Bunyi sudip beradu dengan wajan terdengar nyaring di dapur. Hinata sedang menumis beragam jenis sayur, ditemani Naru yang sedari tadi setia menunggunya dengan tenang. Laki-laki itu duduk sambil membaca majalah selagi menunggu Hinata siap memasak.
Ayam goreng crispy dan nasi putih telah lebih dahulu tersaji di atas meja makan. Begitu tumis sayur matang, maka semua hidangan yang tersaji dapat dinikmati.
"Kau melihatnya, suamiku? Aku sungguh heran. Cara apa yang digunakan gadis itu hingga begitu mudahnya mendekati Naru?" ujar Kushina saat ia mengintip dari bingkai pintu bersama Minato. "Aku jadi iri." Kushina memberungutkan wajah, sementara Minato melirik iba kepadanya.
"Untuk apa iri? Harusnya kau senang karena putra kita mau berinteraksi dengan orang lain, belum lagi dia seorang gadis." Laki-laki paruh baya itu merangkul pundak istrinya sambil menghadiahi seulas senyum menenteramkan.
"Iya, aku mengerti. Tapi tetap saja dia belum pernah senyaman itu saat bersamaku. Dia juga tidak begitu suka makanan yang kumasak. Kadang dia makan, terkadang dia membiarkannya sampai dingin," keluh Kushina lagi.
"Sudahlah, sayang." Minato menghela napas ringan. "Bulan lalu kau menyemangatiku. Aku juga sama, berharap putra kita tak memberi jarak atau sengaja menjauhkan diri karena rasa takutnya. Yang jelas... saat ini kita tidak bisa memaksakan kehendak. Bagaimana pun alasannya, kita yang mestinya membantu Naruto, menarik dia dari keluar dari misofobia itu." Minato mengamati sejenak istrinya yang sedari tadi hanya diam menyimak. "Begini saja, nanti kita tanyakan masalah ini pada gadis itu. Barangkali dia bisa membantu kita, kau setuju?"
"Baiklah," angguk Kushina lambat, kemudian mengembalikan fokusnya pada sosok sang putra.
Sedangkan Minato, ia lalu membawa istrinya tersebut untuk pergi dari sana. "Biarkan mereka. Ayo, kita kembali ke kamar saja."
-----
"Habiskan sayurnya, itu khusus dimasak untukmu," kata Hinata begitu siap menghidangkan semua menu ke atas meja. Berlanjut ia pun mengambil duduk di sebelah Naru. "Ini ayamnya, cukup tidak?" tanya Hinata setelah ia menaruh sepotong ayam goreng crispy ke piring Naru.
"Masih kurang, tapi nanti saja. Di makan tanpa nasi jauh lebih enak," jawabnya dengan senyum tipis.
"Coba cicipi sayurnya. Aku yakin kau pasti suka." Hinata menyuapkan tumisan sayur ke mulut Naru, lalu laki-laki itu melahapnya tanpa penolakan.
"Enak. Teksturnya tidak terlalu lembek, masih renyah." Naru berucap sembari mengangguk.
"Kalau begitu, sebagai balasan karena aku sudah memasak dengan susah payah... giliranmu untuk menghabiskan semuanya. Bagaimana?"
"Ehm... akan kucoba. Aku belum pernah makan sebanyak ini," sahut Naru tenang seraya melepas senyum sejenak. Kemudian laki-laki itu mulai serius dengan santap siangnya.
"Pasti bisa, itu 'kan hanya sayur. Tidak membuat perutmu begah."
"Nanti kau harus datang. Aku tidak bisa pergi bersamamu. Konan memintaku mampir ke butik, bajuku masih di sana. Oh ya, aku juga sudah membeli gaun yang cocok untuk kau pakai. Kutaruh di kamarku." Naru mengumumkan sembari tetap menikmati perlahan makan siangnya.
"Kau harus bersemangat. Ini perdana film barumu 'kan? Aku akan tiba lebih awal di sana."
"Jangan pergi sendirian. Ada Kiba dan Lee, mereka yang mengantarmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving with OCD Guy ✓
RomanceSiapa yang bisa menolak jika harus dihadapkan pada suatu kelainan aneh. Mengidap misofobia bukanlah keinginan Naruto. Tentu saja hal ini sangat mengganggu dan bertolak belakang dengan pekerjaan yang tengah dirinya geluti. Berkutat dengan kamera, lam...