(5)

95 14 0
                                    


Mio terbangun dari tidurnya. Sedikit terkejut rupanya semalaman penuh ia tertidur dalam posisi duduk menelungkup seperti ini.

"Selamat pagi, Mio. Bagaimana tidurnya?" Sambut Illya begitu melihat gadis itu telah terbangun.

"Selamat pagi." Sahut Mio.

"Ingin segelas susu coklat hangat? Kalau mau nanti akan kubuatkan." Tawar Illya.

Mio menggelengkan kepalanya. "Tidak, terimakasih atas tawarannya."

"Sayang sekali."

"Illya, hari ini kau akan mengantarkanku kembali ke rumahku kan?"

"Tentu saja. Sepertinya keadaan di luar juga sudah baik-baik saja. Yah, disini keributan akan dianggap lalu. Jadi, tidak masalah." Sahut Illya sambil menyeruput susu coklatnya.

Mio kemudian kembali mengenakan sweater yang ia kenakan kemarin dan sedikit menyisir rambut hitam panjangnya dengan jemarinya. Bersiap untuk kembali.

"Illya, boleh aku pinjam kamar mandinya?"

Illya hanya mengisyaratkan dengan mengacungkan jempolnya. Ia sudah sibuk menghabiskan tegukan terakhir susu paginya.

Beberapa menit kemudian, mereka berdua sudah bersiap akan keluar rumah. Mio melihat Illya mengenakan baju yang sama seperti kemarin. Kemeja panjang berkerah berwarna ungu. Juga rok selutut yang mengembang berwarna putih.

"Illya, terimakasih atas tumpangannya." Ucap Mio saat mereka akhirnya tiba di depan apartemen milik Mio.

"Maafkan aku Mio. Aku hanya bisa mengantarmu sampai ke depan gedung. Sampai jumpa." Illya kemudian pamit dengan Mio.

Mio mengangguk dan melambaikan tangannya. Ia kemudian memasuki gedung apartemen yang menjulang tinggi tersebut. Mio merasakan, adanya perbedaan antara wilayah tempat tinggalnya dengan Hellsalem's Lot. Di kota ini semuanya nampak tenang dan sangat minim menemukan makhluk-mahkluk aneh berkeliaran di sekitar sini.

Itu berarti, benar apa yang dikatakan Illya kemarin, jalan satu-satunya menuju Hellsalem's Lot hanyalah disana dan ini merupakan kota perbatasan antara Hellsalem's Lot dengan New York.

Mio tiba di lantai 5 dan segera menuju rumahnya. Disana, pintu masih terkunci dan tidak ada tanda-tanda adanya orang di dalam. Penasaran, Mio segera memutar kuncinya dan mendapati rumahnya yang kosong.

"Ehh?? Ayah dan Ibu tidak pulang semalam?" Tanya Mio. Ia melihat keadaan rumahnya yang terlihat tidak ditempati dari semalam. Tidak ada tanda-tanda bahwa orangtuanya kembali kemari sejak kemarin.

"Mereka kemana? Apakah pekerjaan mereka sesibuk itu? Aku telepon saja deh!" Mio kemudian berjalan menuju meja telepon sambil memegang remote TV. Ia juga ingin melihat berita pagi ini mengenai insiden kemarin hari. Barangkali masih ada stasiun TV yang menayangkannya.

Bersamaan dengan TV menyala dan nada sambung yang berbunyi, kita kembali beralih pada Illya yang sedang menuju sebuah jembatan tengah mendatangi seseorang. Melihat orang itu, Illya tersenyum.

"Yo, akhirnya kita bertemu kembali."

"Senang bisa bertemu dengan Anda, Einzbern." Sambut sang pria. Penampilannya yang mengenakan kemeja hitam dan jaket coat panjang berwarna merah.

"Jadi apa yang ingin kau bicarakan padaku, Lord El-Melloi?"

"Jangan lupakan angka 2 di belakangnya."

"Ahh... Baiklah, baiklah aku lupa. Yah, daripada sulit bagaimana jika aku memanggilmu dengan nama aslimu. Waver Velvet." Sahut Illya.

Pria berambut hitam panjang itu menghela napasnya. Gadis yang ia temui dengan wujud anak kecil ini amat merepotkan. Tapi lebih daripada itu, ada kabar yang lebih penting yang harus ia sampaikan.

Tales of Lost ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang