KABAR

2.1K 185 0
                                    

Sarah membelalakkan matanya.

"Angga? Angga Jonathan? Cowok yang ketus itu? Maaf, bukannya orang tua beliau hanya mempunyai anak tunggal?"

"Iya. Hahaha cowok ketus? Lucu juga" gumam Alvino.

"Hubungan gue sama beliau itu.... Sebagai anak angkat. Waktu beliau di panti asuhan, gue lihat beliau. Gue suka sama beliau, karena beliau terlihat keren, beliau juga baik hati. Pak Bagas, ayah angkat gue. Tiba tiba memberi gue tawaran, untuk jadi anaknya. Awalnya gue nolak, tapi Pak Bagas memohon. Jadi.... Ya gitu" jelas Alvino.

"Sebentar. Lo anak panti? Mulai kapan lo tinggal disana? Gue nggak tau, kalau lo pernah disana" ucap Sarah.

"Hum, gue dipanti cuman beberapa bulan aja. Setelah itu, gue diangkat jadi anaknya Pak Bagas"

"Tapi... Gue belom pernah liat lo. Sejak kelas 10? Apa lo anak pindahan?"

"Enggak. Gue bukan anak pindahan. Lo tau murid yang dari jepang?"

Sarah mengerutkan keningnya.

"Takamo? Kenapa? Dia kan salah satu murid, dari pertukaran pelajar?"

Alvino mengangguk. "Dan gue murid, yang mengikuti pertukaran pelajar itu"

Sarah membelalakkan matanya. "Lo? Lo murid yang dikirim ke jepang? Wahhh! Hebat lo! Pantas, selama gue sekolah. Gue nggak pernah liat lo" ujar Sarah takjub.

Alvino tersenyum kikuk.

"Sekarang giliran gue yang tanya"

"Hum. Tanya aja" ujar Sarah.

"Lo tau dari mana, jika Pak Bagas mempunyai anak tunggal?"

Sarah menggaruk tengkuknya.

"Gue.... Gue juga anak panti. Tapi... Tapi gue baru saja tinggal disana" balas Sarah berbohong.

Alvino manggut-manggut. Ia sama sekali tidak mencurigai ucapan Sarah.

Tuhan? Nggak dosa kan berbohong? Itu juga demi kebaikan Sarah - Sarah

"Rah. Gue...." Tiba tiba Andini datang. Alvino dan Andini saling tatap. Alvino segera mengalihkan pandangannya, kearah lain.

"Eum... Gue... Gue kesana aja dulu. Gue mau cari novel lagi" ujar Andini. Dan pergi meninggalkan Sarah dan Alvino.

"Lo... Temenan sama.... Dia? Bukannya dia Psycho? Lo... Nggak takut?" Tanya Alvino.

Sarah mengangguk pasrah. "Hum. Dia sahabat gue. Tapi.... Lo jangan salah menilai seseorang dari covernya. Karena lo akan menyesal di akhir" Sarah berdiri. Ia sudah muak, jika ada yang menjelekkan Andini.

"Maaf. Gue nggak bermaksud berbicara seperti itu. Tapi, apa salahnya jika kita berjaga jaga?"

Sarah tersenyum miring.

"Lo bilang jaga jaga? Emang Andini sudi dekat sama lo? Jangan harap!" Ketus Sarah. Sarah berjalan menyusul Andini. Meninggalkan Alvino, yang masih terdiam.

Alvino tersenyum kecut. Mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Hahhh! Baru aja mau pedekate. Udah ada rintangannya aja!" Dengus Alvino kesal.

~~~~

1bulan kemudian.

"Dinnn!!! Uwahhh!!! Gue nggak percaya!!! Gue sekarang kelas 12???!!! Dinnn.... Coba lo cubit gue sekarang!" Pinta Sarah.

Andini mengerutkan keningnya. "Yakin? Lo nyuruh gue cubit lo?" Ujar Andini.

Sarah mengangguk mantap.

"AWWW!! PELAN PELAN DONGGG!! SAKIT NIH!!!" Bentak Sarah. Membuat Andini menggelengkan kepalanya.

"Ehhh? Maaf maaf, tapi emang cubitan lo sakit banget!! Aduhhh!! Lengan gue" dengus Sarah.

"Tadi lo yang minta. Sekarang gue yang disalahin. Repot sekali!"

Andini pergi menuju ruang Bu Maya. Meninggalkan Sarah yang masih cengo.

"Hah?!"

Sarah memasuki ruangan Bu Maya. Ia melihat raut muka Andini, yang tiba tiba terkejut.

"Kenapa? Kenapa muka lo gitu? Lo habis liat orang perang?" Ujar Sarah santai.

"Ish!" Andini mendengus kesal.

"Ibu akan mengulanginya kembali. Jadi... Begini...."

"HAH???!!" Sarah histeris. Bahkan mulutnya terbuka lebar. Saking lebarnya, mungkin gajah bisa masuk?

Tbc.

PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang