(12)

45 11 0
                                    

Mio dan Leo sudah tiba di depan sebuah gedung yang menjulang tinggi. Motor milik Leo ia parkirkan di depan sebuah gang sempit dan bersama Mio menuju ke ujung jalan sempit. Mio merasa perasaan yang tidak enak karena siapapun pasti akan curiga dengan jalanan sempit yang gelap ini.

"Kau terlihat cemas. Jangan khawatir, ini adalah satu-satunya akses jalan agar kita bisa sampai ke Libra, karena Libra bisa dibilang adalah organisasi yang bersifat sangat rahasia." Jelas Leo yang bisa membaca wajah cemas Mio.

Leo kemudian memasukkan sebuah kode yang berfungsi sebagai kunci dan pintu yang terlihat tidak terawat itu terbuka menampakkan sebuah lift mewah.

"Lift? Rupanya ini Lift?" Gumam Mio kagum dengan apa yang didapatinya.

"Tanpa kode yang kumasukkan tadi, lift ini tidak akan terlihat dan hanya akan memperlihatkan bagian sebenarnya dari dibalik pintu ini." Jelas Leo kembali.

"Bagian sebenarnya?"

"Dibalik pintu ini yang sebenarnya adalah sebuah gudang penyimpanan. Meskipun aku belum pernah melihatnya tapi menurut teman-temanku, itu adalah gudang penyimpanan." Mereka berdua sudah mulai menaiki lift dan lift pun mulai menaiki gedung yang langsung terakses ke gedung paling atas. Mio berpikir kalau tingkat keamanan organisasi yang akan didatanginya ini sangat canggih dan ketat. 

Apa yang mereka inginkan dariku? Leo bilang kalau Bos-nya ingin menemuiku.

Lift pun terbuka dan mereka berjalan di lorong bagian gedung dan berhenti tepat di sebuah pintu besar. Mio cukup yakin kalau dibalik pintu ini pasti adalah isi dari Libra. 

Leo membuka pintunya dan sebuah ruangan luas terpampang di depan mata Mio. Ruangan simetris yang didominasi dengan warna merah dan coklat dengan pot-pot tanaman yang berjajar rapih. Kagum melihatnya, Mio melihat ada beberapa orang yang ada di dalam yang sedang sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing. Mio juga melihat ada Paman Steven disana sedang berkutat di depan komputernya.

Televisi di ruangan itu juga menyala dan sedang menyiarkan siaran berita. Tapi, tidak ada satupun dari mereka yang melihat siaran tersebut bahkan mendengarnya pun tidak.

"Ahh bocah ingusan sudah kembali?" Sambut seorang pria dengan pakaian dan rambut yang serba putih dibalik kulitnya yang gelap.

Leo hendak menghindar serangan sambutan tersebut namun gagal. Dan telak berakhir di ketiak dari pria tersebut. "Kau tidak bisa menghindar dari seranganku, bocah ingusan."

Mio menelan ludahnya sendiri. Konyol! Begitu pikirnya.

"Berita hari ini... Seorang warga sipil yang tinggal di Bake Street Hellsalem's Lot bagian Barat di laporkan menghilang tanpa jejak. Polisi telah menyelidiki..."

"Zapp, apakah kau tidak merasa malu di hadapan tamu kita?" Ucap Leo sambil menunjuk keberadaan Mio.

"Wahh...kau berhasil membawanya. Gadis ini benar-benar cantik ya?! Kau beruntung sekali Steven bisa merawatnya. Akiyama Mio? Itu namamu bukan?" Zapp mendekati Mio membuat gadis itu mundur selangkah demi selangkah dengan wajah ketakutan.

"Jangan menakutinya, Zapp. Mio adalah gadis pendiam yang tak banyak bicara sepertimu."

"Aku tahu itu. Padahal Bos yang ingin menemui gadis ini, tapi saat ini dia sedang asyik dengan game-nya." Zapp menunjuk seorang pria yang sedang asyik berkutat di depan komputernya dengan wajah yang sangat kompeten.

Bahkan bermain game? Ini perwujudan lain dari Houkago Tea Time. Gumam Mio kembali.

"Mr.Klaus, aku sudah membawa Akiyama Mio kemari. Silakan Anda berkenan memperkenalkan diri padanya." Ucap Leo. Ia lalu menatap Mio dan berbisik. "Majulah. Ini adalah bos kami. Meski tampangnya cukup mengerikan, percayalah dia adalah sosok yang paling baik yang pernah ku kenal."

Tales of Lost ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang