23|Permai

95 29 4
                                    

"NGGAK! NGGAK MUNGKIN OMA NINGGALIN RAIN!" teriak Permai di lorong rumah sakit, tepatnya di depan sebuah ruangan yang bertuliskan 'Ruang Mayat.'

"Rain jangan teriak-teriak!" ujar Jeremi menenangkan.

"JANGAN SENTUH GUE! LO PASTI BOHONGIN GUEKAN?"

"Jer, jangan jauhin gue dari oma. Please Jer! Gue nggak bisa hidup tanpa oma, Jer. Jangan jauhin gue dari oma." Permai memohon pada Jeremi.

"Gue lagi nggak bohong Rain!" ujar Jeremi meyakinkan.

"Oma memang meninggal!"

"JAGA OMONGAN LO! KALAU LO EMANG NGGAK MAU JUJUR, SETIDAKNYA JANGAN NGOMONG GITU!" histeris Permai

Lengkap sudah penderitaannya. Dalam satu hari hatinya hancur berkeping-keping. Dimulai dari teman-temannya yang mulai menjauh tanpa sebab, Devano yang menjatuhkan harga dirinya, ayahnya yang ingin menikah dan mengancamnya, dan sekarang...ia harus menerima kenyataan bahwa ia harus kehilangan orang yang ia sayangi.

Kenapa Tuhan setega ini padanya?

"Rain jangan nagis lagi, lo jelek kalau nagis." Jeremi ingin membawa Permai dalam dekapannya tapi di tolak mentah-mentah oleh Permai.

"GUE BILANG JANGAN SENTUH GUE!"

"Oma Rain kangen! Apa oma nggak kangen sama Rain? Kenapa oma tega tinggalin Rain? Apa ini hadiah dari oma?"

"AH GUE BENCI HIDUP GUE!" Permai mengacak rambutnya, gaunnya masih melekat ditubuhnya.

Permai tak bisa menerima semua ini! Semuanya seakan seperti mimpi. Kenapa semua berlalu begitu cepat? Apa nggak ada kata bahagia di takdir Permai?

Permai duduk di lantai RS yang dingin. Ia memeluk kedua kakinya, menenggelamkan wajahnya.

"Nggak, nggak oma masih hidup! Iya oma masih hidup. Hahahaha Rain sayang oma. Hiks hiks hiks kenapa mereka jahat, mereka nyakitin Rain. OMA NGGAK MUNGKIN NINGGALIN RAIN! NGGAK AKAN!" racau Permai. Ia seperti orang yang terganggu jiwanya.

"Rain lo kenapa?" tanya Jeremi bingung ketika mendapati sikap Permai yang berubah-ubah. Setelah ketawa, ia akan nagis, marah dan begitu seterusnya.

"Rain jangan kaya gini dong!" buakannya menjawab, Permai malah bermonolog sendiri.

"Oma nggak akan tinggalin Rain. Iya oma nggak akan ninggalin Rain. Omakan sayang sama Rain. Iya oma sayang Rain!" monolog Permai membuat Jeremi merasa kasihan.

"Apa sebegitu banyakkah masalah lo Rain sampai lo seperti ini? Kakak macam apa gue? Gue nggak becus buat jagain adik gue sendiri!" Jeremi memukuk dinding RS beberapakali. Meluapkan amarahnya. Nafasnya memburu, amahnya begitu memuncak.

'Gue nggak akan buat hidup mereka tenang!'

***

"BAJINGAN LO!" teriak Jeremi, ia mendatangi markas Galaksi. Ia menemukan salah satu orang yang udah buat adiknya seperti ini.

Jeremi memukul Devano dengan membabibuta. Devano hanya mengelak tanpa berniat membalasnya. Jeremi meluapkan emosinya! Geng Galaksi susah payah buat misahin, dan akhirnya bisa.

"Lo kenapa Jer?" tanya Alvaro dengan santai.

"BAJINGAN LO VAN. LO UDAH BUAT ORANG YANG GUE SAYANG MENDERITA!" teriak Jeremi, berusaha meronta, tapi ia tak bisa.

"Maksud lo?" tanya Chalvin.

"Lo udah buat jiwa orang yang gue sayangi targanggu!" ujar Jeremi frustasi. Air mata Jeremi mengalir begitu saja ketika bayangan Permai yang berteriak, menangis, tertawa, marah-marah. Geng Galaksi heran melihat kondisi Jeremi. Baru kali ini Jeremi terlihat frustasi, biasanya ia yang paling tenang di Geng Galaksi. Tapi sekarang tidak, semuanya sudah berubah.

Permai World [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang