11 - Rei?

154 3 0
                                        

Hilang dari pandangan tidak menjamin hilang juga perasaan. Terkadang, meski orang itu sudah tiada. Perasaan untuknya masih tetap terjaga di dalam dada.

***

Satu minggu berlalu. Kini Hana tak banyak bicara, ia kembali lagi seperti dulu. Hana memilih untuk menyendiri. Tidak berbaur dengan teman-temannya, bahkan tak lagi berbicara dengan Karina. Selama itu juga Hana memutuskan untuk tetap berada didalam kelas saat jam istirahat. Hana enggan bertemu dengan orang banyak. Meski Siska dkk sering mengganggunya, Hana memilih untuk tetap diam. Hana rasa itu lebih baik daripada menyahuti ucapan mereka yang tidak berguna. Saat berada dirumahpun Hana enggan berbicara dengan Sonya. Kata-kata yang keluar dari mulut Sonya selalu melukai perasaannya. Sebisa mungkin Hana tetap bersikap tenang menghadapi Sonya yang tak kunjung memahami dirinya.

Saat ini Hana tengah duduk dimeja makan sambil menatap makanan yang ada dihadapannya. Sudah lima menit ia hanya memandangi nasi goreng yang dibuat oleh Sonya.

"Kenapa nasi gorengnya gak dimakan?" tanya Sonya yang mengetahui Hana hanya memandangi nasi goreng tersebut. "Kenapa?" tanya Sonya lagi karna Hana tak kunjung menjawab. "Jawab Hana!"

"Hana gak laper," sahut Hana tanpa ekspresi.

"Bilang aja kamu bosen sama makanan yang mama buat."

"Ma bisa gak, nggak berprasangka buruk terus sama Hana?"

"Emang gitu kan kenyataannya?"

Hana berdiri dari duduknya, ia menatap Sonya untuk beberapa saat lalu melenggang pergi meninggalkan Sonya.

"Hana, makan dulu makanannya!" pekik Sonya yang tak mendapat respon dari Hana.

Hana menyusuri jalanan dengan langkah gontai dan kepala yang ia tekuk. Rasanya Hana tidak bersemangat untuk pergi ke sekolah. 

Tak lama, Hanapun sampai disekolah. Ia mulai memasuki area sekolah. Beberapa murid masih saja ada yang menatap Hana dengan tatapan tak suka. Hana mencoba mengabaikannya, Hana membiarkan mereka berpendapat apapun soal dirinya.

Hana mulai masuk kedalam kelas yang sudah terdapat beberapa murid yang datang. Dan juga sudah terdapat Karina yang tengah duduk dikursinya. Hana menghampiri kursinya yang Karina mengetahui kedatangan Hana.

"Ngapain lo duduk disini?" tanya Hana saat sudah berada dihadapan Karina.

"Han, gue mau duduk bareng lo," jawab Karina yang berdiri dari duduknya.

"Udah gue bilang gue gak mau duduk sama lo, pindah sana ke tempat duduk lo semula."

"Gue pengen duduk disini, Han."

"Lo budek?"

"Hana.."

"Pindah sekarang Karina!" Hana sedikit meninggikan nada bicaranya.

"Lo masih marah sama gue?" tanya Karina namun Hana tak ada niat untuk menjawabnya. "Han jawab gue!" lagi-lagi Hana hanya diam. "Lo benci sama gue?"

Hana menatap Karina untuk beberapa saat. "Gue gak benci sama lo. Tapi gue gak mau kenal sama orang yang cuma pura-pura baik didepan gue," seru Hana masih dengan wajah datarnya.

"Hana lo harus dengerin penjelasan gue."

"Penjelasan lo gak akan merubah apapun. Lebih baik lo diem. Gue gak mau denger apapun lagi dari lo."

"Tapi Han-"

"Lebih baik gue gak punya temen satupun. Daripada punya temen, tapi munafik." Ucap Hana santai namun menusuk.

REIHANA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang