Andini berjalan terus menerus, dan tiba tiba terdengar seorang pemuda memanggil namanya.
Tin tin
"Andini?"
Andini menoleh.
"Siapa?" Tanya Andini.
Pemuda tersebut turun dari motornya. Membuka helm full facenya, dan berjalan mendekat, lalu menyentil dahi Andini.
"Ah! Sakit!" Rintihnya.
"Gue Alvino! Masa lo lupa? Gue cowok yang ketemu lo waktu diperpus tadi!"
Andini mengerjapkan matanya. Ia masih tidak mengingatnya.
"Yaampun! Gue Vino Dinn!! Yang tadi.... Gue ga sengaja nubruk lo, waktu diperpus!" Alvino terus menjelaskan dirinya, agar Andini mengingatnya.
"Ah! Vino anak IPA 5? Maaf maaf, gue lupa. Hehe" balas Andini sambil cengengesan tidak bersalah.
"Yeuh! Baru aja tadi siang kenalan! Sekarang lupa? Oh iya! Lo mau kemana, bawa tas besar?" Tunjuk Alvino pada tas yang dibawa Andini.
Andini mengangkat tasnya. "Ini? Gue mau nginap dirumah temen, tapi rumahnya jauh. Dan gue nggak punya kendaraan, alhasil gue jalan kaki" jelas Andini berbohong.
"Malam malam?"
Andini mengangguk.
"Emang dimana rumahnya?"
Andini berpikir sebentar, ia mencoba mengingat alamat Apartemen Sarah.
"Di xxxxx"
"Oh! Itu deket sama tempat gue! Bareng aja, gimana?" Tawar Alvino.
"Daripada lo jalan kaki malam malam" sambungnya.
Andini mengangguk. Ia hendak menaiki motor Alvino, tetapi ia bingung bagaimana caranya.
Alvino mengerutkan keningnya. Kenapa Andini tidak kunjung naik juga.
"Ada apa? Kenapa lama sekali?"
"Em. Gue naiknya gimana ya?" Tanya Andini bingung.
"Lo pegang pundak gue gapapa"
Andini mengangguk, ia memegang pundak Alvino.
"Udah?"
"Udah. Tapi lo jangan ngebut ya? Gue nggak tau mau pegangan apa" ucap Andini polos.
Alvino terkekeh. Ia meraih tangan Andini, agar Andini berpegangan pada jaketnya.
"Lo pegang ini aja. Yaudah, gue tancap nih"
"Hum"
~~~~
"Dinn, sebelah mana rumahnya?" Tanya Alvino, ketika sudah sampai di alamat yang diberitahukan Andini.
Andini menepuk-nepuk punggung Alvino.
"Stop! Stop! Nah. Ini rumahnya" Andini segera turun, dari motor Alvino.
"Makasih ya, Al" lanjutnya.
Alvino mengangguk.
"Gue pulang ya? Bye!"
Alvino menancap gasnya. Andini melambaikan tangan kearah Alvino.
Andini berbalik, ia menatap Apartemen yang... Terdapat beberapa bodyguard?
Andini melangkah. Tetapi ia dihentikan oleh beberapa bodyguard.
"Maaf. Anda siapa? Dan kenapa malam malam anda kemari?" Tanya salah satu bodyguard.
"Gue sahabatnya Sarah. Gue juga temen sekelas, sekaligus sebangkunya. Gue kesini karena gue mau nginap" jelas Andini.
"Ada buktinya?"
Andini menghela nafas. "Ada!" Balasnya.
"Jika ada, mohon anda mencoba menelpon nomor Nona Sarah"
"Gue nggak punya ponsel!"
Bodyguard itu saling tatap, dengan bodyguard lainnya.
Andini bingung. Karena bodyguard itu tiba tiba mendekat kearah Andini.
"BERHENTI DISITU!"
Bodyguard Sarah, maupun Andini menoleh ke sumber suara.
"Dia sahabatku. Jadi, kalian biarkan dia untuk masuk" ucap Sarah.
"Tapi Non..."
"Dibilangin! Dia sahabatku! Masih mau bantah?!" Balas Sarah dingin.
Andini tersenyum. Segera ia menemui Sarah, dan tak lupa dengan tasnya.
"Sarahhhh!" Andini memeluk Sarah. Dan Sarah membalas pelukannya.
Mereka melepaskan pelukannya. Sarah menepuk pundak Andini.
"Masuk yuk?" Tawar Sarah.
Andini tersenyum dan mengikuti langkah Sarah.
"Lo belom makan kan? Sini! Gue ada beberapa makanan" Sarah menarik tangan Andini, menuju meja makan.
Andini membelalakkan matanya. Ia tergiur dengan beberapa makanan yang ada didepannya.
"Heh. Gausah ngiler gitu! Langsung aja makan" ujar Sarah.
"Tapi... Gapapa? Bukannya ini... Makanan lo?" Tanya Andini takut takut.
Sarah terkekeh. Dan menepuk pelan lengan Andini.
"Ini rumah gue. Bukan rumah Akshan si pembantai atau apalah! Rumah gue, rumah lo juga! Jadi... Lo jangan sungkan-sungkan buat memakan makanannya"
Andini mengangguk. Ia segera memakan makanannya dengan lahap. Hingga tak tersisa sedikitpun.
"Hahaha, gue suka cara lo makan! Bikin nafsu makan gue bertambah aja!" Goda Sarah.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychopath
Random[COMPLETED] Andini Moey adalah nama gadis yang sehari-harinya disiksa oleh Ayahnya dan juga Kakaknya. Andini memilih untuk kabur dari rumah, untuk mencari tempat baru. Sehingga ia mendapatkan sesosok sahabat yang dapat ia percayai. Lantas bagaimanak...