16 - Perjodohan

84 5 0
                                    

Yang pergi bukan berarti sudah tak memiliki perasaan. Terkadang ia hanya hilang dari pandangan. Tapi perasaannya tetap tinggal bersama seseorang yang disayang.

***


Teeettttt!

Bel pulang berbunyi, semua murid mulai merapikan alat tulisnya bersiap untuk pulang.

"Baiklah anak-anak, sudah cukup pelajaran untuk hari ini. Materi yang tadi Ibu sampaikan tolong pelajari lagi di rumah," ucap Bu Yuyun selaku guru Fisika yang kemudian melenggang pergi meinggalkan kelas. Para murid pun mulai berhamburan keluar kelas.

"Han, pulang bareng gue yo. Biar gue anter," ajak Karina.

"Gak bisa. Hana pulang bareng gue," timpal Reihan.

"Ayo Han," Reihan menarik tangan Hana yang membuat Hana membulatkan matanya. Hana sempat melirik Karina sekilas yang kemudian kembali menghadap Reihan.

Di sepanjang koridor Reihan terus menggenggam tangan Hana, sehingga mereka menjadi pusat perhatian. Apa yang dilakukan Reihan membuat Hana merasa gugup, dan membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Lepasin tangan gue," pinta Hana mencoba melepaskan tangan Reihan yang terus mengenggamnya.

"Gak mau," jawab Reihan yang membuat Hana kembali membulatkan matanya.

"Lo gila? Kita jadi pusat perhatian tau gak."

"Iya gue gila karna lo."

"Apaan, sih? Lepasin tangan gue, gue malu diliatin banyak orang."

"Lah? Jalan sama cowok ganteng kok malu, harusnya lo seneng dan bangga. Lo cewek beruntung yang bisa jalan di samping gue, udah gitu tangan lo gue gandeng lagi."

"Gue sama sekali gak seneng, apalagi bangga. Yang ada tangan gue gatel-gatel gara-gara lo gandeng."

"Yakin gak seneng?" tanya Reihan sambil tersenyum jahil.

"Ya-yakin lah."

"Masa, sih? Buktinya lo sampe gugup kayak gitu."

"Gue gak gugup!" elak Hana.

"Maca cihh.."

"Ih, apaan, sih? Gak usah becanda deh."

"Oh jadi mau diseriusin? Yaudah tinggal tentuin tanggalnya aja."

"Tanggal apaan?"

"Ya tanggal gue nembak lo. Tanggal jadian kita. Lo tinggal bilang mau gue tembak kapan," pernyataan Reihan semakin membuat hati Hana tidak karuan. Sebisa mungkin Hana menutupi rasa gugupnya.

"Gak usah ngaco. Lagian siapa juga yang mau jadi pacar lo."

"Ya elo lah."

"Dih geer banget."

"Liat aja nanti, lo pasti bakalan jatuh cinta sama gue," ucap Reihan yang kemudian mengembangkan senyumnya sambil menaik turunkan kedua alisnya.

"Apaan sih, ngaco," seru Hana yang kemudian memalingkan pandangannya.

Kini mereka berdua sudah sampai di parkiran. Terdapat Rendi dan Romi yang tengah duduk di motornya.

"Hallo gaisss.." sapa Reihan pada kedua temannya itu.

"Eh, Mamang Reihan, eh, Bibi Hana," sahut Romi.

"Bibi Bibi, gue bukan Bibi lo!" ketus Hana.

"Ya elah, galak amat."

REIHANA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang