5|Permai

127 47 0
                                        

Hilangku tak dicari. Hadirku tak dinanti. Pergiku tak ditahan. Kembaliku tak di harapkan. Ternyata mencintai sendiriran itu menyakitkan.


***

Permai keluar gerbang sekolah ia mulai berjalan menuju halte bus. Tanpa diduga tiba-tiba hujan mengguyur badannya. Ia segera berlari menuju halte bus agar tidak terlalu basah. Ia merasa kedinginan, badannya gemetar.

'Kenapa busnya lama amat?' batinnya dalam hati.

"Cepat datanglah bus sebelum gue mati kedinginan disini. Kan gak banget kalau ada berita 'Seorang cewek yang membahana murid dari SMP Meteor meninggal karena kedinginan di halte bus' ngeri sendiri gue dengarnya" gumamnya pelan.

Hujan tak kunjung berhenti padahal Permai sudah berjam-jam duduk di sini. Karna merasa bosan akhirnya ia memutuskan untuk pulang dengan berjalan di bawah derasnya hujan. Toh, ia juga menyukai hujan, waktu kecil ia sering sekali mandi hujan bersama seseorang yang berarti dalam hidupnya. Alex panggilan khususnya pada orang itu. Ahhhh....ia jadi kepikiran lagi sama Alex. Entah mengapa jika mengingat Alex hati Permai selalu sakit. Padahal Permai sudah memaafkan Alex dan papinya. Sudahlah jangan ingat tentang itu lagi, hal itu hanya membuat Permai semakin tersiksa. Dinginnya cuaca membuat hatinga sedikit demi sedikit menjadi membeku.

Permai sampai di rumah tepat pada pukul tengah lima sore. Ia basah kuyup. Bagaimana tidak basah ia berjalan di bawah derasnya hujan tanpa memakai penutup apapun di badan ataupun kepalanya.

"Non?" ujar Bi Lila terkejut melihat penampilan Permai yang acak-acakan.

"Kenapa non basah kuyup? Sini non biar bibi saja yang bawa tasnya. Non mau dibuatin air mandi hangat? Atau teh? Kalau nggak non mau apa? Biar bibi buatin." cerocos Bi Lila

"Nggak usah Bi, Rain bisa buatin sendiri kok" tolak Permia halus

"Tapi non-"

"Sudah Bibi istirahat aja." ujar Permai. Ia langsung naik ke atas untuk membersihkan diri.

***

Setelah selesai dengan ritual mandinya, Permai duduk di meja rias yang yang ada di kamarnya. Tiba-tiba darah mengalir dari hidung Permai.

'Kapan sih gue mati? Kalau gue mati kan gue bisa peluk mami, curhat sama mami tentang apa yang sudah gue alami dan gue nggak bakal liat lagi papi marah-marah nggak jelas. Toh juga pada akhirnya gue akan pergi dari dunia yang menyakitkan ini. Tapi kenapa ajal gue lama amat???'

Karna merasa lelah Permai menidurkan dirinya di kasur empuknya. Tidak hanya di fisik saja yang lelah tetapi batinnya juga lelah. Lelah menghadapi takdir kehidupannya yang rumit. Hingga akhirnya Permai tertidur pulas. Setidaknya untuk sementara ini ia tidak perlu mikirin nasibnya yang malang.

***

Pukul 8 malam Permai turun untuk makan malam. Ia melihat Bi Lila yang sedang menata meja makan.

"Bi oma mana?" tanya Permai

"Oma lagi di kamar non, mungkin lagi istiraht karna baru pulang dari butik." Jelas Bi Lila

"Ohhh....."gumam Permai

"Permai ke kamar Oma dulu ya bi" permisi Permia menuju kamar omanya.

"Iya non." jawab Bi Lila

***

Tok tok tok

Permai mulai mengetuk pintu. Permai mulai memutar knop pintu dan perlahan-lahan membuka pintu kamar tersebut.

Permai World [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang