Chapter 13

1.1K 228 100
                                    

Berjalan berdua dengan laki-laki berkepribadian unik seperti Naru punya sensasi berbeda bagi Hinata. Pasalnya ia harus siap menjadi tameng, menghalau orang-orang agar tidak bersentuhan dengan Naru.  Sampai di ruang kepala agensi, seperti biasa, Naru meletakkan selembar kain bersih di atas kursi untuk mengalasi bokongnya. Sementara Hinata masih berdiri tepat di sampingnya. Dehaman anggun dilepas Ketua Mei, lalu sejenak ia memperhatikan seraya bertanya, "Dia asisten pengganti yang dimaksud Itachi?"

"Uhm." Anggukan cepat oleh Naru.

"Duduklah, mungkin pertemuan ini tidak sebentar, nanti kakimu kram." tutur perempuan paruh baya itu, namun wajahnya masih terlihat sangat muda.

Naru seketika melirik Hinata kemudian mengangguk. Tak lama perempuan itu pun duduk di kursi tepat di sebelah Naru. "Kenapa lama sekali? Memangnya dia siapa membuatku menunggu?" protes Naru begitu ia melepas kacamata hitamnya.

"Hampir sampai, aku bisa apa? Dia juga perlu menyelesaikan kontrak lamanya." Ketua Mei menjawab sekenanya.

Hanya dengkusan kasar yang terdengar dari Naru atas ketidakpuasan laki-laki itu pada pengakuan Ketua Mei. Berakhir dengan dirinya bermuka malas dan kesal karena sudah lima belas menit di sana namun rekan yang ditunggu tak juga muncul. "Aku pulang saja, Ketua Mei." ia beranjak, namun detik itu juga pintu terbuka dan dua orang perempuan masuk dengan gelagat sopan. Salah satunya adalah sosok yang sedang mereka nanti kedatangannya.

"Angela, selamat datang." Ketua Mei berdiri, memberi sambutan ramah pada tamunya. "Perkenalkan, dia Namikaze Naruto. Rekan yang akan menjadi pasanganmu untuk projek ini."

Shion Angela mengulurkan tangannya, senyum cantik pun turut terulas di bibir perempuan itu. Tapi sesaat kemudian satu alisnya terangkat, tanggapan Naru menyebabkan banyak tanya hadir di benaknya. "Senang berkenalan denganmu dan terima kasih karena kau sangat tepat waktu." ucap Naru dengan sarkas, lalu perempuan itu hanya bisa tertawa sumbang. Jelas ia langsung menyadari keterlambatannya dari janji yang sudah disepakati.

"Maaf, tadi aku..."

"Tidak apa-apa, Angela. Silakan duduk, kita mulai saja diskusinya." Ketua Mei menimpali, bermaksud menghapus suasana canggung di antara mereka.

Sedangkan Naru, laki-laki itu kembali bersikap santai. Ia duduk di kursinya semula kemudian meminum air mineral botolan yang sudah tersedia di atas meja. Tak ada seorangpun dari mereka menyadari tatapan kagum yang ditujukan Angela kepada Naru. Apalagi ia terus menunduk mendengarkan pengarahan dari Ketua Mei, cuma sesekali ia menengadah saat perempuan paruh baya itu menginginkan pendapatnya.

Hinata mendesah ringan, semua gelagat orang-orang di pertemuan itu tak luput dari pengamatannya, terutama Angela. Hingga ia berpikir, barangkali Naru akan berhadapan dengan gadis merepotkan nantinya. Pasalnya, Angela seolah tak ragu menunjukkan ketertarikan dirinya pada si rubah seksi tersebut. Terbukti dengan dia yang jauh lebih berminat untuk tidak menyia-nyiakan wajah datar Naru ketimbang serius mendengar penjelasan Kepala Agensi.

.
.
.

Satu jam berada di ruangan Ketua Mei, nyaris menyebabkan Naru kebosanan. Kini ia melangkah cepat mengabaikan pandangan memuja yang lagi dan lagi kerap tertuju padanya di segala tempat. Mengenakan coat panjang berwarna karamel, dipadukan dengan celana chino berikut sweter rajut coklat tua. Sungguh laki-laki perfeksionis itu bagai manekin pajangan yang cocok mengenakan jenis pakaian apa pun, penampilan sempurna.

Naru membuka kacamata kemudian memberikannya pada Hinata. "Nako, sarung tanganku."

"Ini sanitizermu." tuturnya sebelum menyerahkan sarung tangan kepada Naru. "Kita langsung pulang?" imbuh Hinata menimpali seraya tetap menyamakan langkah dengan laki-laki itu.

Loving with OCD Guy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang