30|Permai

54 26 0
                                    

"Mama!" Ratu berlari menuju Nagita-ibunya Ratu- yang sedang duduk di kursi tunggu.

"Jadi kembaran aku mana?" tanya Ratu dengan kening yang berkerut.

"Dia lagi di tangani sama dokter." jawab Nagita

"Hah? Kok bisa? Emangnya dia kenapa, Ma? "

"Dia habis mengalami kecelakaan."

'Kenapa pas gue ketemu saudara gue dalam keadaan gini? '

"Apa lukanya parah?" tanya Ratu untuk kesrkian kalinya.

"Mama nggak tau. Kamu berdoa aja semoga dia baik-baik saja." jawab Nagita dengan suara lirih.

"Oh iya Papa sama Om Elang mana?" tanya Ratu mengalihkan pembicaraan.

"Mereka lagi ngurus administrasi."

"Bun...da" suaranya makin merendah ketika melihat sosok cewek yang duduk disamping bundanya.

"Lo ngapain disini?" tanya mereka bersamaan.

"Kalian udah saling kenal?" tanya Nagita pada mereka

"Nggak kok ma, dia itu hanya kakak kelas aku aja." ujar Ratu

"Mama?" ya dia adalah Jeremi

"Iya dia mama gue. Lagian ngapain lo manggil mama gue bunda?" tanya Ratu dengan nada sewot.

"Atau jangan-jangan lo?" tanya Ratu

"Mama/Bunda?" secara bersamaan mereka memandang Nagita mencoba meminta penjelasan.

"Iya kalian itu saudadara kandung." jawab Nagita membuat mereka berdua terkejut bukan main.

"Jadi Permai? Kembaranku?"

"Yaiyalah." jawab Jeremi dengan bola mata memutar malas.

"Tapi kok bisa? Kalau Permai kembaranku, jadi... yang kecelakaan Permai dong." simpul Ratu

"Kenapa Permai bisa kecelakaan? Tadi kayaknya dia baik-baik aja deh. Lo gimana sih? Kenapa nggak jagain Permai? Abang macam apa lo, jaga satu adik aja nggak becus, apalagi ditambah mau jagain gue." ujar Ratu tanpa berfikir.

Mendengar itu Jeremi jadi bungkam. Raut wajahnya berubah menjadi murung.

"Iya lo betul. Gue jadi abang memang nggak becus." ujar Jeremi dengan nada merendah.

"Tap-"

Dengan cepat Jeremi memotong ucapan Ratu. "Bun, Jeremi keluar dulu, mau cari angin. Kalau udah ada perkembangan kabarin Jeremi." setelah selesai berucap ia berlalu pergi dari hadapan Nagita dan Ratu.

'Apa gue keterlaluan? '

***

Jeremi pergi menuju taman yang berada di dekat rumah sakit. Lampu penerang yang agak redub menggambarkan perasaan Jeremi sekarang ink.

"Ahhh... gue memang nggak becus jadi abang." Jeremi memukul pohon yang berada tepat disampinya dengan membabibuta.

"Dasar nggak becus... abang nggak ada guna..." emosi Jeremi semakin tak bisa terkendalikan. Kepalan tangannya sudah dilumuri darah segar.

Tiba-tiba Ratu datang dengan wajah cemas. Dengan segera ia memeluk Jeremi dari belakang.

"Stop Jer ! Stop...hiks...hiks" air mata Ratu mengalir begitu saja. Hatinya merasa sakit ketika melihat Jeremi frustasi akibat perkataannya. Kalau saja tadi ia tak mengungkit soal kecelakaan itu dan menyalahkan Jeremi mungkin Jeremi tidak akan seperti.

Permai World [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang