EPILOG 2

9.3K 218 10
                                        

R . E . A . D . Y

    17 Tahun kemudian

"Bunda bang Andra bandel nih"Lari seorang anak perempuan yang masih remaja kearah dapur untuk mencari Bunda

   Setelah menikah dengan Dito kehidupan ku semakin sempurna karena selang 2 tahun kemudian aku hamil dan melahirkan anak perempuan, meskipun dia sudah mempunyai anak kandung namun kasih sayang untuk Andra tidak pernah berkurang. Rumah ini menjadi ramai asal kalian tau setelah usia Andra menginjak 5 tahun kami sekeluarga pindah ke bandung.

Lalu merintis perusahaan dari kecil lagi karena selama ini dia yang memegang perusahaan keluarga dan memutuskan semua itu, alhamdulillah selang 3 tahun perusahaan Dito mempunyai dimana-dimana berkat kerja keras selama ini. Hingga sampai sekarang aku belum memberitahukan bahwa Rifki sudah punya anak dari aku. Perundingan tersebut dilakukan setelah acaa pernikahan aku yang kedua.

"Aduh anak Bunda jangan teriak-teriak dong berisik tau"Kataku

"Bilangin sama bang Andra jangan jahil sama aku dari tadi, rese banget ganggu aku yang lagi dandan aja bun"Adu anak perempuan, yang begitu manja terhadap aku dan ia tidak berani kalau kepada Dito karena sangat tegas untuk menjadi seorang Ayah.

"Bohong bun, lagian tadi Laras siap-siap lama banget. Udah tau mau telat. Masih aja dandan tidak jelas!"Bela Andra

Mereka berdua satu sekolah hanya saja beda kelas sebab itu semua kemauan, dari Dito karena tidak ingin anak perempuan nya terjadi hal yang buruk.

"Jadi orang yang sabaran kenapa biasanya juga situ yang lama"

"Wah mau diapain nih anak! Berani, ya sama abang sendiri"

"Ada apa ini?"Tegas Ayah yang baru saja masuk ke dalam dapur, karena terganggu dengan suara berisik sejak tadi.

"An... Anu yah hm... Gimana ya bilang nya"Bingung Laras

"Ayo jawab ayah"

"Tadi aku nungguin Laras dari tadi lama banget yaudah, Andra jahilin aja biar kapok emang enak apa harus nungguin orang mulu"Kata Andra yang langsung bicara melihat betapa tegas sang Ayah

"Apa itu benar nak?"

Laras hanya mengangguk saja "Iya yah"

  Kemudian Ayah, aku, dan bang Andra menunggu di meja makan entah kenapa Bunda selalu masak padahal sudah ada pembantu. Ayah juga sudah melarang supaya tidak ke lelahan namun Bunda selalu menolak, katanya agar suami dan kedua anaknya makan masakan sang ibu. Jadi setelah itu sudah tidak ada yang berani melarang Bunda.

Tidak lama datang semua makanan kita dengan menu yang berbeda kalau Ayah selalu makan roti dan kopi sedangkan bang Andra selalu makan, nasi goreng dengan air putih nah kalau aku sendiri hanya semangkuk mie rebus serta nasi lalu pakai es teh manis. Simpel banget. Tapi selalu dimarahi oleh Ayah karena tidak bagus untuk kesehatan!

"Laras sudah berapa kali ayah bilang jangan makan mie pagi hari"Tegur ayah yang masih, fokus dengan kerjaan.

Belum juga makan sudah ditegur aja aku hanya memasang muka masam saja "Yah, ini aku juga baru makan lagi setelah ayah hukum"

TERSAKITI (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang