AKHIR??

1.7K 156 0
                                    

Sarah memegang kepalanya frustasi. Bisa dilihat olehnya. Bahwa saat ini, Andini sedang diperiksa oleh Dokter Andrian.

"Sarah"

Sarah menoleh. Mendapati Bagas, Shinta, Angga dan Alvino berlari kearahnya.

"Ayah!" Sarah berlari memeluk Bagas. Ia berakhir menangis dipelukan Bagas.

Bagas membelai rambut Sarah lembut. "Udah. Gapapa. Andini kuat kok. Bentar lagi, dia juga bangun. Jadi, kamu jangan terlalu bersedih ya?" Hibur Bagas.

Sarah mendongak, menatap Bagas. "Hum. Iya!" Ujar Sarah, sembari menyeka air matanya.

"Kamu pulang aja nak. Biar Ayah sama yang lain, buat jagain Andini. Kamu udah sepekan loh, nungguin dia terus" ujar Bagas.

Sarah menolaknya dengan tegas. "Tidak Yah! Sarah tidak akan pernah meninggalkan Andini! Sarah akan tetap disini, sampai Andini benar benar siuman!" Tegas Sarah.

Bagas menghembuskan nafasnya gusar. "Baiklah, jika itu maumu"

Bagas dan Shinta duduk di kursi, depan kamar Andini. Diikuti oleh Angga, duduk disebelah Bagas.

Alvino berjalan kearah Sarah. Menepuk pundak Sarah.

"Lebih baik lo duduk aja. Kita tunggu, kabar selanjutnya" ujar Alvino.

Sarah menatap Alvino sendu. Lalu ia menuruti perkataan Alvino.

15mnt berlalu. Dokter Andrian, masih didalam kamar Andini. Membuat semua orang semakin cemas, termasuk Sarah. Ia semakin ketakutan.

Dinnn lo harus bangun! Gue nggak mau denger alasan apapun! - Sarah

Sarah kembali berdiri. Melihat Andini dibalik jendela, ditemani oleh Alvino disampingnya.

Tutttttt

"HAHHH??? ANDINIIIII!!!!!" Teriak Sarah histeris.

Bagas, Shinta, serta Angga sontak, langsung berdiri. Ketika mendengar teriakan Sarah.

"ANDINIIII!!!!! HUAAAAA!!!" Sarah berteriak tak karuan. Saat ini hatinya terasa sakit. Seperti ada batu yang menghantamnya.

Alvino berjongkok. Meraih Sarah, untuk pergi ke pelukannya.

"Vinn!!! Andini!!!! Andiniiii!!!!! Andini nggak mungkin mati kan????!!!!! Huaaaa" isak tangis Sarah semakin pecah.

Shinta berbalik memeluk Bagas. Ia tak kuasa melihat kesedihan yang menimpanya.

Angga tercengang, dengan kondisi saat ini. Otaknya seketika blank.

Pintu terbuka. Muncullah Dokter Andrian.

Segera semua orang berlari menghampiri Dokter Andrian.

"Dok!!! Nggak mungkinn!!!! Nggakk mungkin!!! Andini..... Andini pasti sedang tidur kan????" Ujar Sarah. Sembari menarik-narik jas lab Dokter Andrian. Alvino segera meraih Sarah, dan kembali memeluknya.

"Maaf. Saya sudah sebisa mungkin untuk menolongnya. Tetapi takdir berkata lain. Kalian boleh menemuinya, sebelum dikremasi. Saya, permisi dulu" Dokter Andrian membungkuk. Setelah itu, beliau pergi.

Sarah melepaskan pelukan Alvino paksa. Ia berlari memasuki ruangan Andini.

Sarah menggenggam tangan Andini. Menatap Andini sendu.

"Dinn.... Ini bohongkan? Lo sekarang sedang ngerjain gue kan? Gue tau! Jadi, sekarang lo boleh bangun kok. Dinn.... Gue nggak main main, sekarang lo boleh bangun!!! LO NGGAK DENGER??!! LO SEKARANG BOLEH BANGUN!!!" Sarah kehilangan kendali. Bagas yang sedari tadi berdiri dibelakang Sarah. Segera menariknya. Dipeluknya Sarah.

"Huaaaaa!!!!!! Yahhh!!!! Kata Ayah, Andini kuat!!! Terus kata Ayah, kalau Andini akan bangun?? Tapi mana??? Andini sekarang menutup matanya rapat-rapat!!!! Huaaaa!!!"

Bagas memeluk Sarah erat. Ia juga merasa telah kehilangan anak perempuannya.

Angga mendekati Andini. Menggenggam tangan Andini. Lalu mengusap punggung tangannya lembut.

"Din... Maafin gue. Gara gara gue.... Lo.... Lo jadi gini. Seharusnya waktu itu, gue nggak pulang. Gue nyesel pulang. Gue ...."

Tbc.

PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang