanya mengamati dengan tajam. "Lucu sekali, kau pura-pura tidak menyadarinya?"

Loving with OCD Guy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang