Andini memasuki rumah Sarah. Meletakkan jaket disembarang tempat. Menaruh snack yang ia beli tadi, di taruhnya di atas meja depannya. Setelahnya ia merebahkan tubuhnya di atas sofa.
"Huhh!!" Dengus Andini.
"Kenapa lo? Sampai menghela seperti itu?" Sahut Sarah dari arah kamar. Berjalan, dan duduk di sofa sebelah Andini.
Andini menatap Sarah. Membuat Sarah bingung.
"Ada apa? Lo punya salah? Sama siapa? Orangnya gapapa kan? Trus sekarang lo..."
"Lo tanya gue atau wawancara sih?!" Potong Andini kesal.
"Keduanya!"
Andini bangun, dan duduk menatap Sarah.
"Tadi... Saat gue latihan sama Brandon"
"Kenapa? Brandon terluka?" Potong Sarah. Andini menatap Sarah intens. Membuat Sarah ciut.
"Teruskan" lanjutnya.
"Brandon nyatain perasaannya ke gue. Bahkan saat diparkiran tadi, dia ngecup gue! Ya... Cuman nempel sih" jelas Andini.
"Terus masalahnya apa? Sampai lo menghela seperti itu"
"Masalah? Nggak ada" balas Andini santai.
Sarah melotot. "Lo nggak punya masalah?! Kenapa nggak bilang dari tadi ogebb!!! Bikin orang khawatir aja!!!" Amuk Sarah. Sarah meraih bantal sofa dan melemparkannya, hingga tepat sasaran. Bantal itu mengenai wajah Andini.
Andini menatap Sarah tajam.
"Yayaya! Terus gimana perasaan lo ke Brandon? Menurut gue sih, lo terima aja. Selama yang gue tau, Brandon itu orangnya baik, asik juga. Tapi.... Kalau lo nggak mau, ya terserah juga. Itu kan hak lo, perasaan lo. Gue nggak berhak buat nentuin" Sarah menyenderkan tubuhnya ke sofa. Ia meraih bungkusan snack yang ada didepannya.
"Gue nggak tertarik" Andini mengambil kresek, yang berisikan snack. Ia mengacak-acak isi kreseknya. Membuat Sarah mengerutkan keningnya.
"Cari apa lo?" Sahut Sarah, sambil mengunyah makanannya.
"Taro rumput laut gue mana?! Jelas jelas tadi gue beli rasa itu! Sekarang.... Ya! Itu kesukaan gue! Sini!"
Andini mencoba meraih snacknya. Dengan cepat Sarah mengangkat tangannya.
"Lo bisa makan makanan yang lain kan?! Kenapa harus punya gue.... Yang jadi korbannya! Ahh!! Sarahhh siniin dongg!"
Sarah tidak memperdulikan ocehan Andini. Ia berlari menjauh dari Andini. Andini mencoba mengejarnya.
"Aaaaaa!!" Sarah tidak bisa mengontrol tubuhnya.
Brukk
Sarah terjatuh. Semua makanannya berserakan keluar. Membuat seisi rumah kotor.
Sarah melotot. Ia terkejut, taro kesukaan Andini berserakan dimana-mana.
Dengan perasaan takut, Sarah menoleh kearah Andini.
Andini sudah melotot, dan mengepalkan tangannya.
"Dinnn.... Gue... Gue.... Maaf Dinn... Besok gue ganti deh.... Kalau mau 1dus! Ah bukan 5dus gue ganti! Tapi.... Lo maafin gue ya? Gue... Gue maasih sayang sama nyawa gue" Sarah memohon ampun pada Andini. Bahkan ia menepuk-nepuk keningnya.
"Bodoh! Bodoh! Dinn.... Maafin gue ya? Ya?"
Andini tersenyum simpul. Bagi Sarah itu bukanlah senyuman! Melainkan jawaban! Jawaban dari akhir kisah hidupnya! Terdengar lebay memang. Tapi itulah yang dipikirkan oleh Sarah.
"Aduhhh.... Dinii.... Maafin gue.... Gue janji! Gue akan ganti! Lo minta berapa pun pasti gue ganti! Asalkan jangan diganti sama nyawa gue.... Gue belom nikah... Gue belom punya anak... Gue juga belom lulus.... Masa lo tega sih?" Sarah meracau tidak jelas. Yang ada dipikirannya hanyalah, bagaimana caranya agar nyawanya selamat.
"Bwahahaha!" Andini tertawa keras. Sarah yang sedari tadi menepuk-nepuk keningnya, menatap kearah Andini.
"Lo lebay banget sih? Aduhh... Gue udah nggak tahan!!! Rasanya perut gue, ada yang menggelitiknya!!" Ucap Andini sembari memegang perutnya.
"Aduhh... Sampe nangis gue" Andini menyeka air matanya.
Sarah menatap Andini datar. Ia membenarkan posisi, dan kini ia duduk dilantai.
"Jadi... Lo mau terima Brandon apa nggak?" Sarah mengulagi pertanyaannya.
"Nggak. Gue nggak selera sama yang begituan" setelah menjawab pertanyaan Sarah. Andini membersihkan taronya yang berserakan. Parahnya, taro tersebut tidak ia buang. Ia memilih untuk memakannya.
"Kenapa lo makan! Jijik tau! Buang sana! Ntar gue beliin!" Amuk Sarah.
Andini menatap Sarah dengan senyuman. Dan melanjutkan makannya.
"Sayang kalau dibuang. Belom 5mnt"
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychopath
Random[COMPLETED] Andini Moey adalah nama gadis yang sehari-harinya disiksa oleh Ayahnya dan juga Kakaknya. Andini memilih untuk kabur dari rumah, untuk mencari tempat baru. Sehingga ia mendapatkan sesosok sahabat yang dapat ia percayai. Lantas bagaimanak...