(14)

39 5 0
                                    


Pagi yang cerah dan sinar matahari kembali menyambut hari yang baru. Aktivitas dari manusia dan makhluk Beyond lainnya kembali terlihat dan mereka yang hanya bisa aktif pada malam hari sudah memasuki kediaman mereka masing-masing.

Pagi itu, William kembali mengunjungi Adiknya. Sudah merupakan rutinitasnya karena kalau sehari saja ia tidak berkunjung, maka sang Adik akan marah dan merajuk padanya. Syukur kalau ia boleh berkunjung, itupun terkadang Mary sampai tega membiarkan dirinya menunggu di depan kamar tanpa diperbolehkan masuk.

Melewati ruang tunggu yang pagi itu tengah menyiarkan sebuah berita yang sama dengan kemarin hari...

"Lagi, seorang warga sipil kali ini yang tinggal di Max Street dikabarkan menghilang setelah semalam menerima sebuah paket pesanan yang diantarkan kepadanya di depan rumahnya. Polisi pun mulai menyelidiki tiap pengantar paket dan mengkaitkannya dengan kejadia hari kemarin..."

William tiba di kamar Mary dan membuka pintunya. Ia melihat kalau dua gadis yang menempati kamar itu masih tertidur dengan pulasnya. Memutuskan agar menunggu mereka sampai terbangun dengan sendirinya, William kemudian masuk dengan perlahan dan menunggu di sebuah bangku yang menghadap langsung ke jendela. Ia mulai memikirkan sesuatu dan terjun ke pemikiran jauhnya.

Tiga tahun sudah berlalu semenjak kejadian itu... Yang artinya juga tiga tahun ia telah meninggalkan kampung tempat dirinya lahir dan menetap di kota yang penuh dengan segala keanehannya ini. Tiga tahun dirinya bergabung dengan PSI, organisasi bagi mereka yang merupakan Caster atau bisa disebut adalah Magus dan memiliki banyak kenalan yang sangat baik terhadapnya. Posisinya menggantikan orangtuanya sebagai satu-satunya kepala keluarga dan penerus bagi Macbeth.

William terus menerus tenggelam dalam lamunannya sampai ia tiba di titik ingatan dimana ia tidak ingin mengingatnya. Wajah tersenyum orangtuanya... Kobaran api... Darah yang membasahi tangannya... Merengkuh...

"Kakak?"

William langsung tersadar dari lamunannya. Siapa? Siapa yang memanggilnya? Ia pun menolehkan kepalanya dan melihat Mary sudah terbangun dari tidurnya.

"Apa benar itu Kakak?" Tanyanya kembali.

"Ini aku, White. Siapa lagi?" William berjalan mendekati Adiknya dengan senyum hangat disana.

"Ternyata benar ini Kakak." Tukas Mary dengan senyuman leganya. "Ah, aku akan membangunkan Mio."

"Mmhh... Bangunkan saja." Ucap William dengan tenang.

Sedikit mengguncang tubuh Mio, gadis itu sudah terbangun.

"Selamat pagi, Mio." Sambut Mary.

"Pagi, oh William sudah ada disini. Apa yang terjadi?" Ucap Mio.

"Tidak ada yang terjadi, Mio. Aku baru saja datang kemari dan melihat kalian berdua masih tertidur dengan pulasnya." Sahut William.

"Duh...kenapa kau tidak segera membangunkan kami?" Tukas Mary.

"Aku hanya tidak ingin mengganggu itu saja." Sahut William kembali.

"Apakah semalam William kesini? Semalam aku mendengar samar suaranya?"

Terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Mio, Mary segera mengalihkan pembicaraan namun, William rupanya berhasil mendengarnya.

"Aku?"

"Tidak. Tidak ada siapa-siapa semalam disini Mio. Hanya ada aku. Mungkin itu hanya pikiranmu saja. Semalam aku selalu sendirian tanpa ada yang datang." Jelas Mary dengan cepat.

"White?" William menatap wajah Adiknya.

"Sungguh tidak ada apa-apa, Black." Ucap Mary.

"Begitu? Mungkin itu memang perasaanku saja." Tanggap Mio.

Tales of Lost ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang