Andini menatap jam dinding yang ada di depan. Ia terus menerus menunggu jam pelajaran selesai.
"Aduhhh, ini kapan selesainya sih?! Gak tau orang mau main apa?" Dumel Andini.
Sarah menghembuskan nafasnya kasar.
"Udahlah. Lo gausah peduliin dia. Palingan dia juga nggak bakal datang" ujar Sarah.
Andini menatap Sarah datar.
"Sekali aja napa? Gue juga udah lama nggak main serius? Ya? Ya?" Rengek Andini.
"Yang dibelakang bisa diam?" Ucap Pak Didit, guru fisika.
Seketika Andini dan Sarah kicep. Mereka bukannya takut dengan Pak Didit. Tapi mereka menerapkan, jika guru adalah orang tua ke 2. Jadi, mereka sangat menghormati Pak Didit.
Bukankah sungguh mulia? Walaupun Andini di cap sebagai monster sekolah. Andini tetap berpegang teguh, untuk sebisa mungkin menghormati dan mendengarkan perintah guru.
Memang ada pepatah yang mengatakan "Jangan menilai seseorang dari luarnya saja, karena belum tentu apa yang terlihat dari luar mencerminkan isi hati yang ada didalam" dan Andini tidak mempersalahkannya.
Toh, ia juga hidup tidak ikut mereka bukan? Kenapa ia harus susah-susah memikirkannya?
Di kelas Anggi
Anggi merasa cemas. Sedari tadi, ia mondar-mandir ke sana kemari. Ia beruntung hari ini jamkos, pasalnya guru yang tengah mengajar dikabarkan terpeleset dari lantai rumahnya. Alhasil mereka jamkos, hingga bel pulang berbunyi.
"Lo ngapain sih?! Pusing gue liat lo!" Dengus Alanka, teman sebangku Anggi.
"Gue nanti mau gimana? Ah!! Kenapa gue nantangin dia sih?! Sebel gue!" Gerutu Anggi.
Alanka mendengus kesal. "Salah sendiri. Siapa suruh lo macam macam. Apalagi lo yang ajak dia duluan. Dan lo harus datang, gue nggak mau. Kalau besok, gue terkena imbasnya!" Ujar Alanka.
Anggi mengacak rambutnya kesal.
"Gila!!! Ah! Gue punya ide!" Ujar Anggi.
~~~~
Bel pulang telah berbunyi. Andini segera memasukkan buku bukunya kedalam tas sekolah.
"Rah! Ayoo! Cepetan dikit dong! Gue nggak sabar!" Ujar Andini bersemangat.
"Iya! Iya! Ayoo! Gue udah selesai"
Andini dan Sarah berdiri. Mereka berjalan beriringan menuju tempat yang disebutkan Anggi tadi. Disusul dengan murid kelasnya? Mereka semua penasaran! Alhasil mereka mengikuti Andini.
"Mana nih? Apa cuma omong kosong doang?" Ujar Andini. Ketika telah sampai di belakang sekolah.
"Gue disini!" Sahut Anggi, dari belakang.
Andini menoleh. Ia tersenyum simpul.
"Bagus deh" ujar Andini.
"Tujuan lo ngajak Andini kesini mau ngapain?" Timpal Sarah.
Anggi tersenyum kecut. "Gue? Gue mau ajak dia main" ujarnya sinis.
"Oh? Main? Boleh! Gue juga udah lama nggak main" sahut Andini. Ia mengangkat kedua tangannya keatas, melakukan peregangan.
Saat Andini melakukan peregangan. Tiba tiba....
Brukkk
Anggi melemparkan vas bunga, dan tepat mengenai dada Andini. Membuat seragamnya kotor.
Tak hanya itu, Anggi ternyata membawa sebuah cutter! Anggi melemparkan cutternya kearah Andini. Andini menghindarinya, tetapi cutter tersebut melayang dan mengenai Sarah.
Mata Andini membulat seketika. Ia berbalik, menatap Anggi. Lalu tersenyum kembali.
"Lo gila? Dari tadi senyum mulu!" Ujar Anggi.
"Gue akan kasih lo pilihan. Dan lo pilih baik baik" ujar Andini.
"Cih! Gausah! Gue nggak butuh pilihan dari lo" ketus Anggi.
"Pertama, lo main kasar. Gue balas kasar, atau gue balas yang lebih kasar? Kedua, lo main kasar. Gue seharusnya balas permainan ini seperti bocah? Atau.... Seperti memburu Anjg?"
Anggi melotot. "Gue pilih yang ke 2! Dan itu kebalikannya! Gue akan balas lo.... Seperti gue memburu Anjg!" Umpat Anggi.
"Baik" ujar Andini senang.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychopath
Random[COMPLETED] Andini Moey adalah nama gadis yang sehari-harinya disiksa oleh Ayahnya dan juga Kakaknya. Andini memilih untuk kabur dari rumah, untuk mencari tempat baru. Sehingga ia mendapatkan sesosok sahabat yang dapat ia percayai. Lantas bagaimanak...