SEKOLAH - 2

4.9K 365 1
                                    

"Dinn. Lo mau beli apa?" Tanya Sarah, saat mereka telah sampai dikantin.

Andini bingung akan memesan apa.

"Samain aja"

Sarah mengangguk. "Mang! Sotonya 2 sama es tehnya 2"

Mang Kabul atau biasa di sebut Mang Abul. Mengacungkan jempolnya.

Sarah berbalik. Dan mengajak Andini untuk duduk disalah satu meja kantin.

"Dinn, duduk disini aja" saran Sarah.

Andini menurut, dan duduk disebelah Sarah.

Sambil menunggu pesanannya. Sarah bertanya tanya kepada Andini.

"Dinnn. Gue mau tanya. Tapi lo jangan marah ya?"

Andini menatap Sarah bingung.

"Tanya aja"

"Uhm. Lo kenapa baru sekolah? Katanya lo home schooling ya? Dan kenapa sekarang lo mutusin buat masuk ke sekolah umum?"

Andini menghembuskan nafasnya gusar membuat Sarah tidak enak.

"Mau jujur atau bohong?" Tanya Andini.

"Bohong aja! Soalnya kita baru kenal. Gue juga nggak enak sama lo"

Andini mengangguk. "Gue gerah dirumah. Jadi gue putusin buat ke sekolah umum"

Sarah manggut-manggut saja.

"Dan lo. Kenapa lo duduk dipojokan? Sendiri pula?" Kini Andini yang bertanya pada Sarah.

"Jujur aja. Semenjak gue masuk sekolah, hingga sekarang. Gue nggak punya yang namanya teman. Atau.... Sahabat?"

Kening Andini berkerut.

"Itu karena gue dilahirkan sebagai anak haram. Dan semua orang mengetahuinya. Sebab itulah gue nggak punya teman. Dan lo juga boleh kok menjauh" ucap Sarah pasrah.

Andini meraih tangan Sarah, dan menggenggamnya. Membuat Sarah terkejut.

"Gue nggak akan menjauh dari lo. Dan apapun alasannya, gue akan tetep jadi temen. Ah! Bukan! Maksudnya, gue akan jadi sahabat lo!" Ucap Andini.

Sarah membelalakkan matanya. Terkejut dengan ucapan Andini.

"Serius?! Lo jangan bohong! Gue tau! Kalau lo cuma mau ngehibur gue!" Sarah melepaskan genggamannya.

Andini kembali menarik tangan Sarah. Menatap manik matanya lekat lekat.

"Sarah. Gue nggak bohong! Dan mulai sekarang, lo bisa cerita ke gue apa masalah lo! Dan gue akan ngebantu lo sebisa gue. Jadi... Lo juga mau kan? Jadi sahabat gue?"

Sarah tersenyum merekah. Dengan cepat ia menganggukkan kepalanya.

"Hum. Gue mau! Lo juga! Lo harus cerita ke gue, apa masalah lo! Jangan dipendem sendiri!"

Andini tersenyum, melihat reaksi Sarah.

Seperti ini? Rasanya punya teman? Atau sahabat? - Sarah

Apa yang dirasakan Lisa seperti ini? - Andini

~~~~

Tak terasa Andini dan Sarah, telah berteman. Ah! Bersahabat selama sepekan. Dan hubungan mereka, membuat para siswa maupun siswi yang ada di kelas risih.

Andini yang sedari tadi sibuk, mencatat pelajaran fisika. Tiba tiba dikejutkan dengan gebrakan dari teman sekelasnya.

"Heh! Dini! Lo kenapa mau temenan sama anak haram?! Lo disuap? Emang dia kasih lo berapa? Sampai sampai lo mau sama dia?" Ucap Dona.

Andini mengangkat kepalanya. Ia berdiri dan mendekat ke Dona.

"Gue? Gue nggak disuap"

"Trus kenapa lo mau sama dia?! Bukannya lo mau, karena dia anak orang kaya?!" Sahut Anggun.

Andini tersenyum smirk.

"Gue mau sama dia itu ada alasannya!"

Semua teman sekelas tercengang dengan ucapan Andini.

"Lo... Lo mau apa?!" Kini Laras yang bertanya.

Andini maju dan membisikkan seuatu pada Laras. Seketika tubuh Laras menegang, dan ia memilih untuk cabut dari kelas. Membuat para cewek kebingungan. Dan menyusul Laras.

Sarah yang sedari tadi menguping pembicaraan mereka. Ia memasuki kelas dan menemui Andini, ia membutuhkan penjelasan dari Andini.

"Din, mak.. maksud lo tadi apa? Lo... Lo mau temenan sama gue, karena ada alasannya? Apa?"

Andini duduk dan menatap Sarah gemas. Andini menarik Sarah, agar ia mau duduk disebelahnya.

"A...apa?"

"Gue? Gue nggak butuh apa apa kok" ucap Andini enteng.

"Trus... Tadi lo bilang apa ke Laras? Kok gue liat ekspresinya.... Kayak orang ketakutan gitu?"

Andini terkekeh. Sarah semakin bingung dibuatnya.

"Tapi janji ya? Lo jangan marah?"

"Iya iya! Apaan?!"

"Gue... Gue bilang ke Laras. Kalau.... Kalau gue...."

Sarah semakin gemas dengan Andini, yang tiba tiba memotong ucapannya.

"Dinnn!"

"Haha. Iya iya. Gue bilang ke dia, kalau gue butuh ginjal lo"

"Hah?!"

Andini menopang dagunya. Dan menatap Sarah.

"Lo serius? Lo mau.... Ginjal gue?" Ucap Sarah takut takut.

"Bwahahaha. Dan lo percaya?"

Seketika raut muka Sarah memerah seperti tomat.

"Ihhhh! Dini! Lo ngeselin!!"

"Hahaha"

Tbc.

PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang