7 - Hari Bahagia Yang Penuh Duka

150 4 0
                                    

Beberapa yang datang tidak selamanya bisa dimiliki. Terkadang Tuhan sengaja mendatangkan seseorang ke dalam hidup kita, hanya untuk menyadarkan. Bahwa sejatinya yang datang pasti akan pergi. Entah perginya untuk datang kembali, atau pergi untuk selamanya.

***

Diperjalanan tak ada yang membuka suara. Rendi fokus pada jalanan dan Hana sibuk dengan pikirannya sendiri. Entah mengapa Hana tidak bisa berhenti untuk memikirkan Reino. Hana ingin segera bertemu dengannya, ingin segera memastikan keadaan Reino dan menanyakan perihal alasan Reino tidak membalas pesan Hana semalam. Namun ada sedikit keraguan dihati Hana. Jika ia bertemu dengan Reino, apa harus ia mengatakan kata-kata itu? Kata-kata yang akan membuat Reino bersedih. Perihal Hana yang harus memutuskan Reino karna Sonya yang menyuruhnya. Apa Hana harus bersandiwara, seolah-olah ia sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi dengan Reino? Untuk berbohongpun rasanya Hana tidak ingin. Saat ini pikiran Hana berkecamuk, ia benar-benar bingung apa yang harus ia lakukan.

Drrttt..drttttt..

Hana merasa ponselnya bergetar, membuat lamunannya buyar. Iapun segera merogoh ponselnya yang ternyata mamanya menelfon.

"Hallo ma?" ucap Hana dengan meninggikan nada suaranya karna memang sedikit terganggu dengan bisingnya suara kendaraan yang melintas.

"Hana kamu dimana? Kok belom pulang?"

"Aku lagi dijalan ma."

"Yaudah cepet pulang, bantuin mama buat siapin acara ulang tahun kamu nanti malem."

"Nanti ya ma, Hana kerumah temen dulu bentar."

"Jangan lama-lama."

"Iya."

Sonyapun memutus sambungan telfon. Hana kembali memasukkan ponselnya kedalam saku.

"Yang nelfon tadi nyokap lo Han?" tanya Rendi sambil fokus pada jalanan.

"Iya, dia nyuruh gue cepet pulang. Buat bantuin siapin acara ulang tahun gue nanti malem."

"Ulang tahun lo dirayain?"

"Iya, nanti lo sama Romi dateng ya."

"Oke, nanti gue sama Romi pasti dateng."

"Ren bawa motornya agak cepetan dikit, gue udah gak sabar buat ketemu sama Reino, gue mau undang dia juga buat dateng nanti malem," ujar Hana yang Rendi malah semakin memperlambat laju motornya. "Ren gue nyuruh lo buat cepet bawa motornya bukan makin lambat," protes Hana.

"Iya Han. Nanti nunggu si Romi noh kasian ketinggalan dia."

"Udah gapapa, lagian dia udah tau kan rumah Reino dimana."

"Iya sih. Tapi dia kan lagi sedih kalo dia beneran nyungsep nanti gimana?"

"Sampe segitunya ya Romi. Emang beneran gara-gara ditolak cintanya sama mbak Siti?" tanya Hana yang membuat Rendi sedikit terlonjak.

"Ya i-iya."

"Gue gak nyangka sih si Romi beneran suka sama mbak Siti. Padahal kan mbak Siti itu janda anak satu. Romi sukanya sama yang tua-tua ternyata," ucap Hana yang kemudian memecahkan tawanya.

"Hehe.. iya Han," seru Rendi sambil tertawa garing.

Rendi melirik kebelakang melalui kaca spion, mendapati Romi yang berhenti dipinggir jalan. Membuat Rendi ikut menghentikan motornya.

"Loh kenapa berenti?" heran Hana.

"Itu si Romi, kenapa dia berenti ya?" ucap Rendi sambil melirik ke belakang dan Hanapun menoleh ke arah Romi berada.

REIHANA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang