Realita tak semanis ekspektasi
***
Permai menyusuri lorong yang terbilang sepi, berjalan mendekati jajaran loker siswa. Permai membuka lokernya, ia terkejut ketika melihat beberapa bunga, coklat, surat dan hadiah² lainnya berjatuhan. Jika saja perempuan lain yang mendapatkan ini semua, pasti hatinya akan berbunga-bunga. Tapi tidak untuk Permai, ia tidak suka semacam beginian, apalagi dengan bunga, ia alergi dengan serbuk bunga. Permai bingung bagaimana ia harus menyingkirkan ini semua. Ia melihat kanan kiri untuk meminta tolong tapi nihil, tak ada seorangpun di situ.
Saat ingin membuangnya sendiri tiba² alerginya kambu.
Hatci
Hatci
Hatci
Permai berkali-kali mengusap hidungnya. Beruntungnya, Devano dan Ratu melewati lorong itu juga. Devano yang mendengar bersinan Permai yang sepertinya berlebihan, akhirnya ia mempercepat jalannya dan meninggalkan Ratu sendirian. Ia melihat keadaan Permai, sungguh mengenaskan. Mata memerah, hidungnya juga memerah, dan apa itu ada cairan bening juga disana. Issss 😬
Dengan spontan Devano menuntut Permai agar menjauh dari lokernya. Ia mulai mengambil bunga² itu dan membuangnya ke tong sampah. Hadiah lainnya ia susun kembali ke dalam loker Permai.
"Nih!" tangan Devano terulur memberikan sapu tangan.
Permai dengan segera mengambilnya. Toh, juga ia sangat membutuhkannya.
"Thanks" ujar Permai dengar suara serak. Ia berjalan mendekat untuk mengunci lokernya.
"Mau gue anterin ke UKS?" tanya Devano tanpa sadar.
"Nggak" jawab Permai seadanya. Setelah itu ia berlalu dari hadapan Permai.
Tanpa berfikir Devano melanjutkan jalannya. Sekarang keadaan Ratu sedang tidak baik² saja. Ia sedang dilanda api cemburu. Sungguh mengenaskan dirimu ....
***
Keadaan kantin sungguh ramai yang mengharuskan para siswa berdesak-desakkan. Devano dan Ratu duduk di salah satu meja, dengan posisi berhadapan. Selama seminggu ini hubungan Ratu dan Devano baik² saja, tapi Devano merasa sifat Ratu berbeda dari biasanya. Ratu yang dulu dengan yang sekarang berbeda. Sikap Ratu yang sesungguhnya lebih menonjol ketika mereka menjadi pacar. Ratu sering banget ngambek hanya karena hal kecil, contohnya sekarang.
"Ih Devano duduknya geseran napa. Kamu harus duduk tepat di hadapan aku. Kamu ini gimana sih? Nanti orang ngiranya kita lagi marahan." ujar Ratu dengan suara yang dimanja-manjakan.
Sungguh Devano nggak habis pikir sama perilaku Ratu. Hanya karena tidak tepat sedikit, repotnya minta ampun. Akhirnya Devano menuruti kemauan Ratu.
"Ih kamu nggak pake gelang yang aku kasih itu ya? Kamu kemanai ? Kamu nggak sayang lagi ya sama aku?" tanya Ratu bertubi-tubi membuat Devano pusing.
"Bukan, gelangnya kayaknya ketinggalan di meja belajar aku deh." ujar Devano seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Ketinggalan apa kamu buang?" tuduh Ratu
"Kamu kenapa sih Rat? Kenapa kamu berubah sejak kita pacaran?" akhirnya pertanyaan itu keluar juga.
"Berubah apanya sih Van? Aku hanya bersikap layaknya pacar kamu." ujar Ratu dengan suara yang keras.
"Pacar? Kamu terlalu ngekang aku Rat. Kamu nggak bolehin aku gabung dengan kawan aku lah. Nggak boleh lirik-lirim cewek lain lah. Nggak boleh itu lah ini lah. Aku itu pacar kamu apa babu kamu sih? Aku jalin hubungan sama kamu biar kamu itu lebih bisa ngertiin aku dan dekat sama aku." ujar Devano denga suara yang tak kalah keras.

KAMU SEDANG MEMBACA
Permai World [COMPLETED]
Roman pour AdolescentsWarning : Typo bertebaran diman-mana :^) Follow terlebih dahulu akun author karena sebagian chapter ada yang di private [Part Completed] Lika liku silih berganti di kehidupan Permai. Mulai dari masalah percintaan hingga keluarga. Kata orang titik t...