12. Book Store

48 2 0
                                    

"Jika masih selalu ada kesempatan bagi kita untuk bahagia bersama, tidak apa bila harus kurasakan luka untuk menggapainya."

-Zaraa Keyra

---------

Zaraa duduk di karpet yang ada di toko buku bersama tumpukan buku yang masih kinclong. Satu demi satu buku itu telah disampul olehnya. Sampai akhirnya semua selesai satu jam kemudian.

"Dek Zaraa, buku-buku yang telah kamu sampul, tata di rak sekalian, ya! sesuai jenisnya," perintah salah satu karyawan perempuan yang bekerja di tokok Abah Zaraa.

"Siap, Kak."

Zaraa berdiri di depan rak buku dengan tangan kiri memeluk beberapa novel yang tersampul rapi. Tangan kanannya mengambil satu per satu buku untuk diletakkan di rak itu. Setelah satu deret rak yang sejajar dengan jangkauan tangan Zaraa penuh. Dia melirik beberapa deret rak di atasnya yang masih kosong. Tetapi sayang, Zaraa tidak cukup tinggi untuk bisa meletakkan buku di sana.

"Biar aku saja!" Sesosok pria yang entah sejak kapan berada di toko itu datang untuk menawarkan bantuan. Cowok itu mengetahui maksud dari ekspresi dan gerak-gerik Zaraa yang kebingungan. Zaraa yang melihat kehadiran Abid tepat dihadapannya sedikit terkejut. Sebenarnya dia senang melihat Abid. Tetapi ada keraguan dari hatinya yang menentang adanya perasaan itu.

Zaraa yang masih enggan mengatakan sesuatu membuat Abid melanjutkan aktivitasnya, mengambil alih tugas Zaraa. Tidak peduli apakah Zaraa akan senang atau marah atas bantuannya. Zaraa masih diam menatap Abid tanpa mencegahnya. Hal itu membuat Abid bisa melanjutkan tugasnya sampai selesai.

Setelah Abid selesai, Zaraa memberanikan diri untuk mengucapkan sesuatu, "Makasih, ya!"

"Sama-sama." Abid memberikan senyuman tulus untuk Zaraa.

"Mau beli buku apa?" tanya Zaraa.

"Novel."

"Kamu suka novel?"

"Nggak, itu novel untuk kak Jenny."

"Oh, aku bantuin cari, ya!"

Abid mengangguk dan mengikuti Zaraa menuju tempat rak yang berisi kumpulan novel terbaru.

Setelah mendapat novel yang diminta kakaknya. Abid mengajak Zaraa ke teras toko. Mereka duduk di kursi panjang berwarna putih seperti kursi yang biasa ada di taman. Biasanya banyak orang membaca buku di sana.

Baru saja Abid duduk, handphone-nya berbunyi menandakan ada panggilan masuk. Karena kalau pesan yang masuk tidak akan ada suara atau getaran, Abid sengaja mengatur silent untuk notifikasi pesan.

"Halo, Kak!"

"Hi, sudah dapat novelnya?"

"Sudah, Kak. Tapi aku nanti dulu pulangnya."

"Okey! Jangan pulang terlalu malam."

"Siap, Kak Jenny."

Abid mengakhiri panggilan itu, saat menekan tombal kembali ke layar utama dia melihat nama Zaraa Keyra disana. Itu pesan yang sejak tadi sore dikirim Zaraa untuknya. Tetapi Abid memang masih mengecek handphone-nya sekarang. Sebelum dia menawarkan bantuan untuk Kak Jenny yang ingin membeli novel, handphone-nya masih diisi daya.

Tabir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang