Hana mengedarkan pandangannya, yang ia tidak mengenali tempat tersebut. Hana mencoba mengubah posisinya menjadi duduk, kemudian ia memegangi kepalanya yang masih terasa pening.
"Gue di mana?" bingung Hana, karna saat ini ia sedang berada di dalam kamar seseorang.
"Lo udah sadar? Syukur deh kalo gitu," ucap seseorang yang baru saja masuk, sontak membuat Hana membulatkan matanya.
"Elo? Ngapain lo di sini?" tanya Hana dengan wajah terkejutnya. Yap, laki-laki tersebut adalah Reihan. Reihan yang membawa Hana ke rumahnya.
"Ngapain gue di sini? Ini kan kamar gue, gue bebas masuk kapan pun gue mau."
"Kenapa gue bisa ada di sini? Jangan-jangan lo mau ngapa-ngapain gue. Awas lo jangan macem-macem!" tunjuk Hana sambil mencoba menjauh dari Reihan.
"Lo tenang aja, gue gak akan macem-macem. Gue sengaja bawa lo ke sini, soalnya lo tadi pingsan."
Hana mencoba mencerna ucapan Reihan. Apa benar apa yang diucapkannya itu? Hana menatap Reihan dengan intens, mencoba mencari kebohongan di sana.
"Kenapa? Lo gak percaya sama gue? Lo bisa laporin gue ke polisi kalo gue ngapa-ngapain lo," jelas Reihan memcoba meyakinkan Hana. "Lagian gue heran deh. Lo tadi mau ketabrak, bukannya lari malah teriak-teriak."
"Gue kan kaget, ya gue gak tau harus gimana."
"Terus ngapain lo malem-malem keluyuran sambil nangis?" tanya Reihan yang membuat Hana terdiam untuk beberapa saat.
"Gue.. gue cuma lagi pengen nyari angin aja."
"Bohong. Lo pasti lagi nyari ketenangan."
"Gue.."
"Lo lagi ada masalah."
'Dia bisa baca pikiran gue?'
"Lo pasti mikir gue bisa baca pikiran lo."
"Dari mana lo tau?" heran Hana.
"Gue cuma nebak aja. Emang bener ya tebakan gue?" tanya Reihan dan Hana kembali terdiam.
"Kalo ada masalah. Lo bisa cerita sama gue, anggap aja saat ini gue sahabat lo, pendengar terbaik lo. Gue siap kok dengerin keluh kesah lo," ucap Reihan yang berhasil membuat Hana tertegun. Seorang Reihan, orang yang menyebalkan, ternyata sebenarnya ia orang yang baik. Hana jadi merasa bersalah karna sudah mengabaikannya selama ini.
Hana mencoba berfikir, mungkin tidak ada salahnya jika ia menceritakan masalahnya kepada Reihan. Karna sebenarnya Hana pun membutuhkan seseorang untuk mendengarkan keluh kesahnya.
"Gue.. gue emang lagi ada masalah," ucap Hana mulai bercerita. "Sebelumnya gue mau ngasih tau lo, kalo gue ini.. anak pungut. Gue sengaja ngasih tau lo, dari pada lo tau dari orang lain nanti-"
"Gue udah tau kok," potong Reihan, membuat Hana membulatkan matanya.
"Lo udah tau?"
"Gue emang udah tau. Tapi gue pura-pura gak tau."
"Kenapa?"
"Gue gak mau lo bahas soal itu yang cuma bakal bikin lo sedih," lagi-lagi Hana tertegun mendengar ucapan Reihan. "Yaudah lanjut ceritanya."
"Pantesan aja selama ini mama selalu perlakuin gue seenaknya. Ternyata, gue bukan akan kandungnya," ucap Hana sambil menundukkan kepalanya. "Mama maksa gue buat turutin semua kemauannya. Tanpa minta persetujuan dari gue. Mau gue suka atau nggak, mau gue setuju atau nggak. Mama bakalan maksa gue buat turutin apa yang dia mau."
"Terus lo tadi nangis gara-gara apa?"
"Mama jodohin gue sama anak temennya. Gue gak mau terima perjodohan itu dan akhirnya mama marah, dan dia nampar gue," ucap Hana dengan air mata yang sudah menggenangi pelupuk matanya. "Gue ngerasa tertekan. Gue gak tahan hidup kayak gini. Gue juga pengen ngerasain bahagia," ucap Hana, Reihan tahu bagaimana rasanya ada di posisi Hana. "Gue gak pernah ngerasain kasih sayang dari seorang ibu, yang gue pengen banget ngerasain itu," sambung Hana, yang kini tangisnya semakin pecah.
KAMU SEDANG MEMBACA
REIHANA [Completed]
Fiksi RemajaSeseorang mengubah hidupmu. Mengubah segala sesuatu yang tidak kamu sukai menjadi sesuatu yang selalu kamu rindukan. Mengubah sikap burukmu menjadi lebih baik. Namun saat seseorang itu pergi, hidupmu menjadi seperti sedia kala. Kamu berubah menjadi...