TERULANG

1.5K 143 0
                                    

Ekspresi Bagas terkejut. Sarah yang melihatnya, langsung membelalakkan matanya.

"Kalian pacaran?" Tanya Bagas pada Sarah.

Sarah berdecak sebal. Ia berdiri menghampiri Andini. Rasanya ia ingin sekali mencabik-cabik Andini saat itu juga.

Andini segera bersembunyi dibalik badan Bagas.

"Ayahh!!! Tolongin Dini!!! Ada gorila mengamuk!!" Ujar Andini.

Raut muka Sarah semakin memerah.

"Dini!! Liat aja!! Kalau kena.... Gue pites lo saat itu juga!!" Ancam Sarah.

Andini tidak takut, ia berdiri. Berlari menuju pintu utama.

Brukkk

Andini menabrak seseorang. Ia hendak jatuh, jika orang tersebut tidak sigap menangkap Andini.

"AW!" Rintih Andini, sembari mengusap keningnya.

Andini mendongak menatap, siapa orang yang telah ia tabrak tadi. Andini merasa aneh saat melihatnya.

"Angga?" Panggil Sarah.

Angga tersenyum. "Hum. Lo udah lama disini?"

"Iya. Dari kemaren. Lo kemana aja sih? Nggak kangen. Ehm? Dia?" Mata Sarah melirik Andini.

"Iya. Makanya gue kesini" ujar Angga.

Andini tidak merespon percakapan mereka. Ia memilih untuk membantu Bagas, merapikan beberapa lembar soalnya. Alasan Andini dan Sarah berlajar bersama. Yaitu, waktu telah berlalu, Andini dan Sarah harus belajar penuh. Kurun waktu 3bln mereka akan ujian.

"Kamu nggak ucapin salam atau apa gitu ke Angga?" Tanya Bagas.

Andini menatap Bagas aneh. "Salam? Buat apa Yah?" Tanya Andini bingung.

"Lo... Lupa? Lupa sama dia?" Sahut Sarah.

Andini menoleh. Ia menatap kearah Angga.

"Siapa?" Ucap Andini polos.

Sarah dan Bagas tertegun. Andini ternyata melupakan Angga. Selama Andini koma. Angga dilarikan ke rumah sakit, luar negeri. Karena luka yang diterima Angga cukup dalam. Angga harus mendapat perawatan intensif. Jadi, Angga selama ini tidak bersekolah. Saaat ini, ia telah sembuh, ia memilih untuk pulang. Karena ia merindukan keluarganya, termasuk Andini. Ternyata.... Takdir berkata lain. Andini telah melupakannya. Angga menundukkan kepalanya. Sedih dengan kenyataan yang diterimanya.

"Kamu benar-benar lupa?" Tanya Bagas.

Angga berjalan mendekati Andini. Ia mengambil ranselnya. Memberikan sebuah foto, yang menujukkan Andini dan Angga saling berpelukan. Didalam foto, Andini terlihat sangat bahagia.

Andini membelalakkan matanya. Apa yang ia lihat sangatlah asing baginya. Tiba tiba memori Andini perlahan-lahan muncul. Membuat Andini kesakitan.

"Aahhh!!" Ujar Andini. Ia merasakan sakit yang luar biasa.

"Kamu kenapa nak?" Tanya Bagas khawatir.

"Ke..kepala Dini... Sakitt!!! Ahhh!!!" Andini terus memegangi kepalanya. Sarah, Bagas dan Angga merasa cemas. Segera, Sarah menelpon Dokter Andrian.

"Yah. Lebih baik kita bawa Andini ke rumah sakit" tawar Sarah.

Bagas mengangguk. Segera Bagas membopong tubuh Andini, dibantu dengan Angga.

"Kalian mau kemana?" Sahut Alvino bingung.

"Kita mau kerumah sakit. Andini merasakan sakit dikepalanya. Kamu tunggu dirumah ya? Nanti kalau Mama pulang. Bilang aja, kita dirumah sakit" ujar Bagas tergesa-gesa.

"Baik. Kalian hati hati dijalan" ujar Alvino.

Bagas mengangguk. Segera Bagas melajukan mobilnya, menuju rumah sakit.

Didalam mobil. Andini memegang kepalanya. Sedangkan Sarah, duduk disebelah Andini. Memeluk Andini dari samping.

"Sakit banget Din?" Tanya Sarah khawatir.

"Hum. Sakittt!!! Ayah, apa masih lama?" Ujar Andini.

"Bentar lagi kita sampai. Kamu tahan bentar ya?" Ucap Bagas.

"Aaaa!!! Sakittt bangett!!"

Brukk

Mendadak Andini tidak sadarkan diri.

Tbc.

PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang