" Melalui kamu, aku ingin belajar banyak hal. Tentang cinta dan kebaikan."
-Abid El Adnan
-----
Malam hari langit tampak begitu cerah dengan sorotan bulan purnama bersama bintang-bintang yang menghiasi setiap mata yang melihatnya, seakan menunjukkan bahwa malam itu seharusnya tidak ada kesedihan apapun.
Abid yang sudah mulai lelah dengan game-nya kembali teringat dengan sosok Zaraa Keyra. Sang waktu belum memenuhi keinginannya untuk bisa menemui gadis itu sekehendak. Abid mencoba mengalihkan apa yang ada di pikirannya. Tetapi tetap tidak bisa. Dia harus melakukan sesuatu. Menghilangkan gelisah yang menyeruak di hati.
Tanpa berpikir panjang, Abid mengambil jaket hoodie putih di ranjang untuk melindungi tubuh dari angin malam. Meraih kunci motor lalu menuju bagasi.
"Mau kemana Mr. Adnan?" tanya Jenny, kakak perempuan Abid yang suka menjaili adiknya.
"Cari Angin."
"Disini sudah ada angin, tuh!" Jenny menarik nafas panjang lalu mengeluarkannya. Menunjukkan bahwa dia bisa bernafas.
"Nggak ada, Kak."
"Kok lo bisa bernafas?"
"Kakak Abid yang paling cantik serumah! Yang bisa membuat orang bernafas itu udara bukan angin," terang Abid membuat Jenny melongo.
"Hah? ternyata ini adek gue bisa pintar juga."
Abid menyalakan motornya dan meninggalkan kakaknya yang masih berdiri di tempatnya. Entah kemana bocah itu akan menghabiskan satnight-nya.
•••
Abid menghentikan motornya di depan rumah Dika yang terlihat sepi dengan beberapa lampu taman yang menyala terang.
Tok ... Tok ... Tok ...
"Assalamualaikum, Dika. Lo di dalam?" salam dari Abid mengiringi ketukan pintu yang tidak ada respon apapun.
Setelah berulang kali Abid melakukannya, belum juga terdengar sahutan dari dalam. Sorot mata Abid terus memperhatikan keadaan di sekitarnya. Akhirnya, Dia dapati ruang kamar Dika menyala terang. Cowok itu memang sudah sering berkunjung. Tentu sudah hafal tatanan rumah Dika. Itu kalau tidak ada yang dirubah.
Tanpa ragu sedikitpun, Abid menghampiri kamar Dika dan mengintipnya melalui jendela. Beruntung jendelanya tidak tertutup gorden.
Abid mendapati seorang cowok berkaus abu-abu dan celana pendek selutut tengah tertidur pulas di atas ranjang sambil memeluk guling.
"Dia bisa tidur senyaman itu, What? sedangkan gue?" gerutu Abid.
Cowok itu tersenyum miring. "Nggak bisa dibiarkan ini mah."
"Hei, kebo! Bangun atau gue pecahin kaca jendela ini," teriak Abid di balik jendela kaca. Mengetuk benda bening itu berulang kali.
"Dika, bangun! dasar kebo!"
"DIKA!"
Usaha Abid akhirnya membuahkan hasil. Dika dengan mata yang masih mengantuk seperti Mei-Mei yang tidak memakai kacamatanya, dan muka kusam kecoklatan seperti Jarjit Singh yang baru tercebur ke lumpur, menghampiri Abid di depan jendela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tabir [END]
Teen FictionSebuah prinsip yang sudah mendarah daging pada diri Zaraa Keyra, membuatnya berpikir bahwa dia akan terhindar dari hitam dan putihnya jatuh cinta. Semula, di usia remaja dia hanya ingin fokus mengejar cita-cita dan menebar kebaikan. Namun, ternyata...