Kantin mengalami keributan. Akibat pertengkaran Andini dan Lita Anak kelas 10. Semua murid saling berbisik, membicarakan kengerian Andini.
"Hei! Liat sana! Andini vs adik kelas" ucap Edmund.
"Lo gausah cari gara gara bisa nggak Ed?" Ketus Angga.
Edmund menatap Angga kesal. "Kenapa lo belain dia? Lo suka sama psikopat?" Ujar Edmund.
"Gue ga belain"
"Serah" ujar Edmund malas.
Pranggg
Angga dan Edmund menoleh bersamaan. Mereka melihat adik kelas, yang cukup berani?
'Gila! Tuh anak berani banget!'
'Tau! Mungkin cari mati!'
'Cih! Dasar caper'
Angga melihat sekeliling kantin. Seluruh murid melihat kearah Andini dan Lita.
Pranggg
Andini membalas perlakuan Lita. Membuat seluruh murid takut untuk melerai.
"Gilaaa!! Cewek tangguh!" Ucap Edmund geleng geleng.
Angga memutar bola matanya malas. Dan kembali melihat aksi Andini.
Andini membelah kerumunan murid, berjalan menjauh dari kantin.
Angga bisa melihat dari tempatnya. Ia melihat seorang pria memegang tangan Andini, membawanya entah kemana.
"Huhhh!" Angga menghela nafas sangat kesar.
"Kenapa lo?" Tanya Edmund.
"Gue laper" balas Angga singkat.
~~~~
"Tangan lo kenapa?!" Tanya Brandon panik.
Andini tersenyum miring. "Gue habis main sama adik kelas" ucapnya datar, dan menarik tangannya.
"Din... Kita ke rs yuk? Gue juga udah ijin sama Bu Rita. Tapi setelah ini, kita disuruh menjelaskannya" sahut Sarah.
"Hm" Andini hanya berdehem. Ia melirik ke Lita.
"Besar juga nyali lo!" Ketus Andini.
Sarah mencubit perut Andini.
"AW! Sakit bego!" Dengus Andini kesal.
"Bego?! Bego?! Yang bego itu lo! Udah! Sekarang kita ke rs aja!" Amuk Sarah.
Lita dan Brandon tertawa kecil. Lalu berjalan mengikuti Sarah.
"Brandon" panggil Sarah. Ketika sudah memasuki mobil.
"Iya?"
"Nanti lo anterin Lita. Gue...."
"Nggak! Gue sama lo aja Kak!" Potong Lita.
Andini menatap Lita intens. "Kenapa lo yang ngatur?"
"Apa?! Nggak boleh?! Kalau gitu, turunin gue disini! Sekarang!" Pinta Lita.
Andini tidak memperdulikan Lita. Ia memilih untuk menatap keluar jendela.
"Iyaiya! Ntar gue yang temenin lo" sahut Sarah.
"Serah" dumel Andini.
Jarak sekolah dan rumah sakit, membutuhkan waktu sekitar 25mnt. Dan kini mereka telah sampai di rumah sakit Garuda.
"Permisi" ucap Sarah.
"Ada yang bisa kami bantu?" Tanya Salah satu Resepsionis.
"Iya. Saya kesini mau mengantar 2 cewek ini" tunjuk Sarah pada Andini dan Lita.
Resepsionis tersebut melotot. Dengan gerakan cepat, ia menyuruh Andini dan Lita untuk mengikutinya.
"Din... Gue ke Lita dulu. Kalau ada apa apa, ada Brandon" ujar Sarah.
Andini manggut-manggut. Ia masih memperhatikan Dokter yang menjahit lukanya.
"Ini kenapa bisa seperti ini?" Tanya Dokter yang ber name tag Mukhlis? Nama yang aneh, pikirnya.
"Biasa anak SMA" ujar Andini.
Mukhlis menatap Andini. Yang ditatap malah tersenyum.
"Lukanya udah dijahit semua. Jangan sampai terkena air selama satu minggu. Saya tahu jika perbannya anti air, tapi lebih baik jangan sampai terkena" ucap Mukhlis dan keluar dari ruangan.
Andini menatap tangannya, yang terbalut perban. Brandon menepuk pundak Andini.
"Keluar yuk?" Tawar Brandon. Andini mengangguk, berjalan mengikuti langkah Brandon.
Andini dan Brandon duduk di kursi pengunjung. Mereka sedang menunggu Sarah dan Lita.
Hening
Itulah yang terjadi diantara Andini dan Brandon.
"Kenapa sikap lo? Lo canggung?" Brandon membuka suara. Andini menatap Brandon datar.
"Gue? Canggung? Hahaha.... Nggak mungkinlah" ujar Andini.
"Terus? Kenapa dari tadi lo diem mulu?"
"Ya masa gue kudu teriak teriak? Atau gue nangis aja? Biar rame sekalian?"
"Gapapa sih kalau gue. Karena gue mau liat reaksi orang orang. Hahaha"
"Lo aja yang duluan. Soalnya gue nggak tau caranya"
Brandon menatap Andini lekat lekat.
"Kenapa lo?" Ketus Andini.
"Hahaha.... Gapapa. Gue lagi mikir, kenapa bisa gue suka sama lo" ucap Brandon.
"Hahaha.... Mungkin otak lo tertinggal di tempat latihan?"
"Hahahah..... Bisa jadi"
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychopath
Random[COMPLETED] Andini Moey adalah nama gadis yang sehari-harinya disiksa oleh Ayahnya dan juga Kakaknya. Andini memilih untuk kabur dari rumah, untuk mencari tempat baru. Sehingga ia mendapatkan sesosok sahabat yang dapat ia percayai. Lantas bagaimanak...