Tidak peduli seberapa banyak orang yang menentang. Yang aku tahu, aku sungguh mencintainya dan aku bahagia.
***
Diperjalanan Hana hanya terdiam, ia merasa tidak tenang. Jika Sonya mengetahui nilai ulangan Hana kecil, pasti Sonya akan memarahinya.
"Duh gimana nih? Kalo mama tau gue dapet nilai kecil, dia pasti marah. Semoga aja mama gak nanya apa-apa."
"Hana, kamu kenapa?" tanya Reino dengan sedikit meninggikan nada suaranya membuat Hana tersadar dari lamunannya.
"A-aku gapapa," sahut Hana berusaha terlihat baik-baik saja.
"Kok mukanya ditekuk gitu? Ada masalah?" tanya Reino yang melirik Hana dari kaca spion.
"Nggak Rei, gak ada masalah apa-apa kok."
"Beneran?"
"Iya beneran."
"Yaudah. Kalo ada apa-apa cerita sama aku ya, Han."
"Iya Rei."
"Oh iya gimana sama lukisan-lukisan kamu?"
"Lukisan aku kan dibuang sama mama."
"Loh kamu gak bikin yang baru lagi? Kan waktu itu udah beli lagi alat lukisnya."
"Waktu itu mama tau aku beli alat lukis. Terus diambil sama dia," ucap Hana lalu menundukkan kepalanya membuat Reino merasa tidak tega.
"Udah jangan sedih."
"Gimana aku gak sedih, aku gak akan bisa ngelukis lagi. Mama pasti larang aku kalo dia tau."
"Masih bisa kok. Sekarang kamunya jangan sedih gitu. Senyum dong."
"Gamau Rei aku gak bisa senyum."
"Yaudah terserah kamu," ucap Reino yang tak lagi mendapat sahutan dari Hana.
Tak lama merekapun sampai. Reino menghentikan motornya tepat didepan gerbang rumah Hana. Hana turun dari motor dengan tidak bersemangat, ia masih terlihat murung.
"Rei aku masuk dulu ya, kamu hati-hati," seru Hana yang hendak berbalik namun Reino mencegahnya.
"Hana," panggil Reino yang membuat Hana kembali menghadapnya.
"Iya Rei?"
"Kamu masih sedih?" tanya Reino yang hanya dibalas anggukan pelan oleh Hana.
"Kok sedihnya lama sih?"
"Aku berusaha buat gak sedih Rei. Tapi mama selalu larang apa yang mau aku lakuin, mama selalu larang apa yang bikin aku bahagia. Jadi sedihnya udah gak bisa dipendem lagi," ucap Hana sambil menundukkan kepalanya.
Reino meraih kedua tangan Hana lalu menggenggamnya. "Hana liat aku," suruh Reino, Hanapun mendongakkan wajahnya. Kini pandangan mereka saling beradu. "Kamu boleh aja sedih, bahkan nangis. Gapapa kok, gapapa banget. Tapi kamu jangan lupa, kalo kamu juga bisa bahagia. Jadi sedihnya jangan terlalu larut ya. Kalo masih bisa bahagia kenapa harus sedih terus. Sedihnya jangan lama-lama. Nanti aku gak bisa liat senyum kamu," ucap Reino yang membuat Hana merasa sedikit lega. Kata-kata yang Reino ucapkan memang selalu bisa membuat Hana merasa jauh lebih baik.
Perlahan Hana menampakkan senyumnya. "Makasih ya Rei. Kamu emang selalu bisa bikin aku ngerasa jauh lebih baik."
"Iya sama-sama sayan," ucap Reino membuat Hana semakin mengembangkan senyumnya.
"Nah kan sekarang jadi gak bisa berenti senyum."
"Hehe.." Hana menampakkan cengirannya.
"Lah sekarang malah nyengir. Udah sana masuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
REIHANA [Completed]
Teen FictionSeseorang mengubah hidupmu. Mengubah segala sesuatu yang tidak kamu sukai menjadi sesuatu yang selalu kamu rindukan. Mengubah sikap burukmu menjadi lebih baik. Namun saat seseorang itu pergi, hidupmu menjadi seperti sedia kala. Kamu berubah menjadi...