11|Permai

91 36 7
                                        

Hati-hati taruh hati
salah letak bisa retak

***

"Oma maafin Rain oma. Jangan tinggalin Rain oma. Oma jangan pergi. Rain janji bakalan cari syal itu sampai dapat." ujar Permai. Entah apa yang membuatnya mengigau sambil mengeluarkan air bening dengan deras.

"Oma..." teriak Permai dengan histeris. Dan teriakan itu juga menjadi akhir dari mimpinya.

"Gue dimana? Kok gelap? Apa mati lampu?"

"Ada orang ga? Tolong nyalain lampunya dong di sini gelap banget Rain ga bisa liat nih." ujar Permai, tangannya mulai meraba-raba sekelilingnya. Ia dapat merasakan meja yang sepertinya berada di samping ranjangnya. Tak sengaja Permai menyentuh tangan yang lebih besar dari tangannya.

"Ini tangannya siapa? Ini bang Alex ya?" tanya Permai dan tanpa aba-aba Permai menarik sang empunya tangan yang tak lain adalah Devano dan memeluknya erat. Dan tangis Permai pecah seketika.

"Bang Rain takut bang. Tadi Rain mimpi Oma bakal ninggalin Rain. Oma juga marah sama Rain karena Rain hilangin syal pemberian Oma. Bang Rain ga mau di tinggalin sama oma. Rain ga mau bang." Rain mengeluarkan semua unek-uneknya. Air bening yang keluar dari matanya juga mengalir dengan deras. Devano mengusap lembut punggung Permai.

Tanpa Devano sadari satu cabang telah bertumbuh. Permai benar-benar berhasil menggerakkan hatinya. Tangisan Permai pun berhasil membuat sebuah retakan di hatinya yang keras itu.

Tiba-tiba ada suara pintu yang berdecit. Tanda bahwa ada orang yang baru masuk. Azaria yang melihat Devano dan Permai berpelukan, ia salah tingkah, sepertinya ia datang di waktu yang salah.

Bahkan sampai saat ini Permai belum melepas pelukan tersebut.

"Bang itu siapa" tanya Permai dan mulai melepaskan pelukannya

"Ini Ria Mai sahabat lo."

"Ria? Kok lo ada disini? Emang lo ga di perkemahan. Lagian lo ngapain disini? Disini gelap loh, aku aja ga tau aku lagi dimana?" ujar Permai ia belum menyadari bahwa ia sedang dirumah sakit.

Azaria melirik Devano tapi lelaki itu tak menghiraukannya dan lelaki itu malah meninggalkan Ria dan Permai.

"G-gue kan s-sahabat lo jadi g-gue"

"Ria jangan gugup gitu."

"Gue gak gugup kok. Sebenarnya lo itu lagi ada di rumah sakit. Tadi lo hampir aja jatuh ke jurang yang curam." jelas Azaria

"Masa? Oh iya Ria di rumah sakit ini sedang mati lampu ya? Soalnya dari tadi gelap banget." Permai merasa aneh dengan keadaan disekitarnya, ia tak bisa melihat apa-apa.

"Enggak kok, disini lampunya nyala." ujar Azaria ia lupa bahwa Permai sedang mengalamani kebutaan.

"Tapi kok gelap? Mai ga bisa liat apa-apa!" ujar Permai dan cairan yang sudah mengering mulai berkeluaran lagi dari pelupuk matanya.

"Aku kenapa? Aku kenapa?" teriak Permai histeris.

"Lo buta Mai." ujar Azaria ceplas ceplas.

"Gak mungkin aku ga mungkin buta. Aku gak mungkin buta." teriak Permai semakin histeris. Azaria yang panik, ia menekan bel untuk memanggil dokter.

"Aku gue gak buta, aku gak buta. Aku gak buta kan Ria. Kamu pasti boong" ujar Permai, ia tak percaya.

"Lo memang mengalami kebutaan Mai. Yang sabar ya Mai. Lo pasti kuat."

"Gak. Gak aku gak buta. Aku pasti bisa lihat. Aku gak buta" Dokter dan beberapa suster mulai memasuki ruangan Permai. Dokter itu merasa kasihan pada pasiennya itu. Dokter pun menyuntik Permai dengan obat penenang. Beberapa menit kemudian Permai sudah tertidus pulas (tidak sadarkan diri).

Permai World [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang